Kuliah pagi Daisy berjalan lancar. Begitu pun dengan presentasi. Kini, wanita cantik itu berniat pergi ke kantor Noah. Menepati janjinya pada Jillian. Apalagi hari ini dia tak ada kuliah lagi.
Pasti Jillian akan sangat bahagia melihat kedatangannya. Bahkan ia sudah dapat membayangkan wajah bahagia Jillian saat menyambut kedatangannya.
Daisy tersenyum sendiri memikirkan hal tersebut. Semakin tidak sabar menemui Jillian.
Tingkah Daisy berhasil mencuri perhatian teman-temannya. Mereka menatap Daisy heran.
"Kenapa kau tersenyum? Apa yang lucu?" Celetuk Jeanne.
"Sudah gila karena presentasi tadi?" Kikik Nacha.
Daisy menghentikan kunyahan makanannya. Beralih menatap kedua temannya yang baru saja berkomentar.
"Palingan Daisy tersenyum karena teringat Bart." Christina ikut berkomentar.
Nana menghela nafas. "Bart? Kau belum juga memutuskan hubungan dengan dia? Sampai kapan kau akan keras kepala mempertahankan hubungan terlarang mu itu?"
"Mustahil Daisy memutuskan Bart. Dia terlalu bodoh jika menyangkut cinta." Seloroh Gabriella seraya menggelengkan kepala prihatin melihat Daisy.
"Turut berduka melihat kebodohan Daisy, tapi sebagai teman, aku hanya bisa menasehatinya saja." Imbuh Aqillah.
"Mari lah kita berdoa sekali lagi supaya teman kita segera sadar." Gloria menambahkan.
Daisy merenggut pelan melihat tingkah teman-temannya. Mereka memang tahu apa yang menimpa Daisy karena sudah berteman sejak kecil. Mereka juga lah yang mendukung Daisy di saat Daisy terpuruk.
Awalnya mereka sangat membenci Noah tapi setelah melihat ketulusan Noah pada Daisy, dibandingkan ketulusan Bart ... Mereka berbalik, selalu menyadarkan Daisy untuk berubah. Menasehati Daisy supaya menerima kehadiran Noah dan Jillian.
"Ayolah! Aku masih ada di sini! Jangan bertingkah seolah aku tidak ada di dekat kalian."
Semuanya tertawa mendengar Daisy protes.
"Kalian tenang saja. Mulai sekarang aku akan fokus ke Jillian. Hubunganku dengan Bart juga sudah berakhir sepenuhnya."
Teman-teman Daisy tercengang mendengarnya. "SERIUS?!" teriak mereka kompak sehingga menjadi pusat perhatian dalam kantin. Namun, mereka tak peduli karena pernyataan Daisy sangat mengejutkan.
"Untuk apa aku bercanda?"
Jeanne menempelkan telapak tangannya ke dahi Daisy. "Dahimu panas. Sepertinya kau berbicara sembarangan karena sedang sakit." Komentarnya.
"Astaga!!" Decak Daisy tak habis pikir. Meraup wajah gemas melihat tatapan meragukan semua temannya.
"Aku memang sudah putus hubungan dengan Bart dan aku tidak akan pernah balikan lagi dengannya." Tekan Daisy sekali lagi.
Nana bertopang dagu. "Lalu, bagaimana dengan perusahaan yang kau percayakan padanya?"
"Aku akan mengambil alih. Aku tidak bisa membiarkannya terus berada dalam perusahaan karena dia masa laluku."
"Memangnya para pemegang saham akan setuju dia pergi begitu saja?" Celetuk Gabriella.
"Benar juga apa kata Gabriella. Pasti tidak akan semudah itu mengusir Bart dari perusahaan karena pendapat pemilik saham sangat lah penting. Tentu para pemegang saham tidak ingin mengalami kerugian karena kehilangan sosok pemimpin." Celetuk Christina.
Daisy memang tak tahu apapun tentang dunia bisnis karena jurusannya sastra, tapi setidaknya ia masih bisa berpikir pakai logika. "Tapi, kalau pemimpinnya lebih berkuasa dan elit dibanding Bart. Mereka pasti akan setuju, 'kan?"
"Jangan bilang kalau kau ingin menjadikan Noah sebagai pemimpin baru di perusahaan?!" Tebak Nacha heboh.
Daisy menjentikkan jarinya semangat. "Tepat sekali!"
"Woah! Gila! Kau ingin membuat suamimu mati kelelahan?" Tawa Gloria.
Daisy menggaruk pipinya canggung. Benar juga. Pasti Noah akan kelelahan mengurus dua perusahaan sekaligus. Tapi ... "Masalah itu nanti saja dipikirkan. Yang paling terpenting perusahaan diambil dari tangan Bart."
Noah pasti punya solusinya. Daisy yakin akan hal itu.
"Guys, aku pulang dulu. Aku ingin membicarakan permasalahan ini pada Noah supaya cepat menyelesaikannya."
"Baiklah. Hati-hati di jalan."
"Jangan lupa bayar pesananku ini."
"Okeee."
Daisy berpisah dari teman-temannya. Meninggalkan kantin sendirian. Berniat balik ke rumah terlebih dahulu untuk mengambil uang supaya bisa membelikan buah kesukaan Jillian. Ia lupa membawa uang karena terlalu terburu-buru pergi ke kampus.
Wanita cantik itu bersiap-siap menyebrangi jalan saat sudah sepi, tapi siapa sangka sebuah truk melaju kencang ke arahnya dan menghantam mobil yang dikendarainya ... Membuat mobil Daisy terseret dan terbalik mengenaskan.
Prankk!!
"Daddy. Foto mommy jatuh. Maafkan Jill." Isak Jillian menyesali kecerobohannya.
Noah mendekati Jillian dan mengusap puncak kepala Jillian lembut. "Jangan menangis, Jill. Nanti kita cetak lagi fotonya." Hiburnya sembari menatap bingkai foto yang hancur berkeping-keping. Entah mengapa, Noah mendadak merasa tidak tenang dan gelisah. Merasa terjadi hal buruk pada Daisy.
'semoga kau baik-baik saja, Daisy' batinnya.
Bersambung...
28/7/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn: Daisy
Roman d'amourCinta pertama membutakan mata dan hati Daisy. Menghantarkannya pada jurang penderitaan dan penyesalan. Berharap bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahan fatalnya. Hingga keajaiban pun menghampirinya. Ia benar-benar kembali ke masa lalu. L...