Zeno Faun tidak berani mengajukan pertanyaan kepada Nicholas Aveza terkait kepergian “mendadak” usai perang. Kemunculan Ragnok, kematian Khalas, dan kembalinya Nicholas Aveza dengan sebuah pedang baru. Semua orang tampaknya tidak ingin mencampuri urusan pribadi Nicholas. Lagi pula, Nicholas pun jelas tidak berniat membuka pembicaraan apa pun dengan siapa pun termasuk pemimpin paladin, Hugo Jachim.
Adapun terpenting dari kesemuanya ialah, kecepatan Nicholas Aveza membereskan monster nakal di pesisir Provinsi Neteru terutama yang berdekatan dengan daerah Saviq. Beberapa kali Ragnok muncul. Makhluk itu selalu berhasil membuat semua orang terpana sekaligus ketakutan. Ular raksasa yang tak segan membantai monster yang berusaha melukai Nicholas.
Sungguh efisien, pikir Zeno Faun.
Oleh karena itu, tugas membereskan monster pun tidak memakan waktu berbulan-bulan lamanya. Terlebih penyihir dan pendeta berhasil menanam ash dan mawar hitam sebagai benteng. Tidak butuh bantuan Saint Magda, yang notabene terkendala izin dari Kepala Pendeta, August Sika.
Tanpa disadari oleh siapa pun tugas dari Raja Rudolph pun usai. Kini Nicholas Aveza bisa kembali ke Provinsi Maythem, menuju Kota Zeru. Kabar keberhasilan Nicholas Aveza tersebar dengan cepat. Iring-iringan Nicholas Aveza menerima sambutan baik ketika melewati jalan utama menuju istana. Semua orang menatap takjub kepada anggota rombongan yang mengenakan pakaian dan zirah terbaik, menunggang kuda gagah yang telah dihiasi dengan perlengkapan mewah, dan tampak anggun.
Hujan bunga terjadi. Para gadis melempar bunga di jalanan dan berharap sekuntum bunga itu mendarat di tangan kesatria. Adapula wanita yang melambaikan saputangan sembari meneriakkan ucapan selamat. Kota Zeru terlihat cerah oleh warna-warni menawan. Kejadian yang sangat menyenangkan hati.
Zeno Faun dan Hugo Jachim membalas lambaian tangan, senyum tak lekang dari wajah mereka. Seakan memang momen tersebutlah yang sungguh mereka inginkan. Kedua lelaki itu menunggang kuda tepat di belakang kuda yang ditunggangi oleh Nicholas. Sesekali mereka menangkap basah pandangan mendamba para gadis yang sungguh mati ingin diperhatikan oleh Nicholas Aveza. Namun, Nicholas sama sekali tidak melempar senyum ataupun lambaian singkat kepada para pengagumnya. Dia hanya terus berkuda, menatap lurus ke jalanan, dan bersikap dingin.
“Apa tuanmu merasa akan mati kalau tidak membalas perhatian gadis-gadis?” tanya Hugo Jachim kepada Zeno Faun. “Dia masih sendiri. Sungguh aneh.”
Zeno tidak berani menjawab. Kadang Nicholas bisa sangat menyeramkan daripada kakaknya, Armand, ataupun ayahnya, Carlos. Sebenarnya semua Aveza memang mengerikan. Itu termasuk Alex.
Jalanan pun mengarah menuju istana utama. Kesatria berzirah maupun berseragam dari bermacam unit pun turut serta menyambut kedatangan Nicholas. Bahkan bangsawan pun ikut hadir. Seumur hidup Zeno Faun tidak pernah merasa begitu bersyukur telah lahir ke dunia.
Nicholas dan yang lain turun. Mereka lekas berlutut memberi hormat sekaligus menerima penyambutan dari Raja Rudolph. Ratu dan Putra Mahkota pun turut serta menyambut.
“Selamat, Sir Aveza.”
Nicholas menerima gulungan perkamen yang diberikan oleh Raja Rudolph. Gulungan tersebut berisi sejumlah hadiah sekaligus gelar baru bagi Nicholas Aveza. Sekarang Nicholas seorang Count.
Count Eremond.
***
Pesta perayaan keberhasilan Nicholas digelar oleh pihak istana. Bukan hanya orang dewasa saja, melainkan anak-anak pun boleh ikut. Enak bagi orang dewasa. Mereka tidak perlu menghabiskan waktu pura-pura senang ketika mendapat teman baru. Hah.... Bahkan mereka tidak perlu menderita sepertiku.
“Jangan sentuh, Ruby,” Alex memperingatkan. “Jarak! Jarak!”
“Ruby sensitif,” kata Pearl sembari memelototi sejumlah anak-anak. “Mudah pilek.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Only for Villainess (Tamat)
FantasySalah satu impianku adalah bisa merasakan nikmatnya menjalani kehidupan makmur; kenyang, tidak perlu memikirkan masalah ekonomi, dan satu-satunya masalah hidup hanya memikirkan "besok mau makan apa?" Nah, jenis kehidupan damai, mapan, dan nyaman sep...