Part 16🔸

37K 3.9K 207
                                    

Vote sebelum baca😚

Nafas Noah tercekat melihat luka tusukan di perut Daisy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nafas Noah tercekat melihat luka tusukan di perut Daisy. Perutnya ikut berdenyut nyeri melihat luka tersebut. Tak dapat dibayangkan rasa sakit yang ditahan Daisy.

"Katakan saja kalau sakit." Noah membalut luka Daisy lembut dan perlahan supaya tidak menyakiti istrinya sedangkan tatapannya terus tertuju lurus pada luka Daisy. Seolah takut menyakiti Daisy jika lengah sedikit saja.

Hal tersebut tak luput dari pandangan Daisy, membuat wanita cantik itu terdiam membisu sembari menggali ingatan tentang sosok Noah di kehidupan lampau.

Seingat Daisy, Noah bukan lah sosok lembut dan perhatian seperti sekarang.

Dulu, Noah sangat dingin dan selalu menekannya. Noah tak pernah cerewet dan bertingkah kekanakan di depannya. Noah selalu menjaga image. Hanya berbicara seperlunya saja. Itu pun berbicara menggunakan nada dingin dan ketus.

Noah juga tidak berusaha mendekatinya. Makanya, Daisy menganggap Noah menahannya hanya sebatas menjadi mommy Jillian. 

Daisy baru sadar. Sejak kapan Noah berubah?

Apakah sejak kelahiran kembalinya atau kapan..?

Bisa-bisanya Daisy baru menyadari perubahan Noah. Pantas saja sejak awal terasa ada yang mengganjal.

Lalu, apa arti perubahan Noah?

Senang karena Daisy baik ke Jillian atau karena pria itu memiliki perasaan padanya?

Jika dipikirkan lagi ... Sosok Noah ternyata sangat asing baginya meskipun telah mengulang kehidupan. Lebih asing daripada sosok Bart yang mengkhianatinya.

Ia bahkan tak tahu apapun tentang Noah. Baik itu tentang keluarga Noah, teman Noah, atau pun kehidupan Noah.

Daisy memijit pangkal hidungnya lelah setelah menyadari hal tersebut.

"Selesai." Desah Noah lega seraya mengusap keringat dingin di keningnya. Senyuman bangga tampak begitu jelas di bibirnya melihat hasil kerja kerasnya melilitkan perban di perut sang istri.

"Terima kasih."

Ughh, sudahlah. Daisy tak peduli karena yang paling terpenting sosok Noah itu Daddy Jillian.

Terserah Noah orang yang seperti apa, asalkan bisa membahagiakan Jillian. Lagipula ia tak mencintai Noah.

"Tidur siang lah. Aku akan menjagamu dan Jillian."

"Aku tidak mengantuk."

"Bagaimana kalau kau memilih rumah baru kita? Aku sudah mendapatkan berbagai macam penawaran rumah baru."

"Ide bagus."

Noah tersenyum lebar. Merogoh ponselnya, mencari datanya, dan memberikannya ke Daisy. "Pilih saja rumah yang paling kau sukai. Jangan pedulikan harganya karena aku pasti sanggup membelinya."

Daisy menggelengkan kepala heran. "Ternyata kau arogan juga."

Setelah itu, Daisy sibuk memilih rumah baru seraya meminta pendapat Noah.

Suasana menjadi canggung setelah pemilihan rumah baru. Entah kenapa mereka seolah kehilangan topik pembicaraan.

Daripada terjebak situasi canggung berkepanjangan, Noah pun memutuskan untuk keluar sebentar.

"Aku keluar dulu." Pamitnya seraya berdiri. Namun, Daisy menahan tangannya tanpa terduga.

"Jangan."

Jantung Noah berdebar kencang mendapati larangan dari Daisy karena berpikir wanita itu tak ingin ditinggalkan.

"Jangan pergi karena aku tidak akan bisa melindungi Jillian dalam kondisi seperti ini."

Akan tetapi ... Khayalan indah Noah langsung buyar seketika kala mendengar kelanjutan dari ucapan Daisy.

Noah mengumpati kebodohannya karena berekspetasi terlalu tinggi terhadap Daisy.

"Tenang saja. Bodyguard sudah mulai berjaga di luar," ujarnya lemas.

"Oh, oke. Pergilah."

Noah semakin lemas. Tadi di tahan, sekarang di usir. Malang sekali nasibnya.

Bersambung...

2/8/22

firza532

Reborn: DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang