Permasalahanku, bila dilihat dari segi positif, sebenarnya tidak terlalu buruk. Tubuh Ruby tidak seperti Aveza lain yang kokoh dan kuat. Sebagai contoh Pearl. Dia mampu berlatih pedang dan akhir-akhir ini mulai fokus belajar sihir, sama seperti Alex. Kedua bocah itu selalu terdepan sepuluh langkah daripada aku. Walau ingin belajar pun percuma, energi Aveza dalam tubuh telanjur bertransformasi dengan cara berbeda.
Untung saja sensitifitas “sihir” tidak separah seperti perkiraan Jarga bahwa kemungkinan aku akan menolak berada di dekat sihir. Seperti alergi. Selama ini aku baik-baik saja. Tidak terjadi apa pun di dekat benda yang mengandung sihir maupun saat orang lain melakukan sihir. Aman.
Masalah sebenarnya ialah aku yang tidak bisa melakukan sihir apa pun!
Memanggil Cerkho?
Ya, hanya dia saja! Padahal aku butuh bantuan Zan agar bisa melakukan kontrak dengan Ragnok!
“Ruby, tidak apa-apa,” Carlos mencoba menenangkanku. Dia membiarkanku merajuk di pangkuannya, merajuk sambil memikirkan mengenai aset kekayaan di masa depan. Sungguh mengagumkan.
“Tidak bisa sihir bukan masalah,” Pearl menambahkan. “Kau tidak harus bisa sihir. Biarkan aku dan Kakak saja yang melindungimu sampai tua!”
Sekarang kami sedang berada di gazebo. Ada bermacam kue serta kudapan manis tersaji di meja lengkap dengan teh. Ung memilih mengincar stroberi dan ceri. Gagak yang satu itu makin makmur dan sejahtera. Udara siang terasa sejuk dan sinar matahari pun tidak terlalu menyengat. Hanya saja suasana hatiku masih sangat suntuk dan butuh solusi.
- Mengandalkan Pearl maupun Alex bukanlah jawaban. Tetot.
- Menua bersama kedua bocah Aveza terdengar mengerikan. Tetot.
- Menjadi kaya dan mandiri butuh kemauan dan tindakan. Susah!
“Uuuung,” aku mengeluh, menolak menerima suapan Carlos. “Tidak.”
Naluri anak kecil ini ... sama sekali tidak membantu!
Hari ini Natalie tidak memasangkan sarung tangan. Aku bisa melihat tato jalinan melati yang ada di kulit, tepat di pergelangan tangan. Di duniaku gadis bertato tidak terlalu diterima dengan baik oleh lingkungan masyarakat. Padahal di kota maupun di negara lain gadis bertato menerima perlakuan normal, wajar. Beda dengan lingkunganku yang akan langsung melabeli dengan sejumlah kata-kata jahat. Orang berniat buruk itu bisa saja memiliki penampilan rapi. Jenis penampilan yang orang tidak akan berpikir maupun mengira bahwa oknum tersebut ternyata seorang penipu dan pencuri.
Ada saja manusia yang suka melabeli dan menilai orang melalui penampilan luar dan bukannya tindakan. Justru pencuri berdasilah yang patut diwaspadai. Apa orang mau belajar dari sejarah bahwa justru orang terdekatlah yang sering melakukan pengkhianatan? Contoh teman sekelasku yang selingkuh dengan pacar temannya sendiri. Ya aku paham bahwa tidak semua orang terdekat memiliki niatan buruk, tetapi tidak ada salahnya menurunkan ekspektasi agar tidak sakit hati.
Yah sekarang aku tidak hidup bersama manusia-manusia tukang gosip.
Aman.
“Ruby, ada banyak hal yang bisa kaupelajari tanpa sihir.”
Aku menatap Carlos dan mulai mengembungkan pipi. “Huuuuu.”
Zan, aku harus bisa memanggil Zan! Bukan sihir yang aku butuhkan, melainkan Ragnok! Cerkho bilang aku bisa memanggil mereka. Hanya saja dia tidak mau memberitahuku secara langsung. Harus aku sendiri yang belajar!
“Bukuuuu,” rengekku seraya menunjuk Natalie yang tengah mendekap buku mengenai Zan. “Baca. Bacaaa!”
“Nanti saja. Sekarang saatnya istirahat.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Only for Villainess (Tamat)
FantasíaSalah satu impianku adalah bisa merasakan nikmatnya menjalani kehidupan makmur; kenyang, tidak perlu memikirkan masalah ekonomi, dan satu-satunya masalah hidup hanya memikirkan "besok mau makan apa?" Nah, jenis kehidupan damai, mapan, dan nyaman sep...