Cinta pertama membutakan mata dan hati Daisy. Menghantarkannya pada jurang penderitaan dan penyesalan. Berharap bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahan fatalnya.
Hingga keajaiban pun menghampirinya. Ia benar-benar kembali ke masa lalu. L...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semenjak hari itu, sikap Noah berubah total ke Daisy. Sifat dinginnya berganti menjadi sifat manja. Selalu menempel ke Daisy jika berada di rumah atau pun saat senggang.
Noah terus berusaha membuat Daisy mencintainya balik dengan memperlakukan wanita itu lebih baik dibandingkan sebelumnya. Ia benar-benar memperlakukan Daisy bak ratu. Melakukan apapun untuk membahagiakan dan melindungi Daisy.
Semangat juangnya tak pernah surut meskipun belum pernah mendengar kata cinta terucap dari mulut Daisy.
Meski terus berjuang, sekali pun Noah tidak pernah memaksakan kehendaknya pada Daisy. Ia terus mengejar Daisy dengan tenang, membiarkannya terus mengalir seperti air.
Yah ... Setidaknya Daisy tidak mengusirnya, membencinya, dan memperlakukannya dingin. Wanita cantik itu hanya diam dan menerima semua usahanya dengan senyuman. Bukan kah itu berarti peluangnya untuk berhasil jauh lebih besar dibandingkan kegagalan?
Lagipula, mereka masih dalam tahap proses pengenalan diri satu sama lain. Siapa tahu nanti Daisy kian tertarik pada dia setelah mengetahui semua tentangnya.
"Minggu lalu, kau pernah bilang anak buahmu akan menangkap Bart tapi kenapa sampai sekarang pria itu tidak kunjung ditangkap?" Tanya Daisy heran sembari memainkan pulpen di tangannya.
Noah berhenti menandatangani berkas. Beralih menatap Daisy. "Ternyata pria itu lebih licik daripada yang ku bayangkan. Dia bisa melepaskan diri dari sergapan para bodyguard ku."
Daisy menghentikan gerakan pulpennya. "Aneh. Seharusnya dia tidak bisa menghindarinya karena aku yakin orang suruhanmu itu dapat diandalkan."
Noah ikut terdiam memikirkannya.
"Apa mungkin Bart dilindungi oleh penghianat itu?" Tebak Daisy.
Kedua orang tersebut mendadak berubah ke mode serius. Mereka saling bertukar tatapan.
"Sepertinya kita tidak boleh menganggap remeh masalah ini." Cetus Noah menarik kesimpulan dan disetujui oleh Daisy.
"Bagaimana kalau kita mulai dengan menyelidiki semua pergerakan teman-temanku? Siapa tahu nanti kita bisa mengetahui keberadaannya."
Wanita cantik itu mendesah pelan. Lalu, menyembunyikan wajahnya di atas meja. "Ah, sebenarnya aku tidak mau mencurigai semua teman-temanku tapi mau bagaimana lagi. Aku terpaksa menaruh kecurigaan ke mereka karena masalah ini bisa saja mengancam nyawa Jillian nantinya."
Semuanya teman-teman Daisy sejak kecil. Sudah banyak hal yang telah mereka lalui. Suka dan duka. Tangis dan tawa. Bahagia dan kesedihan. Semuanya! Semuanya telah mereka lewati bersama.
Namun, siapa sangka salah satu dari mereka menyimpan kebencian mendalam padanya hingga ingin melenyapkan nyawanya.
Memangnya apa yang salah darinya sehingga dibenci? Bukan kah selama ini hubungan mereka baik-baik saja?
Mereka sering belajar bersama, berkumpul bersama, dan bersenang-senang bersama.
Noah menatap Daisy prihatin. Ia dapat memahami perasaan istrinya. Kemudian, ia pun mengusap pelan kepala Daisy. Berharap sentuhannya mampu menghibur hati Daisy yang pastinya sangat terluka oleh tindakan penghianat itu. "Jangan terlalu dipikirkan, Daisy. Secepatnya, aku akan menyelidiki masalah ini dan menyingkirkannya dari kehidupanmu." Hiburnya.
Daisy menghela nafas panjang. "Pasti susah mencari titik terang dari semua permasalahan ini. Jadi, kau tidak perlu memaksakan diri untuk menyelesaikannya."
Noah tersenyum gemas, memeluk tubuh Daisy senang, dan membawa wanita cantik itu ke atas pangkuannya. "Kau tenang saja, Daisy. Aku pasti akan menangkapnya untukmu."
Hatinya berbunga-bunga melihat Daisy memberikan perhatian padanya. Ia yakin perjuangannya akan membuahkan hasil!
Tentunya hal tersebut membuat semangat juangnya membara. Apapun akan dia lakukan untuk meringkus para penganggu itu dan membuat mereka bertekuk lutut di hadapan Daisy.
Perasaan Noah yang tergambar begitu jelas di raut wajahnya, membuat Daisy berdecak tak habis pikir di dalam hati. Akan tetapi, di lain sisi juga merasa senang melihat niat dan kesungguhan Noah padanya.
"Oh iya, siapa yang paling kaya di antara teman-temanmu?" Tanya Noah mendadak.
Noah mencubit hidung Daisy gemas. "Terkadang orang kaya bisa berbuat sesuka hatinya. Dia bisa membeli dan mengendalikan hidup seseorang."
Daisy menghela nafas gusar setelah memahami maksud ucapan Noah. "Jeanne tidak mungkin seperti itu. Dia sangat baik dan perhatian padaku. Apalagi dia sering menasehatiku supaya menerima kehadiranmu dan Jillian."
Noah menggelengkan kepala tak habis pikir. "Istriku, bukan kah kau baru saja mengatakan terpaksa mencurigai mereka semua?"
Daisy mengembungkan pipi sebal. Entah mengapa ia tak terima mendengar temannya dituduh secara langsung oleh Noah.
"Kita tidak tahu apapun. Orang itu bersembunyi di dalam hubungan pertemanan. Dia lebih mengerikan daripada istilah serigala berbulu domba. Tentu saja kita tidak boleh melewatkan dia. Satu orang pun tak boleh dilewatkan. Bahkan jika itu orang yang paling kau percayai dan sayangi." Ceramah Noah panjang lebar.
"Kau pasti pernah dengar istilah orang terdekat adalah penghianat terbaik, 'kan?" Imbuhnya lagi sedangkan Daisy terdiam telak. Merasa jawaban Noah sangat tepat sasaran sehingga dia tidak bisa membantah.
Noah menangkup pipi istrinya. Kasihan melihat Daisy tidak berdaya oleh penghianat itu. "Bukan berarti dia pelakunya karena hal tersebut hanya dugaan semata. Aku akan tetap mengawasi dan mencari tahu tentang semua temanmu. Sementara itu, kau juga perhatikan lah gerak gerik mereka dan nilai lah. Mana yang menurutmu mencurigakan dan mana yang tidak mencurigakan. Pancing mereka dengan membahas masalah Bart."
Daisy mengangguk kuat. "Baiklah. Aku akan melakukannya." Tekadnya.
"Tapi ingat, jangan terlalu mencolok supaya mereka tidak mengetahui niatmu yang sebenarnya karena hal itu bisa saja membuat dia menyembunyikan diri lebih baik daripada biasanya," ucap Noah lagi.
"Aku tahu." Kekeh Daisy dan mencium pipi Noah. "Terima kasih sarannya, suamiku." Bisiknya menggoda. Menghadirkan rona merah di pipi Noah.
"Aku pergi kuliah dulu, suamiku." Dan langsung melarikan diri begitu saja, meninggalkan Noah yang terdiam mematung seraya mengerjapkan mata tak percaya.
"Suamiku..?" Beonya. Masih keheranan sekaligus kebingungan mendengar panggilan manis impiannya itu.
"Suamiku...?" Ulangnya lagi.
Tiba-tiba Noah bersorak kegirangan, kemudian meloncat ke atas meja, dan tertawa kencang. "Suamiku, katanya." Teriaknya bahagia seraya menghamburkan berkas di tangannya ke atas. Matanya terpejam, terlihat begitu menikmati helaian kertas yang menimpa wajahnya.
Secara kebetulan, tingkah kekanakannya disaksikan oleh seorang sekretaris yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Pria itu meringis malu dan menutup pintu dengan sendirinya. Membiarkan Noah terus menggila bak orang kesurupan.
"Cinta memang mengerikan. Boss yang sangat dingin dan galak saja bisa berubah menjadi aneh dan memalukan."