Vote sebelum baca ⭐
"Hah!"
Untuk kesekian kalinya Daisy menghela nafas panjang seolah sangat tertekan melihat layar laptop di hadapannya. Keningnya tak luput dari kernyitan kesal. Meski begitu, ia tetap mengetik dengan cepat.
Mengeluh tetap dilakukannya, mengerjakan tugas pun tetap dilakukannya.
Sungguh tindakan yang sangat menggemaskan di mata Noah. Pria yang selalu mencuri pandang ke arahnya sejak tadi.
"Kapan tugas ini selesai?" Dumelnya pelan.
Tubuhnya sangat lelah lantaran bekerja keras menyelesaikan semua tugas dari sejak bangun tidur. Hal itu dilakukannya demi bisa bermain sepuasnya bersama Jillian di hari libur.
Sudah lama dia tidak bisa bermain keluar bersama Jillian karena terhalang tugas.
Sebentar lagi akan diadakan ujian akhir semester, makanya tugas Daisy kian menumpuk jadinya.
Semua dosen dari mata kuliah memberikan banyak tugas sekaligus. Tugasnya pun beragam. Mulai dari yang mudah hingga ke yang sulit.
Bisa dicicil membuatnya tapi Daisy telah berambisi menyelesaikan semuanya secepat mungkin.
"Aku bisa membantumu membuatnya, Daisy." Noah mendadak muncul di belakang Daisy seraya memeluk tubuh wanita itu manja sedangkan Daisy terlonjak kaget akibat ulahnya.
"Mustahil bagiku menerima bantuan mu di saat kau sendiri sudah punya banyak pekerjaan. Aku tidak ingin kau mati kelelahan." Tukas Daisy terkekeh.
Noah tersenyum, kemudian meletakkan dagunya di bahu sang istri. "Ternyata kau sangat mengkhawatirkan ku, lebih daripada yang kubayangkan." Cetusnya senang.
Daisy menggerakkan bahunya gemas. Menghindar dari dagu Noah. "Anggap saja begitu. Bisa lepaskan aku sekarang, Pak Noah yang terhormat?"
Noah tertawa kecil mendengar ucapan sarkas Daisy. Lantas, segera melepaskan pelukannya dan mengubah posisi duduknya menjadi di samping wanita cantik itu. "Apakah tugasmu masih banyak?"
"Iya, tapi aku yakin bisa menyelesaikannya dalam dua jam." Paparnya seraya terus mengetik.
"Ada yang bisa ku bantu?"
Daisy menggeleng pelan mendengar tawaran sang suami. "Daripada membantuku, lebih baik kau kembali tidur. Ini masih terlalu pagi."
"Aku tidak bisa tidur lagi."
"Ah, kau pasti terganggu karena bunyi ketikan laptop ku. Maaf. Lain kali aku akan membuatnya di ruangan lain."
"Bukan begitu! Aku tidak merasa terganggu sedikit pun." Sanggah Noah cepat melihat raut wajah bersalah sang istri.
Pria tampan itu membelai lembut kepala Daisy. "Mau ku buatkan susu?" Tawarnya penuh perhatian.
"Hei! Aku bukan anak kecil, kenapa kau malah menawarkan susu?" Protes Daisy, mengalihkan pandangan sejenak dari layar laptop.
Noah tertawa kencang melihat wajah merajuk Daisy. Dicubitnya pipi Daisy gemas. "Di mataku, kau terlihat sangat menggemaskan seperti anak kecil. Kau sama menggemaskannya dengan Jillian." Ini jujur! Noah tak berbohong sedikit pun.
Daisy menatap suaminya dengan tatapan memicing curiga. "Bohong! Jillian lebih menggemaskan dibanding diriku. Aku mana bisa dibandingkan dengan boneka hidup itu." Timpalnya.
Noah mencubit hidung Daisy pelan. "Jangan terlalu rendah diri. Nanti, coba bercermin lah bersama Jillian. Pasti kau akan langsung tahu kau menggemaskan, seperti Jillian. Yah, wajar saja mengingat kalian sepasang anak dan ibu." Kikiknya.
Daisy ikut terkikik geli. "Kau benar juga. Tapi, Jillian sangat berbeda denganmu. Kau tidak menggemaskan sama sekali. Jangan-jangan dia bukan putrimu?" Candanya.
Noah menyugar rambutnya cool. "Putri kita memang tidak mirip denganku, tapi aku yakin putra kita akan mirip denganku. Dia pasti akan mewarisi ketampanan dan kegagahanku." Sahutnya songong.
Daisy sampai mencibir pelan melihatnya.
"Jadi, kapan kita akan membuat putra setampan dan segagah diriku?"
Wanita cantik itu langsung melotot kaget mendengar pertanyaan santai Noah.
"Kenapa kau terlihat sangat terkejut? Kau tidak ingin memberikan adik tampan untuk Jillian?" Goda Noah sembari mencolek pipi merah Daisy.
"Kau tahu, Daisy? Pasti Jillian akan bahagia mempunyai adik tampan." bisiknya tepat di telinga Daisy sedangkan wanita itu menutup wajah malu.
Noah berusaha menahan tawa melihat Daisy mati kutu di hadapannya. Padahal biasanya Daisy tak pernah seperti itu. Ternyata sangat menyenangkan menggoda Daisy.
"Bagaimana? Kau tertarik memberikan adik tampan untuk Jillian kita?"
Daisy kian memerah mendengar pertanyaan Noah. Pikirannya tak bisa berpikir jernih lagi. Langsung membayangkan ke sana.
Namun, ini bukan waktunya Daisy melakukan hal itu. Masih ada urusan yang harus dibersihkannya sampai tuntas supaya masa depan Jillian aman.
"Aku akan memikirkannya ulang kalau Bart dan si penghianat sudah tertangkap," ucap Daisy seraya mengintip reaksi Noah dari balik jemarinya. Ia hampir tersedak saat itu juga melihat semangat berkobar di mata Noah.
"Baiklah! Aku akan segera menyelesaikannya!!" Jawab Noah semangat 45.
Pria tampan itu bahkan langsung menghubungi bodyguardnya untuk menyelesaikan hal tersebut.
Tak tanggung-tanggung, dia akan memberikan bonus 10x lipat jika berhasil diselesaikan. Membuktikan betapa semangatnya Noah mewujudkan ucapan tadi walau pada awalnya dikatakan dengan niat bercanda.
Satu kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan tingkah Noah sekarang ... 'Pria kurang belaian!'
Bersambung...
6/9/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn: Daisy
RomanceCinta pertama membutakan mata dan hati Daisy. Menghantarkannya pada jurang penderitaan dan penyesalan. Berharap bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahan fatalnya. Hingga keajaiban pun menghampirinya. Ia benar-benar kembali ke masa lalu. L...