Part 46🔸

18.3K 1.7K 57
                                    

Vote sebelum baca ⭐

Sedari tadi, Jillian terus bergerak aktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedari tadi, Jillian terus bergerak aktif. Memasukkan semua barang-barang yang hendak dibawanya untuk perjalanan besok ke dalam koper.

Jillian seperti seekor tupai kecil, meloncat ke sana kemari tanpa lelah. Tubuh mungilnya nan lincah itu membuat Daisy dan Noah tersenyum gemas. Tak ada yang lebih membahagiakan daripada melihat putri kecil mereka bersenang-senang.

"Rasa lelahku langsung hilang begitu saja melihat Jillian sangat bersemangat seperti sekarang ini." Adu Noah sembari menyandarkan kepalanya di bahu Daisy.

Wanita cantik itu mengelus pelan kepala Noah. Ia sangat tahu perjuangan Noah demi bisa mengambil cuti panjang. Ia juga tahu betapa lelahnya Noah menyelesaikan semua dokumen sekaligus.

Demi bisa libur panjang bersama sang putri, Noah sering lembur dan mengerjakan berkas di rumah hingga tengah malam.

Bukan hal yang mudah bagi seorang pemimpin perusahaan seperti Noah ingin mengambil cuti panjang. Butuh persiapan yang matang supaya perusahaan tetap stabil sewaktu ditinggalkan.

"Kerja bagus, suamiku. Kau telah berusaha keras selama ini." Bisik Daisy dan memberikan kecupan singkat di puncak kepala Noah. Tindakannya sontak membuat Noah salting sekaligus senang bukan main.

Pria tampan itu memperbaiki posisinya dan menatap Daisy lurus.

Daisy yang ditatap intens mengerutkan kening heran. "Kenapa menatapku begitu?"

Noah mencubit pipi Daisy gemas. "Kenapa mulutmu sangat manis?"

"Hah?"

"Setiap ucapan yang keluar dari mulutmu, mampu membuatku berdebar. Kau membuatku ingin membungkam mulut manis mu itu." Kekehnya sembari mencuri pandang ke arah Jillian yang masih saja sibuk menyusun barang dalam koper. Ia menyeringai, menarik tengkuk Daisy, dan menyatukan bibir mereka.

Daisy melotot panik. Sorot matanya seakan mengatakan takut dilihat oleh Jillian sedangkan Noah bersikap bodo amat dan malah mencium Daisy lebih agresif.

Wanita cantik itu mencubit lengan berotot Noah sekuat tenaga hingga Noah meringis dan mencebik pelan. "Kau sangat jahat, Daisy. Kau menyakitiku."

Daisy memukul dada Noah pelan. "Di sini ada Jillian! Jillian masih terlalu kecil untuk melihat adegan dewasa. Oh ayolah! Jangan menodai mata polos anakmu!" Omelnya. Disambut oleh cengiran tanpa dosa Noah.

"Jillian tidak melihat kita, Daisy. Lihatlah dia! Masih sibuk menyusun barang ke dalam kopernya." Sahut Noah membela diri sendiri.

"Bagaimana kalau dia tiba-tiba melihat kita dan mempraktekkannya ke orang lain? Kau mau putri kesayanganmu itu mencium orang lain?" Tanya Daisy menakut-nakuti sedangkan Noah hampir menjerit histeris. Membayangkannya saja Noah tak sanggup, apalagi kalau ucapan Daisy menjadi kenyataan.

Wanita itu mencubit hidung mancung Noah gemas. "Makanya jangan bertingkah sembarangan di depan putri kita."

"Baiklah. Jadi, mari kita ke kamar dulu."

"Heh!" Tegur Daisy kesal, membuat Noah tertawa geli.

"Dasar mesum!" Decak Daisy dan kabur dari sisi suaminya sebelum diterkam. Ia berjalan mendekati Jillian dan duduk di samping koper.

"Susunan di dalam koper sangat rapi. Jill belajar darimana?" Kagumnya.

"Dari Chessa, mom. Jill minta diajarkan ke Chessa supaya tidak merepotkan mommy."

Daisy tersentak mendengarnya. "Astaga. Jangan berkata seperti itu. Mommy merasa tak berguna saat mendengarnya."

Jillian menggaruk pipinya canggung. "Maaf, mom. Jill takut merepotkan mommy."

Daisy menghela nafas panjang. Kemudian, memeluk tubuh mungil Jillian pasrah. "Ingat baik-baik, Jill. Mommy tidak pernah merasa direpotkan oleh Jill."

Gadis kecil itu mengangguk di dalam dekapan Daisy.

Pemandangan tersebut membuat Noah tersenyum lebar.

Sebelumnya, Noah merasa pemandangan seperti sekarang ini sangat mustahil terjadi karena Daisy membencinya dan Jillian.

Daisy selalu menatap mereka tajam dan kesal seolah tak ingin di dekati. Daisy selalu berbicara kasar dan dingin pada mereka. Daisy selalu enggan pada mereka.

Entah keajaiban apa yang terjadi sehingga Daisy berubah drastis. Daisy menjadi lembut, hangat, ramah, ceria, dan sayang pada mereka.

Sosok Daisy yang sekarang membuat suasana di dalam rumah menjadi lebih hidup. Serta membuatnya dan Jillian bahagia di setiap harinya.

"Eh, bell rumah bunyi. Chessa pasti sudah kembali." Seru Jillian seraya berlari ke luar kamar dengan penuh semangat. Tingkah cerianya sungguh membuat Daisy dan Noah tersenyum gemas.

"Ah, memangnya kenapa kalau Chessa sudah kembali? Kenapa Jillian terlihat sangat senang?" Tanya Daisy bingung.

"Karena Chessa membelikan makanan kesukaan Jillian. Makanya Jillian sangat senang." Sahut Noah.

"Ohh." Daisy manggut-manggut pelan.

Tiba-tiba perhatiannya teralihkan ke buku diary di dalam koper Jillian. Ingatannya melayang ke beberapa waktu silam. Saat dia memergoki Jillian menulis diary.

"Apakah kau tahu kalau Jillian biasa menulis diary?" Tanya Daisy penasaran.

"Apa? Menulis diary?" Heran Noah.

"Iya."

"Aku tidak pernah melihatnya menulis diary."

Daisy mengerutkan kening heran mengingat Noah lah yang sering bersama Jillian. Masa Noah tidak tahu Jillian sering menulis diary?

"Sa--"

"AKHHH!!!"

Teriakan kesakitan Jillian membuat sepasang suami istri itu tersentak kaget. Mereka berdua langsung berlari ke pintu utama.

Alangkah terkejutnya mereka kala melihat Jillian berlumuran darah. Semakin terkejut lagi melihat pisau tertancap tepat di jantung Jillian.

"CEPAT TANGKAP PEREMPUAN ITU!"

Bersambung...

11/10/22

firza532

Reborn: DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang