Viren tidak bertahan lama di istana. Dia memilih kembali ke Giham. Keputusan menyesakkan karena kabar duka langsung menampar Viren. Saint Magda tewas. Bukan hanya Saint Magda, melainkan sejumlah pendeta termasuk August Sika pun meregang nyawa dengan cara yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia.
Kematian saint tentu saja memicu konflik. Beberapa kelompok menuntut lekas mengangkat pengganti pimpinan imam dan mengajukan beberapa kandidat saint. Adapula yang bersikeras memohon memundurkan pengangkatan saint maupun imam hingga penyebab kematian Saint Magda ditemukan—dengan kata lain, lekas menyeret tersangka ke tiang gantungan.
Membunuh saint merupakan kejahatan terkeji dan terbesar di Damanus. Saint sama dengan perpanjangan tangan dewa dan dewi. Salah satu corong pengantar kehendak para dewa dan dewi. Dengan ketiadaan pengantar pesan, maka ditakutkan akan terjadi bencana.
Pengangkatan saint baru tidak bisa dilakukan sesuka keinginan manusia. Sekalipun ada beberapa calon pendeta yang memang memiliki kekuatan terang yang sama bagusnya dengan keinginan Imam Besar yang kini menduduki kekuasaan tertinggi di Giham setelah kepergian August Sika dan Saint Magda, tidak bisa langsung ada pengangkatan.
Saint bukan manusia biasa. Dia adalah ratu terang, ratu umat manusia. Harus ada persetujuan para dewa dan dewi. Ada ritual dan ujian yang perlu saint lakukan. Apalagi kini kondisi kerajaan amat buruk. Wabah menjangkiti beberapa kawasan di kerajaan. Penyakit aneh yang menyebabkan penderitaanya kehilangan kemampuan berjalan, lantas perlahan merusak sistem pencernaan dan peredaran darah, hingga kemudian mati kehabisan darah karena tubuh terus saja mengalami pendarahan.
Tidak hanya wabah, hama pun mengancam sejumlah panen. Dimulai dari kemunculan belalang, kemudian berlanjut ke serangga beracun yang mengisap habis kehidupan dari setiap pohon yang akan berbuah. Sejumlah mata air tercemar limbah asing. Tanah yang ada di sekitar mata air menjadi rusak, tidak bisa ditanami apa pun. Udaranya pun terpolusi oleh zat berbahaya yang sampai sekarang masih belum bisa ditemukan sumbernya. Hanya serangga beracun, monster, dan tanaman berbahaya saja yang mampu bertahan. Manusia dan ternak harus mengungsi ke daerah yang belum terjamah sentuhan jahat.
Monster pun merajalela. Beberapa secara terang-terangan mencoba menginvasi hunian manusia, sementara yang lain merayap secara perlahan menuju pemukiman. Beberapa kesatria dan paladin yang ditugaskan pun kewalahan. Salah satu penyebab utama ialah, pasokan pangan dan air bersih. Manusia, sekalipun sekuat monster, tetap butuh istirahat dan energi. Tanpa dukungan pangan, air bersih, dan kesempatan mengistirahatkan diri satu per satu pejuang terkuat akan tumbang.
Pendeta dari kuil mana pun menyarankan mengurungkan niat mencari pengganti saint. Apabila dunia tengah di ujung tanduk, keselamatan manusia haruslah diutamakan di atas kepentingan pribadi. Itulah yang mayoritas pendeta pikirkan.
Viren pun dipaksa bergabung dengan kelompok paladin yang berada di bawah kekuasaan Ilya Zeni. Selama ini dia hanya mendengar perihal paladin terkuat itu. Satu kali pun belum pernah berjumpa secara langsung.
Sepak terjang Ilya Zeni melegenda di antara para paladin. Mereka semua meyakini bahwa Ilya Zeni sama kuat dan mengerikannya dengan Nicholas Aveza maupun Armand Aveza. Adapun perbedaan di antara mereka hanya terletak pada sikap. Ilya Zeni tipikal lelaki dingin yang tidak mau tahu urusan orang lain. Sekalipun dia memperlihatkan respons terhadap suatu hal, sudah pasti bukan pertanda baik bagi yang bersangkutan.
Terik matahari terasa menyengat. Paladin dalam balutan zirah mendapat cobaan dua kali lipat. Seharusnya suhu pada musim ini terasa ringan dan sejuk. Namun, akibat fenomena aneh dan segala bahaya yang merayap ke permukaan ... tidak ada keinginan apa pun selain berharap bisa melewati pertarungan dengan selamat sampai akhir.
Monster yang dihadapi oleh kelompok Viren pun berbeda dari monster pada umumnya. Mereka lebih ganas, liar, dan menyerang tanpa rasa takut.
Pada dasarnya monster sama seperti makhluk hidup; mereka bisa merasa lapar, terancam, dan marah. Monster yang Viren hadapi tidak memperlihatkan setetes pun ketakutan di kedua mata mereka. Seolah siap menghancurkan apa pun yang berdiri di hadapan mereka. Siap tempur. Siap mati!
KAMU SEDANG MEMBACA
Only for Villainess (Tamat)
FantasySalah satu impianku adalah bisa merasakan nikmatnya menjalani kehidupan makmur; kenyang, tidak perlu memikirkan masalah ekonomi, dan satu-satunya masalah hidup hanya memikirkan "besok mau makan apa?" Nah, jenis kehidupan damai, mapan, dan nyaman sep...