Part 12🔸

49.2K 4.6K 89
                                    

Vote sebelum baca🌟

Daisy meringis pelan melihat betapa seriusnya wajah Jillian saat mengupas apel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daisy meringis pelan melihat betapa seriusnya wajah Jillian saat mengupas apel. Menggemaskan sih tapi Daisy khawatir.

Daisy khawatir Jillian terluka oleh pisau. Tentunya ia tak ingin hal tersebut terjadi.

Namun mau bagaimana lagi. Jillian sangat keras kepala. Tetap memaksa ingin mengupas apel untuknya dengan alasan ingin melayani Daisy yang sedang terluka. Noah pun tidak bisa melarang keinginan Jillian.

Jadi, sekarang sepasang suami istri itu hanya bisa was-was dan berharap Jillian tak tergores sedikit pun oleh pisau.

Mungkin terdengar berlebihan tapi begitulah adanya. Mereka tak ingin Jillian terluka sedikit pun.

"Akh." Jerit Daisy kesakitan karena tak sengaja menekan luka di keningnya.

"Mommy kenapa?" Kaget Jillian menghentikan kegiatan mengupas apelnya dan mendekati Daisy. Wajah gadis kecil itu terlihat sangat khawatir sedangkan matanya berkaca-kaca.

Daisy mengambil nafas dalam-dalam. "Mommy kaget melihat sesuatu." Bohongnya. Berusaha terlihat biasa-biasa saja meskipun keningnya berdenyut nyeri. Memaksakan senyuman supaya jawabannya tampak meyakinkan.

Jillian tersenyum lega. "Jill pikir mommy kenapa-napa." Tuturnya polos.

"Jill lanjut kupas apel dulu, mommy. Masih tersisa sedikit lagi."

"Iya. Hati-hati saat mengupasnya. Mommy tidak ingin Jill terluka."

"Baik, mommy."

Jillian berlalu riang, kembali ke tempat awal tanpa merasa curiga pada kebohongan Daisy.

Gadis kecil lugu itu mengupas apel hati-hati sesuai perkataan Daisy karena baginya, perkataan Daisy adalah perintah yang harus dituruti bagaimanapun caranya.

"Keningmu masih sakit? Mau ku panggilkan dokter?" Bisik Noah. Takut Jillian mendengarnya.

Daisy menoleh seraya terkekeh pelan. Noah memang tak bisa dibohongi. "Sebenarnya masih sakit tapi aku bisa menahannya. Tidak perlu panggil dokter karena itu hanya akan membuat Jillian cemas."

Noah terdiam sembari menatap ekspresi Daisy penuh selidik.

"Kau meragukan ku?" Tebak Daisy tepat sasaran.

Noah menggaruk pipi canggung. "Bukan begitu."

Daisy tersenyum. "Sungguh. Aku baik-baik saja. Palingan sebentar lagi sakitnya juga hilang."

Noah menghela nafas pasrah. Memangnya dia bisa apa kalau Daisy sudah berkata demikian?

Menurut dan mengiyakan. Itu lebih baik dibandingkan dibenci lagi.

"Apapun yang kau rasakan, jangan selalu dipendam Daisy. Bahkan jika itu demi Jillian." Ucap Noah lembut namun tegas.

"Iya, iya."

"Jawab yang serius!" Decak Noah kesal.

Daisy memutar bola mata malas. "Kalau aku tidak mau?"

Kening Noah mengernyit mendengar jawaban menyebalkan istrinya. "Kau membantahku?"

"Memangnya kapan aku tidak pernah membantahmu?"

Noah terdiam. Benar juga perkataan Daisy. Istrinya satu itu kan memang selalu membantahnya.

"Selesai! Mommy mau Jill suapi makan apelnya?"

Kali ini, Jillian menyelamatkan Noah dari kecanggungan. Pria tampan itu berdehem pelan dan berusaha mempertahankan sifat coolnya. "Daddy keluar dulu, Jill. Jaga mommy mu sampai urusan Daddy selesai, oke?"

Jillian mengangguk penuh semangat. "Oke, dad."

Noah keluar dari ruangan tanpa menatap Daisy. Akan tetapi, setibanya di luar, pria itu malah menyesali tingkah kekanakannya. "Kenapa aku malah kabur?" Geramnya pada diri sendiri.

"Harusnya aku berada di dalam saja supaya bisa menjaga Daisy." Gumamnya pelan.

"Aish sudahlah."

Noah melangkah, menjauh dari ruang rawat inap Daisy.

"Tapi aku tidak bisa tenang memikirkan tingkah sok kuat Daisy di depan Jillian. Aku takut dia semakin terluka parah."

Noah mengacak rambutnya frustasi dan kembali berbalik ke ruang rawat Daisy.

"Daddy kembali?" Cetus Jillian heran.

Noah mengalihkan tatapannya ke arah Jillian kala tak sengaja bertatapan dengan Daisy.

"Daddy membatalkannya karena takut Jillian dan mommy kenapa-napa."

Daisy tertawa kecil melihat kebohongan Noah yang terlihat sangat jelas di matanya.

Sejak awal pun, dia tahu Noah pergi karena melarikan diri darinya. Terkadang dirinya memang bisa sepeka itu.

"Kenapa kau tertawa?" Ketus Noah.

Daisy tersenyum miring seraya menatap Noah menggoda, membuat wajah Noah memerah. "Karena kau sangat lucu. Iya 'kan, Jill? Daddy mu lucu?"

Jillian menggeleng polos. "Daddy tidak lucu tapi tampan."

Kedua orang dewasa itu terbahak mendengar jawaban Jillian karena jawaban tersebut sangat menghibur mereka.

Ketiganya begitu bahagia, seolah bukan berada di rumah sakit. Melainkan berada di rumah sendiri.

Rumah yang hangat dan harmonis.

Bersambung...

30/7/22

Kalau suka karyaku, jangan lupa follow ya guys🖤 firza532

Kalau suka karyaku, jangan lupa follow ya guys🖤 firza532

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Reborn: DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang