64

3.3K 589 14
                                    

Keberadaan Alex seperti badai. Dia benar-benar tidak tahu diri! Merupakan keharusan bagiku mengikuti debut di istana. Aku akan diperkenalkan sebagai Lady Ruby. Lady! Bukan bocah yang diingat orang-orang karena sering menangis dan berkata uuuuung! Aku berhasil melawati proses menyembuhkan fisik sekaligus mental bocahku. Kecuali masalah mengagumi Jarga. Oh dia tetap, uhuk, menarik dan membuatku ingin melamar pekerjaan sebagai tukang sapu khusus di kamar Jarga! Oh pikiran mesumku.

“Kenapa kau ada di sini?”

“Karena aku merindukan Ruby, Paman.”

... dan kedua lelaki yang duduk semeja denganku—Alex dan Nicholas—membuat perasaanku dilanda badai tak berkesudahan.

Rencana makan malam damai pun tinggal rencana. Nyatanya aku harus berjibaku dengan pelototan Nicholas (ke Alex, tentu saja) dan senyum menawan tapi menyebalkan milik Alex (yang digunakan untuk membunuh ketenangan ayahku, tentu saja) tiada henti.

Aku ragu makan dengan benar. Jangan-jangan yang kukunyah itu bunga untuk hiasan dan bukannya sayur karena rasanya pahit ketika tersentuh lidah. Huwek. Kunyah, kunyah, telan, pokoknya tidak boleh dibuang meskipun lidahku mati rasa.

“Lekas kembali ke Aveza,” Nicholas mendesis. Dia mencengkeram pisau dan garpu dengan cara seseorang yang tengah ingin membunuh musuh. “Aku tidak mempersilakanmu di sini.”

“Paman, Ruby butuh pendamping ketika debut nanti. Aku dengan senang hati mendampinginya ketika debut di istana bersama para lady.”

Berani taruhan kalau Alex hanya ingin menghalangi diriku berkenalan dengan pemuda maupun calon suami kaya raya dan mapan!

Ung memilih berendam dalam lautan anggur dan beri. Mangkuk seukuran bola basket ada di tengah meja. Dia tengah telentang, menghadap ke atas, dengan paruh membuka karena kekenyangan. Burung yang satu itu memiliki selera makan yang tidak umum!

“Putriku tidak butuh bantuanmu,” Nicholas menolak. Kini dia menghunjamkan garpu ke dalam daging dengan gaya horor penuh teror. “Ada madam, madam siapa pun, yang bisa menemani putriku.”

“Akan tetapi, mereka pasti tidak bisa menghalangi makhluk jelalatan yang mengincar Ruby-ku.”

“Dia bukan Ruby-mu,” Nicholas mengoreksi. Hening sejenak. Dia menatapku yang masih berjuang menandaskan makanan, kemudian menatap Alex. “Kau akan memastikan tidak ada satu pria kurang ajar berani mendekat?”

“Aku bahkan akan menendang siapa pun yang berani mendekat,” Alex mengumbar janji. “Bagaimana, Paman?”

“Boleh juga.”

Kesepakatan pun terjadi.

Kadang mereka berdua, Alex dan Nicholas, bisa sepaham untuk hal-hal aneh.

Sampai jumpa, calon suamiku yang entah siapa. Pawangku terlalu ganas dan sulit dijinakkan.

Hiks.

***

Sislin sengaja mengenakan pakaian serbahitam berikut jubah bertudung dan masker yang kini menyembunyikan sebagaian wajahnya. Ditemani beberapa pengawal, yang berpakaian serupa, dia berjalan di antara kerumunan. Para pedagang mulai meneriakkan jualannya. Mulai dari permen dengan cita rasa seperti mimpi manis, cermin yang akan menampilkan pasangan hidupmu, dan bahkan minuman yang sanggup memperpanjang usia karena klaim campuran bubuk sisik naga.

Tentu saja Sislin tidak percaya kepada satu pun janji pedagang. Mereka, para pedagang, sesungguhnya merupakan penyihir dari bermacam daerah bahkan kerajaan yang bertandang langsung menuju Pekan Raya Ajaib yang diselenggarakan di pusat kota yang terletak di Provinsi Zubar.

Only for Villainess (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang