24

7.8K 1.4K 38
                                    

“Sepertinya Nona Ruby kemungkinan besar bisa menjadi saint,” Saint Magda menjelaskan. “Baru pertama kali ini saya melihat respons dari dewa-dewi secara serempak. Padahal Anda sekalian pasti paham bahwa anak-anak yang melakukan pemberkatan biasanya didampingi satu atau dua dewa. Namun, pada kasus Nona Ruby semua dewa-dewi ini tidak ragu memperlihatkan kuasa mereka di hadapan kita. Bahkan mereka bersedia mewujudkan diri dalam wujud manusiawi.”

Seusai pemberkatan Saint Magda mencoba meminta waktu kepada Carlos maupun Armand. Mereka berbincang di ruangan khusus. Hal ini Saint Magda lakukan agar tidak ada orang “tertentu” yang berani mencuri dengar. Kepala Pendeta bukan jenis lelaki yang bersedia menundukkan kepala kepada bangsawan mana pun dan menganggap kotor manusia. Dia, Kepala Pendeta, hanya bersedia patuh terhadap hukum para dewa dan dewi.

Duduk melingkari meja bundar yang terbuat dari kayu jati, semua orang, kecuali Saint Magda, memperlihatkan ketidaknyamanan di wajah mereka.

“Saya yakin Saint tahu ibu kandung dari Ruby,” Carlos langsung mengutarakan isi pikirannya. “Apa Anda bermaksud menyuruh Ruby mengemban amanat sebagai saint?”

“Tolong mengertilah,” Saint Magda mencoba meredakan bara kemarahan dalam diri Carlos maupun Armand. “Saya sama sekali tidak bermaksud meminta Nona Ruby menyerahkan diri kepada Kuil Giham. Dia berhak bersama Aveza. Yang ingin saya sampaikan adalah kemungkinan lain. Coba Anda sekalian pertimbangkan baik-baik mengenai kekuatan si gadis cilik ini.”

“Ruby tidak seperti itu,” Armand menampik.

Saint Magda menggelengkan kepala, teramat pelan seperti ayunan tangkai lili. “Saya ingat cerita mengenai salah satu saint bernama Saint Zevi. Beliau diberi berkat oleh Urmiz, dewi cahaya. Pada masa itu Damanus dan kerajaan lain tengah mendapat ancaman dari iblis. Pasti Anda tahu sejarah Damanus yang satu ini. Iblis meruyak masuk ke alam manusia, menghancurkan panen, meracuni ladang, dan memburu manusia tanpa ampun. Kemudian Saint Zevi turun tangan dan berkat kesaktian dari Urmiz, beliau mampu melenyapkan iblis yang merangkak di daratan manusia.”

“Itu tidak sama dengan kondisi Ruby,” Armand mendebat argumen Saint Magda. “Damanus tidak sedang diburu oleh iblis mana pun. Negeri kita kuat. Saya yakin paladin mana pun bisa menjamin keselamatan peziarah yang hendak menjalankan misi suci.”

“Duke, paladin dan saudara Anda pun mengalami hal buruk,” Saint Magda membantah. “Apa Anda ingat kejadian buruk sekian tahun lalu? Kala itu Pendeta Sofia masih memberikan bantuan kepada paladin dari Giham, tapi nahas bagi mereka yang di luar jangkauan Pendeta Sofia. Saya tidak percaya bahwa itu ulah penyihir jahat. Lebih masuk akal ada campur tangan iblis dalam peristiwa terkutuk itu. Bila Anda sekalian memang menyayangi Nona Ruby, maka saya sarankan biarkan dia menerima pelajaran dari pendeta.”

“Ruby, cucuku, tidak akan masuk kuil mana pun!” Carlos terlihat siap memuntahkan ucapan buruk kepada manusia mana pun yang berani mendepak keputusannya.

“Saya tidak pernah bilang bahwa Nona Ruby ‘harus’ berada di kuil,” kata Saint Magda penuh makna. Kedua matanya berbinar jail seolah ada siasat bagi kedua Aveza. “Saya akan memberikan buku dan sejumlah pengetahuan dasar kepada Nona Ruby. Anda sekalian bebas menunjuk pendeta pendamping mana pun. Tidak harus Giham. Saya yakin Anda memiliki orang kepercayaan lain, bukan?”

Tawa mengejek terlontar dari mulut Armand. “Kenapa bukan dirimu, Saint Magda?”

“Ya,” Carlos menangkap kecurigaan dalam nada suara putranya. “Kenapa bukan Anda yang mengajukan diri sebagai pendamping Ruby? Apa Anda sedang bersiasat, Saint?”

“Tidak,” Saint Magda menampik tuduhan Carlos dan Armand. “Saya tidak tertarik menjerumuskan bocah manis itu ke dalam pertarungan antara pengurus Giham.” Dia merentangkan tangan, menampilkan diri sebagai sosok lain ... sosok wanita tanpa label saint. “Dulu saya pun orang biasa. Sebelum Giham memilih saya sebagai saint. Posisi ini saya dapatkan bukan karena dewa-dewi memberkati saya, melainkan murni karena tidak ada kandidat lain yang jauh lebih kuat daripada saya pada waktu itu.”

Sekarang Saint Magda mengatupkan kedua tangan dan mulai menampilkan wajah sedih. “Saya tidak berasal dari kalangan beruntung,” ujarnya dengan nada sendu. “Saya tahu berat dan keji manusia di luar kuil. Anda pasti paham alasan saya memilih bertempat di Giham daripada yang lain? Setidaknya di sini tidak ada tangan-tangan nakal yang ingin memanfaatkan tubuh saya.” Kemudian Saint Magda membuat gerakan melambai pelan sembari berkata, “Walau harus saya akui bahwa di kuil pun masih ada iblis dalam wujud manusia. Sebab kita semua tahu bahwa iblis tidak selamanya berwujud buruk rupa dan senang mengunyah daging mentah. Ada iblis berwajah rupawan, mengenakan pakaian indah, dan terlihat tidak berbahaya. Jenis iblis ini meracuni manusia dengan cara berbeda. Bukan cakar maupun taring, melainkan koneksi.”

“Apa untungnya memberitahukan kami mengenai Ruby?”

“Dengan begitu Kepala Pendeta tidak bisa memanfaatkan kesaktian Nona Ruby,” Saint Magda membalas pertanyaan Armand. “Dia harus dilindungi dari Kepala Pendeta, bahkan saya sarankan agar pihak kerajaan tidak mengetahui perihal kesaktian Nona Ruby.”

Saint Magda memang belum bisa mengetahui kekuatan yang dewa-dewi berikan kepada Ruby. Namun, besar kemungkinan bahwa siapa pun yang diberi kewenangan oleh dewa-dewi pasti memiliki kesaktian. Setiap saint pada masing-masing zaman mewakili kekuatan dewa maupun dewi tertentu. Pada kasus Ruby, bisa jadi bocah cilik itu mendapat kemampuan luar biasa.

Anak-anak manis jangan sampai jatuh ke tangan jahat, itulah yang Saint Magda cemaskan.

Ruby bisa saja disandingkan sebagai pasangan putra mahkota dan menjadi ibu bagi Damanus. Namun, itu berarti akan banyak tangan yang mengincar pengaruh Ruby. Dengan begitu Ruby akan kehilangan masa bermain dan dipaksa menjadi orang dewasa sebelum waktunya. Jelas tidak baik.

‘Lagi pula,’ kata Saint Magda dalam hati. ‘Dia terlalu imut. Ah aku ingin mencubit pipi dan menciumi wajahnya. Kenapa bisa ada bocah semenggemaskan ini?’

Tentu saja pikiran itu tidak Saint Magda utarakan kepada Carlos maupun Armand. Jelas kedua pria itu tidak rela membagi keimutan Ruby dengan siapa pun.

Bila dipikir-pikir bukan hanya Saint Magda yang terjebak pesona imut milik Ruby. Beberapa pendeta lain pun sempat terperangah dan tenggelam dalam pancaran sinar si bocah. Seolah ingin berlari dan menimang Ruby kemudian menyuapinya dengan kue maupun puding. Pasti kuil akan kebanjiran pengunjung karena ingin bersaing memperebutkan kesempatan menimang Ruby.

“Jadi, sudah diputuskan,” kata Carlos. “Anda akan menutup rapat mengenai Ruby dari telinga Kepala Pendeta.”

Saint Magda mengangguk. “Saya jamin Kepala Pendeta tidak akan mengetahui satu kebenaran pun terkait Nona Ruby dari mulut saya maupun rekan-rekan saya. Kepala Pendeta tidak akan dan tidak boleh tahu keberadaan Nona Ruby. Sama seperti yang Anda sekalian harapkan.”

‘Andai aku bisa bermain sekali dengan bayi mungilku,’ Saint Magda meratap dalam hati. Dia tidak tahu saja bahwa ada pendeta lain yang kini menjadi pujaan Ruby. Si pendeta yang tengah mengobati luka Ruby menjadi salah satu idola terbaru.

***
Selesai ditulis pada 5 Juli 2022.

***
Selamat membaca.

Salam hangat,

G.C

Only for Villainess (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang