Vote sebelum baca ⭐
Inginnya sih menghilangkan kecurigaan terhadap adanya penghianat di dalam pertemanannya. Akan tetapi, tidak bisa disebut sebuah kebetulan karena Bart mendadak muncul di hadapannya setelah dia bertemu dengan para temannya.
Bart muncul di depan kampus. Wajah pria itu tampak muram dan tak bergairah. Untuk sesaat, Daisy sangat menikmati penampilan kacau Bart. Ada kebahagiaan tersendiri di dalam dirinya melihat kehancuran pria tersebut.
"Akhirnya aku bisa menemuimu lagi setelah sekian lama mempersiapkan hati, Daisy," ujar Bart dan kemudian terbatuk darah.
Pria itu seakan ingin menarik simpatinya tapi maaf saja, Daisy malah bahagia melihat Bart menderita.
Daisy melipat tangan di depan dada serta menatap Bart arogan. "Kenapa kau menemuiku lagi? Bukankah terakhir kali aku sudah menekan kan padamu untuk menjauhiku? Kau mengabaikan perkataanku dan lebih memilih berurusan dengan Noah?"
Bart tertunduk lesu di hadapan Daisy. "Beberapa Minggu belakangan ini, aku sudah memikirkan dan mempertimbangkan semuanya. Awalnya aku sudah bertekad melepaskanmu tapi ternyata aku tidak bisa melakukannya karena terlalu mencintaimu, Daisy."
Jika saja tak mengulang kehidupan lagi, sudah pasti Daisy akan tertipu oleh drama Bart. Drama yang sangat mencengangkan dan terlihat nyata. Bart sangat berbakat menjadi aktor.
"Maukah kau kembali padaku, Daisy? Aku janji akan berubah. Aku akan melakukan apapun yang kau sukai."
"Aku akan mempertimbangkannya kalau kau memberitahukan padaku siapa temanku yang berpihak padamu."
Bart tampak gugup seketika. "Apa maksudmu, Daisy? Temanmu yang mana? Aku bahkan tidak terlalu mengenal teman-temanmu selain mengetahui nama mereka."
Daisy tersenyum miring. Reaksi Bart sudah cukup mampu membuka matanya lebar-lebar. Pria itu gugup, juga terdengar ragu. Antara ingin merahasiakan dan ingin mengungkapkan demi kepentingan pribadi.
Ah, ternyata memang ada penghianat. Bodoh sekali ia sempat melunak karena melihat tingkah normal teman-temannya.
Benar kata pepatah. Musuh paling mengerikan adalah orang terdekat.
Daisy terdiam ketika mengingat Noah berencana menangkap Bart. Lantas ia buru-buru mengirim pesan singkat ke Noah tentang hal tersebut.
Bart menggeram kesal menyadari gerakan mencurigakan Daisy. Kemudian, ia segera melarikan diri dari sana lantaran yakin Daisy menghubungi Noah. Pria gila yang telah mengincarnya selama ini.
Rencana meluluhkan hati Daisy gagal total. Rencana paling terakhirnya. "Padahal aku sudah berbaik hati memperlakukanmu dengan lembut tapi kau malah tidak tahu terima kasih. Tunggu saja, Daisy. Kau akan hancur karena pilihanmu saat ini."
"Sayang sekali." Decak Daisy melihat kepergian Bart. Wanita cantik itu kembali melanjutkan jalannya.
"Daisy!!" Panggil seseorang yang sangat dikenalinya.
Senyuman merekah sempurna di bibir merahnya. "Noah!" Serunya, berlari kecil ke arah Noah dan memeluk tubuh sang suami.
Noah yang mendapatkan kejutan mendadak dari Daisy merasa akan pingsan di tempat saat itu juga.
Debaran jantungnya berdetak menggila di dalam sana. Hal yang paling disukai Daisy. Sekaligus alasan Daisy ingin selalu menjahili Noah.
Daisy mendongak, menatap wajah tampan Noah dari bawah. "Sejak kapan kau datang?"
"Sejak kau mengirimkan pesan padaku." Jawab Noah bersemu merah akibat terlalu dekat.
"Ohh begitu. Kau tidak melihatnya berlari di sekitar sini?"
"Tidak, tapi aku sudah menyuruh bodyguard ku untuk mencari jejaknya."
"Hah. Dia sangat merepotkan."
"Memangnya dia melakukan apa?"
"Dia mengajakku menjalin hubungan lagi."
Wajah Noah sontak dipenuhi aura kecemburuan sehingga membuat Daisy terkikik pelan.
"Tenang saja. Ajakan bodohnya tidak akan pernah ku terima sampai kapan pun."
Noah menatap Daisy lesu sedangkan Daisy menangkup kedua belah pipi Noah gemas. "Mustahil bagiku menerimanya lagi di saat aku sudah memiliki suami sempurna seperti dirimu. Kau jauh lebih baik dibandingkan dirinya dari berbagai macam aspek. Baik itu rupa, sifat, harta, atau pun kekuasaan."
Hati Noah berbunga-bunga saat itu juga mendengar pujian mematikan dari istrinya.
Noah memeluk Daisy guna melampiaskan perasaan bahagianya sedangkan Daisy tertawa kecil menerima perlakuan tersebut.
Interaksi manis mereka membuat beberapa pasang mata menatap iri. Terutama untuk si penghianat yang sedari tadi menyaksikan semuanya dari awal.
"Sial! Dari dulu aku sangat membenci wajah bahagianya. Atas dasar apa dia mendapatkan semuanya dengan mudah sedangkan aku harus bersusah payah untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan!"
Gadis cantik itu menutup wajahnya dan tertawa menyeramkan. "Aku tidak suka melihatmu bahagia karena kau harus menderita sepertiku."
Bersambung...
2/9/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn: Daisy
RomanceCinta pertama membutakan mata dan hati Daisy. Menghantarkannya pada jurang penderitaan dan penyesalan. Berharap bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahan fatalnya. Hingga keajaiban pun menghampirinya. Ia benar-benar kembali ke masa lalu. L...