Setelah mengambil keputusan untuk mencari Arin, Evans membawa sebuah mobil Juke Nismo menembus jalanan dengan ketebalan salju yang ekstrim.
Dia mengerutkan dahi serius saat mengendarai mobil tersebut.
"Jadikan dirimu berguna dengan melihat sekitar Satria" Katanya tanpa menoleh.
Keseriusan Evans benar benar membuat satria ikut tegang."Kau tahu sekeliling di penuhi kabut salju" Balasnya, tapi tak mau mengerti omongan Satria Evans terus berkendara. Ia tau, tapi Evans tidak bisa membiarkan otak dan hatinya tenang sampai ada kabar baik dari istrinya.
Mereka mulai memasuki hutan tapi mereka harus berhadapan dengan sebuah pagar besi yang diletakkan oleh penjaga.
Mereka melambaikan tangan mengatakan untuk tidak melanjutkan perjalanan sambil berjalan mendekat ke arah jendela mobil."Maaf sir Anda tidak bisa melewati jalan ini"
"Aku harus mencari istri ku"
"Maaf Anda tidak bisa lewat, sejak dua jam yang lalu tidak ada satupun kendaraan yang lewat. Jalur ini sangat berbahaya, anda harus kembali sampai keadaan aman"
"Apa kau tak dengar aku harus mencari istri ku ha?!"
"Evans, tenangkan dirimu" Satria berusaha mencegah adanya masalah lain karena ini. Melihat Evans yang begitu tergesa dan khawatir nampaknya akan susah menyadarkan pria itu.
"Aku sudah mengatakan tidak ada yang melintas sejak dua jam yang lalu!" Penjaga itu menatap dengan wajah kesal.
"Ada apa ini?" Penjaga lain datang melihat perbincangan yang mereka lakukan sedikit lama.
"Kami harus melewati jalan ini sir, ia berusaha mencari istrinya" Satria langsung memberikan penjelasan agar Evans tak menambahi masalah.
"Akan kami cek saat cuaca sudah lebih baik. Sekarang kembali lah, tinggalkan nomor mu dan akan kami kabari nanti"
"Baik"
Mereka akhirnya menemui keputusan yang meredam keributan kecil tadi. Walaupun Evans tetap memasang wajah kesal karena tidak terima akan keputusan itu.Evans terpaksa memutar balik arah walaupun dirinya enggan. Mereka harus memikirkan keselamatan juga saat ini. Mau bagaimanapun suhu di sini amat dingin dan menusuk. Ia khawatir Arin dalam keadaan yang tidak baik sehingga terus memikirkan wanita itu lebih dari yang ia lakukan biasanya.
Baru sampai Evans meraih handphone Satria dan membawanya, dia duduk di sofa sambil menunggu berita atau telpon yang bisa memberi tahu di mana istrinya.
Satria menghela nafas, ia tahu Evans sangat khawatir dan kesal sekarang. Mereka tidak bisa berbuat banyak karena cuaca, memperbanyak doa akan sangat membantu. Dia lantas mencari handphone lain untuk menghubungi perhotelan berpikir mungkin mereka masih ada di hotel untuk berlindung sejenak dari cuaca.
Evans masih menunggu di tempat yang sama selama tiga jam. Ia bergerak begitu gelisah, kekhawatiran yang gak kunjung padam. Terkadang pria itu akan berjalan mondar mandir dengan suara sepatunya mengetuk lantai dengan keras.
Satria masih berusaha menghubungi perhotelan untuk mendapatkan informasi tentang Arin dan Riko.
Pria itu lantas datang pada Evans sambil membawa kopi hangat."Mereka menginap di hotel Ibis styles Wien kemarin malam. Resepsionis bilang mereka sudah pergi dari jam delapan"
Evans menghela nafas dengan amat kuat.
"Itu dia, di mana? Mereka seharusnya datang ke suatu tempat kan. Harusnya Arin menelepon juga kan?""Mereka mengatakan tidak tahu apapun, akan ku tanya beberapa tempat lain. Mungkin mereka datang ke restoran atau toko" Satria juga berusaha semampunya.
Salju belum juga berhenti sejak pagi. Evans menatap ke arah luar jendela terlihat yang beku.
![](https://img.wattpad.com/cover/294846632-288-k746405.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
On Business 21+ [ Arin & Evans ]
RomanceAdult (21+)🔥🔥🔥 Warning not for minors Pernikahan karena bisnis apakah dia juga harus menahan gairah? Sesuatu yang terdengar seperti hasrat dan penuh cinta. Evans le Guillox adalah pemenang hati yang sesungguhnya.