76

1.8K 294 6
                                    

Nicholas sampai di pemukiman para paladin tepat ketika matahari berada di langit. Panas menyengat membuat sebagian orang memicingkan mata. Sekalipun zirah yang dikenakan oleh mereka didesain khusus tahan panas, tapi tetap tidak membuat pemakainya lolos dari siksaan pengap. 

Akan tetapi, begitu malam menjelang kesejukan pun meredakan sensasi yang membuat pemakai zirah merasa gerah. Ilya Zeni secara terang-terangan menyatakan ketidaksukaannya terhadap Nicholas. Seteru di antara mereka makin meruncing. Andai tidak ada monster, sudah pasti kedua lelaki itu akan mulai baku hantam.

Irial Korva, paladin yang turut serta dalam misi milik Ilya Zeni, berusaha meredakan ketegangan antara kelompok paladin dan kesatria yang berada di bawah naungan Nicholas. Namun, usahanya berbuah pahit. Satu sama lain mulai adu pamer: memburu monster, memastikan kelompok mereka yang paling banyak menyumbang kemenangan, dan membuat siapa pun yang ingin berada di area netral jadi jengah.

Adapun orang yang paling tidak peduli dengan seteru antara Nicholas dan Ilya hanyalah Viren. Dia tampak berbeda. Ketika melibas monster, maka akan ia bereskan dengan bersih. Tidak ada acara pamer sebagaimana kesatria maupun paladin lain. Dia bahkan tidak berusaha membaur dengan siapa pun. Tatapan paladin muda itu terfokus ke langit. Malam kini menampilkan rembulan merah—rembulan yang sepertinya memberikan pertanda buruk kepada siapa pun.

Paladin maupun kesatria lainnya pun mengabaikan kegiatan apa pun yang hendak mereka lakukan manakala menyadari sesuatu mulai menyeruak keluar dari kegelapan. Kewaspadaan meningkat. Tanpa komando masing-masing paladin dan kesatria bersiap dengan zirah serta senjata. Anggota penyembuh mulai menyingkir ke naungan sihir yang melindungi mereka.

Angin tidak berembus. Suasana mendadak hening. Tidak terdengar satu pun dengung katak maupun nyanyian hewan malam. Sunyi.

Satu per satu monster pun turun dan mengincar siapa pun yang cukup sial menarik perhatian mereka. Pertempuran berlangsung sengit. Malam panjang dan kisah pembantaian akan diceritakan dalam babak panjang. Entah pihak manusia ataukah monster yang berasil keluar sebagai pemenang.

Tidak ada yang tahu.

***

Sama seperti bangsawan lainnya yang memiliki pasukan tempur, Khosrow pun diminta turun tangan membendung luapan kekacauan. Tidak seperti bangsawan lain yang tunduk pada perintah Raja Rudolph, Duke Vincent memiliki agendanya sendiri. Di luar dia tampak kooperatif, tetapi di belakang dia bersiap menusukkan belati kepada Raja Rudolph. Tahap terakhir rencananya sebentar lagi akan selesai. Damanus akan terhapus dari peta dan dia akan membangun ulang negeri yang sesuai dengan visi miliknya. Semua orang akan ia ubah dalam catatan sejarah. Dialah yang menjadi sang pemenang pada akhirnya. Tidak ada satu sandungan pun. Semua bisa dibereskan oleh Duke Vincent.

Seharusnya.

Seharusnya Duke Vincent bisa menjalankan rencananya dengan sukses. Namun, ada perubahan ... Bukan perubahan, melainkan variabel yang tidak dia sadari.

“Mengapa kau berani menyentuhnya?”

Seperti binatang yang terjerat perangkap, Duke Vincent tidak bisa mengelak ketika tangan-tangan kegelapan menyergap dan mengunci pergerakannya. Sekarang dia hanya bisa diam tidak berkutik ketika kewibawaan dan kekuasaan lenyap dari genggaman tangan.

“Selama ini aku diam, tetapi kau sama sekali tidak mematuhi aturan mainnya.”

Inilah variabel yang tidak Duke Vincent pikirkan. Putranya sendiri. Emir.

“Apa maksudmu, Emir?!”

Duke Vincent berusaha meronta. Dia berjuang menggerakkan tangan, tapi cengkeraman tangan-tangan kegelapan makin menjadi dan membuatnya kehilangan akses. Sesuatu mencekik tenggorokkan dan membuat dia kesulitan bernapas.

Only for Villainess (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang