10

10.9K 1.7K 43
                                    

Count Veremon memiliki seorang putra bernama Rayla. Musim semi kali ini Rayla menginjak usia tiga belas tahun, sama dengan putra Armand Aveza, Alex. Veremon dan Aveza tidak memiliki sejarah buruk. Dua keluarga besar ini sama-sama mendukung pihak kerajaan.

Adapun hal yang penting, Rayla dan Alex, rencananya akan mengikuti turnamen musim semi. Mereka, para peserta, diharuskan memburu monster terkuat dan memamerkan buruan mereka di hadapan Raja Damanus.

Oleh karena itu, Rayla bersedia mengunjungi kediaman Aveza dan memastikan keikutsertaan Alex dengan mata kepalanya sendiri. Tidak banyak lawan kuat, selain perwakilan dari royal dan paladin, yang membuat Rayla mempertanyakan kesaktian masing-masing pesaing. Rayla jenis orang yang suka tantangan. Sedari dulu dia gatal ingin menguji kekuatan dengan Aveza, tetapi Count Veremon mewanti bahwa Aveza bukan termasuk manusia yang bisa dihadapi dengan pikiran panas.

Sekarang Rayla memahami nasihat ayahnya.

Duduk di seberang Rayla, Alex Aveza tengah memangku gadis cilik. Bukan hanya itu, Alex sibuk menyuapi gadis cilik dengan puding. Berkali-kali gadis cilik merengek, mencoba menolak Alex, tetapi menyerah begitu melihat sendok puding.

'Dia mirip anak ayam,' pikir Rayla, gemas. 'Aku ingin menggendongnya. Sekali. Sekali saja.'

"Ruby, berhenti mendorong tanganku."

"Natalie-huuu."

Rayla tidak akan sanggup memahami sikap Alex. Sampai kapan pun. Dia tahu Alex memiliki seorang adik perempuan bernama Pearl, tetapi gadis cilik-balita ini tidak sesuai dengan penggambaran Pearl. Seharusnya Pearl berusia 11 tahun. Sepengetahuan Rayla Pearl memiliki tubuh tegap, sama seperti kebanyakan calon ahli pedang, dan berambut hitam. Namun, gadis cilik yang satu ini bertubuh mungil. Warna rambutnya pun cokelat pucat, bukan hitam. Entah mengapa di mata Rayla gadis cilik itu seperti kelinci di sarang macan kumbang. Pemandangan yang akan membuat Count Veremon tercengang.

"Pintar," Alex memuji, menyeka bibir si gadis cilik yang terlihat seperti ingin kabur begitu ada kesempatan. "Ruby pintar."

'Ruby?'

Akan tetapi, semakin dilihat, semakin kuat perasaan Rayla.

Dia seolah terkena sihir, ingin mencoba menyentuh pipi dan merasakan ... sekali lagi, Rayla menahan dorongan memohon izin kepada Alex.

'Pasti ini yang dia tunggu!'

Tiba-tiba saja Rayla ingin menghajar Alex. Sedari tadi Alex tak kunjung membuka percakapan, sekadar basa-basi belaka pun enggan. Benar-benar menguji kesabaran Rayla yang sepertinya akan segera meletup.

"Tidak mau," Ruby menolak, berusaha turun dari pangkuan Alex, tetapi gagal. Kemudian dia menatap Rayla. Seketika jantung Rayla berdegup kencang. Dalam bayangan Rayla, ia bisa melihat bunga bermekaran di sekitar Ruby. Kedua mata seperti rusa dan bibir semerah kelopak mawar. Rayla tidak bisa menghentikan rasa panas yang membuat dirinya tidak nyaman dengan cara yang aneh.

'Dia balita!' jerit Rayla dalam hati. 'Anak ayam! Anak ayam!'

"Jadi," kata Alex, AKHIRNYA, memecah keheningan dalam diri Rayla. "Kau ingin menantangku dalam turnamen? Berani sekali kau!"

Rayla berdeham, susah payah mengabaikan tatapan ingin tahu Ruby. "Putra Mahkota Sislin dan personel dari paladin, lalu kau, sudah pasti aku tidak mau tertinggal di belakang!"

"Kau datang hanya ingin memastikan kekuatan lawanmu? Kita bahkan hanya menyerang monster, bukan manusia!"

Alex bangkit, memastikan Ruby tidak jatuh, kemudian berkata, "Pulanglah Tuan Muda Veremon."

"Aku menunggumu selesai menyuapi anak-maksudku, menyuapi Lady Cilik, tetapi kau langsung menyuruhku pulang? Bahkan cangkir teh yang dihidangkan pelayanmu saja masih hangat!"

Only for Villainess (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang