Part 41🔸

19.9K 1.9K 29
                                    

Vote sebelum baca ⭐

Angin membelai pelan wajah cantik Daisy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin membelai pelan wajah cantik Daisy. Beberapa helai rambutnya yang tergerai dipermainkan bebas oleh angin. Namun, itu tak mengusik lamunannya.

Daisy terdiam. Menatap lurus ke arah lapangan universitas. Dimana tak ada seorang pun di sana.

"Hei! Ini masih pagi dan kau sudah melamun!" Nacha menepuk bahu Daisy lumayan keras sehingga wanita cantik itu mendelik sebal.

"Apa yang menganggu pikiran Nyonya Noah kita ini?" Kikik Gabriella. "Oh, atau mungkin kah suami tampan mu itu mendadak memiliki selingkuhan di luar sana?" Tanyanya sok kaget.

"Jangan sembarangan! Mana mungkin Noah melakukan itu karena kita semua pun tahu betapa bucinnya dia." Decak Jeanne.

"Astaga, Jeanne sayang. Kenapa kau yang sewot? Aku hanya bercanda." Keluh Gabriella.

Jeanne menyentil kening Gabriella pelan. "Tidak boleh bercanda tentang selingkuh-selingkuh. Nanti kalau Daisy overthinking, bisa gawat masalahnya."

"Makanya, dengarkan perkataan ibu kita ini!" Tawa Nacha.

"Guyss!" Panggil Daisy tiba-tiba sehingga membuat suasana menjadi hening.

Daisy menghela nafas kasar. "Aku boleh minta saran?"

"Tentu saja boleh." Sahut Nacha serius.

"Kau ingin minta saran tentang apa?" Imbuh Jeanne ikut serius.

"Kami akan membantu sebisa mungkin." Timpal Gabriella tak mau kalah.

Daisy menatap reaksi temannya satu persatu. "Menurut kalian, apakah aneh jika seseorang langsung mengetahui informasi penting setelah diiming-imingi imbalan yang sangat banyak?"

Gabriella menjentikkan jarinya semangat. "Tentu saja aneh. Bagaimana mungkin mereka langsung mendapatkan informasi begitu saja setelah diberikan imbalan menggiurkan."

"Pasti sebelumnya mereka sudah mengetahui informasi tersebut tapi berlagak tak tahu apapun. Di saat sudah ada kesempatan yang baik dan tak mungkin datang untuk kedua kalinya, mereka langsung menggunakan informasi tersebut." Imbuh Nacha.

"Mereka menusuk tuan asli mereka demi imbalan yang banyak. Memangnya, informasi apa yang kau dapatkan sehingga membuatmu bimbang?" Tanya Jeanne tepat sasaran.

"Informasi tentang seorang penghianat." Daisy meneliti reaksi temannya satu persatu tapi tak ada yang menunjukkan reaksi mencurigakan sedikit pun.

"Penghianat? Kenapa dia menghianatimu? Dalam hal apa dia menghianatimu?" Nacha bertanya kepo.

"Entahlah. Aku sendiri juga tidak paham kenapa dia menghianatiku. Padahal aku tidak pernah menyakitinya."

"Mungkin kau pernah menyakiti hatinya secara tidak sengaja atau memang dia saja yang punya penyakit hati." Kekeh Gabriella.

"Mungkin dia iri melihat Daisy. Makanya ingin menghianati Daisy." Imbuh Jeanne.

"Oke. Lupakan saja masalah itu dulu. Mengenai mendapat informasi setelah dijanjikan mendapat imbalan banyak ... Lebih baik kau segera menyelidiki orang yang bersangkutan. Siapa tahu nanti bisa menemukan titik terangnya." Tutur Gabriella dan diangguki setuju oleh Nacha dan Jeanne.

"Baiklah. Terima kasih sarannya."

"Oh iya, yang lain mana?" Daisy celingak celinguk mencari keberadaan teman lainnya. Aqillah, Nana, dan Christina.

"Aqillah masih di rumah. Nana izin. Dan Christina sakit." Jawab Gabriella. "Ah, apakah kalian sadar?" Celetuknya.

"Tentang apa...?"

"Kemarin aku tidak sengaja melihat tangan Christina memar. Setelah diingat-ingat pun, sepertinya aku sering melihat tangan Christina memar. Kalian pernah melihatnya?"

Semuanya menggeleng mendengar pertanyaan Gabriella.

Jeanne menghela nafas gusar. "Kenapa kau tidak pernah mengatakannya pada kami sebelum ini?"

"Karena aku tidak enak pada dia. Aku takut menyinggungnya." Ringis Gabriella.

"Menurut kalian, kenapa dia sering terluka?" Cetus Daisy heran.

"Mungkin karena kekerasan dari kekasihnya." Sahut Nacha tak yakin.

"Christina tidak punya kekasih." Sanggah Jeanne.

"Atau mungkin kekerasan dari orangtuanya." Timpal Gabriella. Gadis cantik itu mengangguk yakin. "Ya. Pasti karena orangtuanya! Kita semua kan tahu betapa kerasnya orangtua Christina."

Semuanya tercenung mendengar perkataan Gabriella. "Benar juga kata Gabriella. Orangtua Christina memang sangat keras. Dulu saja, Christina pernah ditampar di dekat kita karena nilainya turun."

Semuanya menghela nafas sedih akibat teringat hal tersebut.

"Ku pikir, itu hanya emosi sesaat." Keluh Nacha.

"Kasihan sekali Christina. Jangan-jangan dia tidak masuk ke kampus sekarang karena disakiti orangtuanya. Bagaimana kalau kita menjenguknya? Sekaligus untuk memastikan keadaannya. Hatiku tidak tenang memikirkan segala kemungkinan terburuk yang terjadi padanya." Usul Jeanne.

"Sepertinya itu ide yang bagus." Tutur Gabriella bersemangat.

"Ayo kita jenguk dia hari ini juga!!" Seru Nacha.

Daisy berdehem pelan. "Maaf teman-teman. Aku tidak bisa ikut karena ada urusan penting yang harus segera ku urus dan tak bisa ditunda-tunda lagi."

Mereka mengangguk mengerti. Membiarkan Daisy pada pilihannya tanpa bertanya banyak hal sebab mereka tahu Daisy sangat menganggap penting 'urusan' tersebut.

Bersambung...

20/9/22

firza532

Reborn: DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang