Cinta pertama membutakan mata dan hati Daisy. Menghantarkannya pada jurang penderitaan dan penyesalan. Berharap bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahan fatalnya.
Hingga keajaiban pun menghampirinya. Ia benar-benar kembali ke masa lalu. L...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Air mata Daisy mengalir melihat putri kecilnya tertidur pulas sembari memeluk boneka. Tangannya perlahan terangkat, menyentuh pipi chubby Jillian. Jantungnya berdegup kencang merasakan pipi hangat Jillian.
Putrinya masih hidup. Belum meninggal karena bersikeras ingin menolongnya.
"Maafkan mommy." Sesalnya seraya memeluk tubuh Jillian erat. Melampiaskan rasa sakit dan penyesalannya akibat mengabaikan putri kecilnya selama ini.
"Mulai sekarang mommy janji akan menyayangi dan menjagamu. Mommy tidak akan pernah mengabaikanmu lagi."
Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar sangat sungguh-sungguh.
Sebelumnya, Daisy mengabaikan Jillian karena menganggap kehadiran Jillian merusak masa depannya.
Kehadiran Jillian begitu tak terduga dalam kehidupannya. Jillian hadir karena percintaan satu malamnya dengan Noah.
Waktu itu, dia pergi ke club' malam untuk menjemput pacarnya tapi Noah malah menariknya dan melakukan itu secara paksa dengannya akibat berada di bawah pengaruh obat perangsang.
Noah berjanji akan bertanggung jawab tapi pada dasarnya Daisy tak butuh itu. Daisy hanya ingin hidup bersama cinta sejatinya.
Akan tetapi, siapa sangka kejadian satu malam itu menghadirkan Jillian dalam rahimnya.
Awalnya, Daisy nekat ingin menggugurkan Jillian tapi Noah melarang dan mengancam Daisy menggunakan Perusahaan keluarganya.
Daisy tak berdaya akibat diancam. Terpaksa mempertahankan Jillian dan menikah dengan Noah. Namun sayangnya, akibat mempertahankan anak itu, Daisy diputuskan dan ditinggalkan oleh pacar yang sangat dicintainya.
Makanya, Daisy sangat menjauhi dan mengabaikan Jillian. Tiap kali melihat wajah Jillian, dia akan teringat rasa sakit yang ditanggungnya selama bertahun-tahun.
Meski dijauhinya, Jillian tetap tumbuh menjadi gadis cantik, ceria, dan penuh kasih sayang.
Jillian selalu mendekatinya, tidak pernah menyerah padanya, dan selalu menunjukkan wajah ceria.
Seiring berjalannya waktu, Daisy pun luluh dan menjadi menyayangi Jillian tapi gengsi menunjukkan rasa sayangnya.
"Uhh, mommy."
Jillian mulai terbangun akibat terganggu oleh tangisan penyesalan Daisy.
"Mommy kenapa menangis?"
Suara polos Jillian menggetarkan hati kecil Daisy.
Betapa berdosanya dia mengabaikan anaknya hanya karena ingin menyembuhkan lukanya sendiri.
Daisy melepaskan pelukannya, menghapus air matanya secepat kilat, dan menangkup wajah Jillian. "Mommy minta maaf, sayang. Selama ini mommy telah mengabaikanmu." Tuturnya lembut.
Jillian mengerjap kaget mendengar suara lembut Daisy. Biasanya gadis kecil itu selalu mendengar suara ketus Daisy.
"Maafkan mommy." Sesal Daisy, tak sanggup lagi menatap wajah polos Jillian yang pernah dibencinya.
Daisy tersentak kala tubuhnya dipeluk oleh Jillian. "Jill sayang mommy. Jangan mengabaikan Jill lagi." Isaknya pilu. Menghadirkan rasa nyeri di dada Daisy.
Daisy membalas pelukan Jillian seraya menahan tangisnya. "Mommy tidak akan pernah mengabaikan Jill lagi karena mommy sangat menyayangi Jill."
Jillian meremas pakaian Daisy pelan. "Kalau mommy menyayangi Jill, kenapa mommy selalu menjauhi Jill selama ini?"
Padahal Jillian masih berusia tiga tahun, tapi sudah didewasakan oleh keadaan. Di saat anak seusia Jillian hanya tahu bermain, tapi Jillian sudah mengetahui rasa sakitnya diabaikan. Daisy sangat menyesali hal tersebut.
Telah Daisy putuskan ... Mulai saat ini, dia janji akan memperbaiki kesalahan fatalnya dan membuat Jillian selalu merasa bahagia di tiap detiknya.
"Karena mommy sangat bodoh. Bisakah Jill memaafkan kebodohan mommy?"
Jillian mendongak. Menatap Daisy sedih sedangkan yang ditatap tak kuasa menahan perasaannya. Berakhir mengecup kening Jillian dan memeluk Jillian lagi.
Jillian terdiam mendapati pelukan erat Daisy. Tak mampu lagi bersuara karena ia pun ikut merasakan kesedihan dan penyesalan ibunya.
Sementara itu, di ambang pintu kamar, Noah menatap Daisy lurus. Masih heran melihat perubahan drastis istrinya.
