Khalas. Salah satu monster purba paling ganas. Dia memiliki wujud menyerupai manusia dari kepala sampai perut, tetapi bagian perut ke bawah menyerupai kaki keledai. Pada kepala terdapat sepasang tanduk melengkung. Kulitnya berwarna kelabu. Dia mungkin tidak sebesar Iyashu, tetapi bukan berarti tidak mematikan. Konon dia bisa memisahkan tubuh manusia dewasa hanya dengan menariknya saja; tidak menggunakan pedang, murni kekuatan fisik dan sedikit dorongan rasa lapar, serta mampu menumbangkan pohon raksasa hanya dengan beberapa kali hantaman.
“Apa kau memiliki saran bagus, Zeno?”
Paladin, termasuk Hugo Jachim, dan beberapa penyihir harus menetap di perkampungan Zemh. Mereka diberi tanggung jawab oleh Nicholas untuk mengamankan warga dan memastikan mawar hitam serta ash benar-benar ditanam secara serempak, tanpa cela hingga bisa dimanfaatkan oleh monster untuk menyusup menculik anak-anak maupun manusia lainnya.
Keputusan itulah yang menyebabkan rombongan Nicholas berkurang setengah. Sekarang rombongan hanya didominasi oleh segelintir penyihir, kesatria Aveza, dan beberapa kesatria kiriman kerajaan.
Keputusan itulah biang dari segala masalah yang membuat Nicholas “sedikit” kewalahan ketika menghadapi Khalas yang ternyata memiliki beberapa pengikut berupa monster berkaki empat dengan kuku belah. Masing-masing monster menyerupai lembu, rusa, ataupun kuda dan kesemuanya memang liar dan brutal.
Sebagian kesatria mati-matian membentengi diri dengan perisai ketika berkali-kali monster berusaha menanduk mereka dan penyihir yang jumlahnya tidak banyak itu nyatanya hanya dua saja yang paham cara menyerang.
“Lord, Anda bisa mulai membantai majikannya,” Zeno menyarankan. Dia menghunus pedang tepat di leher monster lembu. Monster pun melenguh kesakitan. Darah hitam tertumpah membanjiri tanah seperti tinta yang menghitamkan apa pun yang tersentuh olehnya. “Saya yakin Anda bisa!”
Bisa saja Nicholas memanggil Ragnok, tetapi egonya berkata ia akan terlihat sangat lemah. Mau tidak mau dia menerjang dan membantai monster kerdil, anak buah Khalas, secara membabi buta. Tentu saja monster-monster itu tidak ada tandingannya di hadapan Nicholas.
Akan tetapi, begitu berhadapan dengan Khalas pun lain cerita. Terlebih daerah yang menjadi hunian kelompok Khalas merupakan jenis dataran dengan tanah merah bertekstur keras dengan vegetasi berupa paku-pakuan dan palem yang buahnya sama sekali tidak bisa dikonsumsi oleh manusia. Apabila seorang manusia nekat memakan buah-buah yang menyerupai apel ranum, maka mereka akan terserang demam selama tiga malam dan kulit dihiasi ruam-ruam merah.
Monster, tanaman beracun, tanah tandus, dan air kotor. Kombinasi luar biasa yang akan mendorong manusia waras menjadi sinting dalam sekejap.
“Aku suka ide itu,” Nicholas menyambut tuduhan Zeno Faun yang berbalut kalimat manis dengan seringai. Dia menendang, tepat di kepala, seekor monster rusa yang bermaksud menanduk. Monster rusa jatuh berguling-guling menuruni lereng kemudian lenyap di bawah jurang. “Bunuh saja. Selesai!”
Mengesampingkan semua pertanda bahaya, Nicholas memilih maju. Dia mengambil ancang-ancang dan memanfaatkan para monster; beberapa kali dia menginjak kepala monster sebagai tumpuan agar bisa memperpendek jarak antara dirinya dan Khalas yang berdiri tenang di seberang sana—sama sekali tidak tertarik menyerang manusia. Justru dia seperti bosan dan hanya ingin menonton saja.
“Lord, Anda tidak bisa gegabah begitu!”
Nicholas mengabaikan teriakan Zeno Faun. Dia mulai mengayun pedang dan melompat kemudian dengan penuh percaya diri menghunus pedang ke arah Khalas.
“!!!”
Alih-alih terluka, Khalas justru dengan mudah menggenggam bilah pedang milik Nicholas. Kedua matanya terlihat merah seperti darah segar. Tanpa membuang waktu Khalas meremuk pedang milik Nicholas hingga hancur berkeping-keping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only for Villainess (Tamat)
FantasySalah satu impianku adalah bisa merasakan nikmatnya menjalani kehidupan makmur; kenyang, tidak perlu memikirkan masalah ekonomi, dan satu-satunya masalah hidup hanya memikirkan "besok mau makan apa?" Nah, jenis kehidupan damai, mapan, dan nyaman sep...