Viren berhasil menyelesaikan tugas. Cukup memakan waktu, sebenarnya. Monster dan iblis. Dia tidak habis pikir membayangkan Aveza membantai makhluk-makhluk yang hanya bergerak berdasarkan insting primitif tanpa terpengaruh menjadi salah satu dari mereka. Seseorang, bila tidak berhati-hati, akan ikut tercemar pengaruh buruk. Batas antara kegilaan dan nalar makin menipis. Perlahan kegelapan merayap dan menelan satu per satu kemanusiaan dalam diri seseorang. Namun, Aveza sepertinya tidak termasuk dalam golongan mudah terkena imbas.
Dari surat kabar Viren tahu sepak terjang Aveza. Pearl Aveza berhasil menumbangkan monster yang menguasai pesisir pantai utara, Alex Aveza konon mampu memenggal kepala monster level atas dalam sekali ayun, sementara Aveza yang lain....
Sekarang cukup bisa dimengerti alasan pihak kerajaan mati-matian mempertahankan hubungan baik dengan Aveza.
Debut dan pesta kemenangan menumpas pengaruh jahat di sebagian wilayah kerajaan pun dijadikan satu. Itulah alasan Viren bisa hadir dalam pagelaran akbar. Dia mengenakan seragam paladin terbaik; pakaian putih, berhias simbol emas, dan satu-satunya yang ia tidak miliki hanyalah pedang.
Viren mengasingkan diri, menepi di dekat jendela. Semua orang sibuk membaur dan mulai bertukar informasi. Satu demi satu bentara menyerukan nama lady beserta marganya ke sepenjuru ruangan. Debut. Mereka mulai diperkenalkan ke masyarakat. Masing-masing ditemani oleh pendamping. Setiap lady terlihat berkilau dan menawan.
Aula begitu megah dan ramai. Pelayan sibuk menawarkan minuman kepada pengunjung. Viren meraih gelas yang ditawarkan kepadanya dan langsung menenggak isinya. Minuman berbuih rasa buah. Lidah Viren serasa tergelitik oleh sensasi aneh begitu bersentuhan dengan minuman berwarna keemasan tersebut. Dia tidak pernah merasakan minuman semacam itu. Ketika bentara menyuarakan nama Ruby Eremond.
Perhatian Viren pun teralihkan. Dia memandang ke arah pintu masuk, menatap langsung kepada gadis bergaun merah yang kini ditemani oleh Count Eremond atau yang dulu dikenal sebagai Nicholas Aveza. Semenjak Raja menghadiahi gelar sekaligus wilayah kekuasaan, Nicholas resmi mengenakan Eremond sebagai identitas.
Dalam ingatan Viren, Ruby masihlah anak kecil bertubuh mungil yang bicaranya tidak terlalu lancar. Namun, kini kesan kekanakan dalam diri Ruby telah lenyap. Betapa cepat waktu mengubah segalanya.
***
Ruby langsung bergabung dengan deretan para lady, meninggalkan Nicholas, dan menunggu memberi salam resmi bersama para lady kepada Raja sebagai salah satu prosesi debut.
Tidak perlu menunggu lama, Raja Rudolph Delacroix pun muncul ditemani Ratu Melinda dan Putra Mahkota Sislin. Mereka mengenakan busana agung berhias permata dan sulaman benang emas. Lekas para lady yang akan memulai debut pun berbaris di hadapan Raja dan Ratu, kemudian membungkuk dan memberi penghormatan.
Raja Rudolph memberikan wejangan, menerima penghormatan dari para lady, dan mengumumkan selamat bagi mereka. Para lady pun kembali ke sisi keluarga masing-masing.
Setelah acara debut, Raja Rudolph pun mengumumkan keberhasilan memberantas monster yang kemudian ia pun memanggil sejumlah nama; Alex Aveza, Pearl Aveza, dan yang terakhir: Viren.
Mereka bertiga—Alex, Pearl, dan Viren—terlihat begitu memukau di hadapan Raja. Terutama Pearl, dia mengenakan seragam lengkap dengan celana—bukan gaun. Meski begitu tidak ada yang berani memberi komentar buruk terkait busana Pearl, mengingat sepak terjang Pearl dalam memberantas monster dan perampok. Sekalipun seorang perempuan yang terlahir dari kalangan ningrat, Pearl mampu membuktikan diri tidak kalah tangguh dari kakaknya, Alex.
Raja Rudolph memberikan ucapan. Dia menyematkan penghargaan di dada ketiga orang tersebut. Setelahnya ia berucap kepada khalayak, “Saatnya menikmati pesta.”
***
Aku tidak tertarik mengikuti sepak terjang siapa pun kecuali berkaitan dengan bisnis. Begitu bergabung dengan sekelompok lady percakapan pun mengalir begitu saja.
“Tuan Alex sangat menawan.”
“Betapa gagah Tuan Alex.”
“Andai aku bisa meminta satu dansa dengan Putra Mahkota, maka hatiku akan senang.”
“Apa kalian melihat putra Duke Khosrow? Dia sangat tampan.”
“Paladin muda itu tampaknya terlalu sulit untuk didekati. Ah mengapa?”
... yang kusimpulkan tidak berguna sama sekali.
Bisnisku! Aku ingin mulai melebarkan usaha agar pundi-pundi emas terkumpul. Namun, semua lady hanya tertarik dengan Alex, Putra Mahkota Sislin, Paladin Viren, dan bocah kematian: Emir Khosrow! Mereka sama sekali tidak berminat menjadi pengusaha dan hanya peduli dengan calon pasangan di masa depan.
Cukup bisa kupahami bahwa debut akan menjadi salah satu media promosi perjodohan, tapi setidaknya TOLONG BERI AKU RELASI BISNIS!
“Ruby!” Pearl langsung menghambur ke arahku. Dia memelukku, abai dengan pandangan sekitar, dan menempelkan pipi ke wajahku. “Kau begitu mungil dan menggemaskan. Bagaimana kalau kita minum-minum sampai puas?”
“Pearl, aku tidak ingin mabuk,” balasku dengan nada suara yang terdengar jenuh.
“Berhenti memonopoli Ruby dan biarkan aku melepas kangen,” protes Alex yang ternyata memilih mendekatiku daripada memuaskan keinginan lady dengan dansa dan perkenalan singkat. “Paman bilang aku harus menjaga Anak Ay-maksudku, Ruby.”
Aku dengar! Dia hendak memanggilku sebagai Anak Ayam!
“Ruby.... Ruby!” Pearl mengabaikan Alex. “Sini, kita berdansa.”
Di saat kisah romantis lady pada debutnya berkembang, aku justru terjebak bersama Pearl dan Alex. Kami berdansa bergantian. Saat kupikir cukup menari bersama mereka berdua, datanglah Nicholas, kemudian Armand. Lalu, Pearl muncul dan minta dansa LAGI, diikuti oleh Alex.
Sepanjang pesta aku tidak sempat membuka bisnis maupun kenalan. MEREKA MERUSAK RENCANAKU!
***
Saint Magda mencoba mengobati August Sika. Namun, selalu gagal. Dia merasa ada yang salah dengan sakit dadakan milik August Sika. Firasat mengatakan bahwa dia harus segera menyembuhkan mantan kepala pendeta dan mencari tahu alasan di balik hilangnya kecerdasan sekaligus kewarasan August Sika.
Oleh karena itu, Saint Magda pun membawa August Sika menyingkir ke bangunan khusus—yang terpisah dari kerumunan. Ditemani beberapa pendeta, dia meletakkan August Sika di tengah materai suci. Hutze, simbol kebaikan, tergambar di pusat materai. Hutze berbentuk melati musim panas dan matahari. Lalu, ada Kat. Simbol cahaya. Kat berupa bulan purnama yang intinya ditanamai bintang.
Pendeta telah menyebarkan bubuk sage dan daun salam ke sekitar materai. Setelah mengurapi dahi August Sika dengan minyak biji bunga matahari, Saint Magda menjauh dari lingkaran dan mulai membacakan doa-doa suci.
Materai mulai merespons panggilan Saint Magda. Pada awalnya materai memendarkan cahaya terang, tetapi lama-kelamaan cahaya memudar. Sulur kegelapan mengular, menelan seluruh cahaya.
“Saint!”
Semua pendeta menatap nyalang ketika sesuatu keluar dari materai. Makhluk itu tidak bisa dijabarkan dengan kata apa pun selain teror. Dia menggeram, kemudian rahang terbuka dan langsung menelan August Sika. Tidak ada seorang pun yang sempat bergerak. Udara semakin dingin hingga uap pun muncul ketika mengembuskan napas.
Tidak ada seorang pun, kecuali Saint Magda, yang mampu bergerak.
Semua orang terpaku di tempat. Pasrah pada ajal.
... dan kegelapan pun mulai melakukan pembantaian.
Selesai ditulis pada 5 Februari 2023.
Halo, teman-teman.
Hehe maaf lama baru update. Ruby nggak bisa saya kebut semalam soalnya udah masuk bab serius. :”( Penyakit saya itu kalau nulis pasti di bagian akhir, adaaaa aja rasa malas. :”( Hiks. Moooood kadang muncul, kadang enggak. Hiks. Maaf. Saya usahakan tamat kok. Huhuhuhu.
Salam hangat,
G.C
KAMU SEDANG MEMBACA
Only for Villainess (Tamat)
FantasySalah satu impianku adalah bisa merasakan nikmatnya menjalani kehidupan makmur; kenyang, tidak perlu memikirkan masalah ekonomi, dan satu-satunya masalah hidup hanya memikirkan "besok mau makan apa?" Nah, jenis kehidupan damai, mapan, dan nyaman sep...