39

5.6K 1.1K 36
                                    

Saint Magda mendapat mandat dari Raja Rudolph. Dalam surat yang dibawa oleh petugas istana menyebutkan bahwa Saint Magda diminta membantu sejumlah penyihir dan pihak berwenang menanam sejumlah ash dan mawar hitam di titik tertentu. Itu akan dilakukan begitu Nicholas Aveza berhasil memberantas monster dan biang masalah yang ada di area yang paling menerima dampak terburuk.

"Saint, apa Anda baik-baik saja?"

Viren. Paladin muda itu menemani Saint Magda di rumah kaca. Ada beberapa tanaman yang sebenarnya cukup ampuh mendampingi ash dan mawar hitam sebagai pendamping. Memang ash dan mawar hitam yang paling ampuh. Saint Magda telah membaca beberapa referensi terkait dua tanaman tersebut dalam sejarah Damanus.

"Cukup melelahkan," jawab Saint Magda. "Esok aku harus memberkati Sir Nicholas sebelum berangkat ke perbatasan. Hah... Andai saja aku bisa menemui gadis cilik itu."

Kali ini Saint Magda menempelkan kedua telapak tangan ke pipinya dan mulai berpose seperti seorang gadis tengah kasmaran. Sama sekali tidak peduli dengan Viren yang ada di dekatnya.

"Saint...."

Sekarang Saint Magda menghela napas. Dia tidak menyukai berlama-lama mencari tanaman sekadar demi menolong Nicholas Aveza dan yang lain selamat dari siasat August Sika.

Saint Magda mendongak, menatap langit-langit yang bersepuh emas. Langit di baliknya tampak cerah, biru seperti lautan, dan mendadak dia teringat Pendeta Sofia. Rekan yang memiliki bakat serta kemampuan. Manusia yang memilih meninggalkan Giham dan kembali ke kubangan kemiskinan.

Bukan rahasia umum bila sebagian besar pendeta dan paladin yang ada di kuil berasal dari kelas bawah. Saint Magda pun sama. Dia berasal dari keluarga miskin. Ibunya seorang buruh cuci. Ayah? Dia lelaki pemabuk yang suka memukul istri dan anaknya. Satu-satunya alasan Saint Magda bertahan di sana, di rumah yang tidak ada bedanya dengan neraka, hanya demi ibu.

Akan tetapi, musim dingin datang terlalu cepat. Ibu Saint Magda terkena paru-paru basah. Dia tidak bisa bekerja dan Saint Magda terpaksa menjadi pemulung. Dia berusaha mengumpukan uang demi biaya pengobatan ibunya. Namun, uang-uang itu dirampas oleh pemabuk, ayahnya.

Pada pertengahan musim dingin, ibu Saint Magda mengembuskan napas terakir. Sebelum menutup mata ibunya meminta agar Saint Magda pergi ke Giham. Maka pelarian pun terjadi hanya dengan berbekal beberapa keping koin.

Kuil pun tidak ada bedanya dengan masyarakat yang dikenal Saint Magda. Andai dia tidak memiliki berkat suci, mungkin August Sika akan melempar dirinya ke mulut anjing-anjing lapar.

'Bukan saatnya mengasihani diri sendiri,' kata Saint Magda kepada diri sendiri. 'Aku harus melakukan sesuatu demi melindungi anak-anak.'

"Viren, bagaimana perkembangan latihanmu? Apa kau sudah bisa memanggil makhluk suci?"

Makhluk suci yang dimaksud oleh Saint Magda ialah sekumpulan hewan yang menjadi perwakilan dari para dewa dan dewi. Aveza tidak memiliki hewan suci, begitupula dengan kesatria terkenal dari kerajaan. Namun, pada beberapa kasus paladin dan pendeta diberkati dengan makhluk suci sebagai pendamping. Ada beberapa pendeta yang diberkati makhluk suci. Sayang makhluk itu hanya berasal dari kelas rendahan, tidak cocok digunakan sebagai kawan bertempur.

Andai Viren memiliki makhluk suci, maka August Sika tidak bisa menjulurkan tangan kepada anak ini. Saint Magda telah melihat berkat dalam diri Viren. Berbeda dengan milik Alex Aveza maupun Sislin Delacroix. Tidak lemah, tapi auranya seolah tersembunyi oleh lempengan emosi yang menyumbat pancaran sinar dari dalam diri Viren.

"Viren," kata Saint Magda sembari membelai kepala Viren. "Tolong lepaskan kemarahan dalam dirimu. Berkat tidak bisa tumbuh dalam hati yang dipenuhi dengan kebencian."

"Saint, di hari ketika Kepala Pendeta membunuh temanku," Viren membalas dengan nada suara yang terdengar begitu getir dan terasa perih. "Aku sudah merelakan kemanusianku mati. Dia harus menerima pembalasan. Mungkin bukan olehku, tetapi yang lain. Namun, tolong jangan minta aku merelakan emosi dalam hatiku. Bila aku lupa, maka aku takut akan berubah menjadi orang yang mudah dibodohi oleh janji manis, sama seperti dia."

Tidak satu kali pun Saint Magda mengampuni dirinya sendiri. Selalu dia menyalahkan diri sendiri akibat hilangnya anak-anak di tangan bangwasan. Baron yang membunuh Liu, sahabat Viren, pasti akan menerima pembalasan.

Dalam hati pun Saint Magda menganggap dirinya bukan orang suci. Orang suci seharusnya memaafkan dan mengasihani, tetapi dalam diri Saint Magda hanya ada getir dan keputusasaan. Kadang dia bermimpi terikat oleh rantai-rantai yang menyebabkan dirinya terbenam di sumur tempat ular bersarang. Lalu, August Sika akan melempar anak-anak ke tangan-tangan berlumur darah dan dia tertawa menyaksikan bocah-bocah mati di tangan sang kejam.

"Tidak, Viren. Kita bisa melakukan sesuatu," Saint Magda membujuk. "Masih belum terlambat."

"Aku tidak sependapat dengan Anda, Saint."

"Kepala Pendeta pasti akan menerima karma. Viren, aku melihat ada cahaya yang muncul. Sekarang aku tidak bisa memberitahumu. Suatu saat akan ada penyelamat dan semua penjahat akan diseret ke tiang gantungan."

Saint Magda mengalihkan perhatiannya kepada deretan pot bunga. Setiap pot memiliki bunga dengan warna gelap. Sebagian berkelopak besar, yang lain memiliki kelopak seperti lonceng.

Lonceng....

Sekali lagi Saint Magda teringat kepada Ruby Aveza. Gadis cilik itu mendapat perhatian dari dewa dan dewi. Andai August Sika tahu, maka ia tidak akan tinggal diam. Bila bocah seperti Liu saja tega ia berikan kepada baron sebagai budak nafsu, maka Ruby ... bisa jadi August Sika akan menjual informasi tersebut kepada musuh Aveza.

"Viren, andai kau bertemu dengan putri termuda Aveza," Saint Magda memohon, "tolong jaga dia jangan sampai tersentuh oleh tangan Kepala Pendeta. Kau tidak boleh membiarkan siapa pun melukai putri termuda keluarga Aveza."

"Setahu saya Nona Pearl Aveza mampu melindungi dirinya sendiri."

Saint Magda menggeleng. "Bukan dia. Ada anak gadis lain di keluarga Aveza. Dia tidak sebesar dan setangguh yang lain. Mungil, menggemaskan, seperti peri. Oh aku ingin menimangnya! Sayang sekali Duke Aveza memelototiku! Dia tidak memperbolehkan siapa pun mencium bayi mungil itu. Oh hatiku," keluhnya sambil meletakkan kedua tangan di dada. "Sakit dan pedih. Aku ingin menggendong dan menimangnya."

"..."

"Dia menggemaskan, Viren. Sekali lihat kau pasti akan jatuh cinta," ucap Saint Magda. Dengan semangat menggebu-gebu dia menjelaskan curahan hatinya. "Dia sekecil ini," katanya sembari merentangkan tangan. "Ah aku ingin memelukmu, Nona Ruby! Aku bahkan harus menyuap paladin yang mampir ke kediaman Aveza sekadar demi mendapatkan rekaman Nona Ruby."

Kemudian Saint Magda merogoh sesuatu dari saku dan mengeluarkan artefak sihir. Dia menekan tombol pemutar dan muncullah rekaman seorang gadis cilik yang tengah bermain dengan bola. "Uuuuung!" teriaknya sambil melempar bola ke pelayan.

"Lihat, Viren! Dia manis, bukan? Kyaaaa andai aku menikah dan punya anak. Semoga anakku semanis ini!"

Viren memutuskan diam dan mengamini omongan Saint Magda.

***
Selesai ditulis pada 11 Agustus 2022.

Halo, teman-teman.

Terkait penggunaan saint. Di bahasa kita tidak ada kata penunjuk gender. Beda dengan bahasa asing. Dia wanita. Dia lelaki. She. He. Saint. Saintess. Villainess. Villain. Succubi. Incubi. Dan lain-lain. Bisa saja saya menggunakan Saintess Magda. Namun, rasanya kurang nyaman dan ... ya entahlah. Nggak enak. (😭😭😭Oh jurang bahasa ini benar-benar menyiksaku! Huwaaaa!)

Pernah kepikiran ingin saya gunakan Santa Magda. But, saya takut ini malah terkesan menghina keyakinan di dunia nyata. Makanya, saya pilih saint yang lebih (di hati saya mohon maaf kepada kalian yang paham tata bahasa, semantik, leksikal, sampai turunan kata, dan lain huweeee) saya pilih saint saja yang simple. (Jadi penasaran kata knight, demon, vampire, dll apa ada pembeda gender? Haih tambah beban pikiran. 😭💔)

:") Terima kasih atas pengertiannya, teman-teman.

Oh ya, semoga saja saya bisa tetap konsisten menamatkan Ruby. Ini akan panjang dan tolong temanin saya nulis! Ini nggak enak nulis sendirian. Huweeee! Oke? Temanin saya ya, teman-teman. Love you, teman-teman.

Salam hangat,

G.C

Only for Villainess (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang