72

1.8K 310 10
                                    

Ketika matahari mulai merayap dan bersembunyi di balik bukit, monster-monster telah tuntas dibantai oleh kelompok paladin. Mayat monster dan manusia. Tubuh-tubuh tak bernyawa itu menciptakan aroma yang mengundang lalat dan burung pemakan bangkai berdatangan. Bila dibiarkan maka bisa dipastikan monster lain, yang tertarik mengunyah bangkai, juga akan muncul. Dengan begitu permasalahan baru akan semakin memperburuk keadaan. Padahal paladin sudah kehabisan tenaga menghadapi monster—mereka tidak sanggup melawan monster yang baru.

Ilya Zeni, di luar dugaan Viren, memilih membekukan seluruh monster. Begitu lapisan es menyelimuti seluruh bangkai, kecuali manusia, dia menghancurkan seluruhnya sampai menjadi butiran kristal sehalus debu. “Angkat jenazah kawan-kawan,” perintahnya kepada paladin. “Sebelum malam menjelang dan membuat kita terperangkap dalam pertempuran.”

Paladin pun bahu-membahu menyelamatkan jenazah rekan seperjuangan. Tepatnya, segala yang masih tersisa pada diri mereka. Tepat ketika malam menjelang paladin telah meninggalkan lokasi. Tameng pelindung pun telah dipasang di sekitar lokasi yang telah dibersihkan oleh paladin. Sekalipun tameng pelindung merupakan penemuan penyihir dan sangat bertolak belakang dengan keyakinan paladin terhadap kekuatan suci, mau tidak mau mereka memanfaatkan temuan penyihir demi keselamatan khalayak.

Dengan langkah terseret, letih, dan dibebani dengan keputusasaan yang makin menebal seperti lumut di dasar sumur, semua paladin berharap bisa kembali dengan selamat.

Semua proses penghancuran tersebut tidak luput dari pengamatan Viren. Selama ini dia hanya mendengar kabar burung mengenai Ilya Zeni sebagai paladin yang lebih pantas menyandang gelar si pembantai. Ternyata itu semua, kabar burung, bukan isapan jempol belaka.

Viren pikir dirinya cukup kuat. Sangat kuat hingga bisa melindungi dirinya sendiri. Namun, dia salah. Selalu ada langit di atas langit. Kekuatan tidak terbatas. Kejahatan tidak terbendung. Kebaikan seperti sungai kering di musim kerontang. Monster yang kini mereka hadapi hanya segelintir kecil dari perpanjangan tangan kejahatan. Tidak ada jaminan keselamatan.

Cahaya mulai surut. Bintang-bintang mungil pun bermunculan di langit yang menggelap. Tenda-tenda didirikan seadanya. Pencahayaan hanya berasal dari api unggun dan kobaran api di anglo. Paladin yang terluka mendapat perawatan dari pendeta yang memiliki bakat penyembuh. Sebagian paladin, yang memiliki berkat suci, pun mengobati diri sendiri. Tidak ada yang terlihat bersemangat menyambut petang. Mereka terpaksa bermalam di luar. Hanya itu yang bisa dilakukan oleh kelompok itu sampai kelompok yang membawa perbekalan dan bantuan tiba. Jarak menuju pemukiman pun jauh. Lagi pula, di sana tidak akan ada manusia. Semua orang mengungsi, menjauh dari sapuan wabah dan serangan monster.

Akhir dunia mungkin akan segera tiba. Viren memikirkan kemungkinan semacam itu sembari melepas zirah. Satu per satu dia letakkan di tanah. Kini ia hanya mengenakan celana kain dan atasan yang telah basah oleh keringat. Dia mendengar derap langkah kaki dan menoleh ke belakang, tepat ke celah masuk di tenda. Seorang paladin yang masih mengenakan zirah, minus ketopong, berkata, “Ketua ingin bertemu denganmu.”

Ketua, pikir Viren.

Viren pun bergegas mengamini perintah. Dia berderap melewati kelompok pendeta yang tengah mempersiapkan makan malam dan beberapa paladin yang mencoba membersihkan senjata dari darah kering dan cuilan daging. Bukan pemandangan yang sedap. Tidak elok. Buruk seperti penyakit yang merambati kulit.

Paladin yang menjemput Viren menyingkir, memberi ruang bagi Viren agar bisa melangkah masuk ke dalam tenda.

“Kau terlihat jauh lebih baik dari perkiaraanku.”

Itulah sambutan yang diberikan oleh Ilya Zeni. Dia sudah melepas seluruh zirah dan mengenakan pakaian dari kain. Di dalam tenda terdapat dua kursi dan satu meja. Alas tidur hanya berupa kasur gulung yang ketebalannya sama menyedihkannya dengan pendapat Viren mengenai kelompok ningrat—tidak menarik.

Only for Villainess (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang