Vote sebelum baca ⭐
Jillian terus mengelus foto yang mereka cetak beberapa jam lalu. Tatapannya tak pernah lepas dari sana tanpa merasa bosan sedikit pun. Bahkan, saat sedang makan malam di restoran pun, Jillian terus menatap foto mereka.
"Sampai kapan Jill akan menatap foto kita?" Kekeh Daisy keheranan melihat tingkah putrinya.
"Sampai Jill puas, mom. Jill senang melihat kita bertiga." Kikiknya.
Noah menyuapi Jillian makanan sedangkan gadis kecil itu menerimanya senang hati tanpa mengalihkan pandangannya dari foto.
"Kalau Jill suka, lain kali kita akan mengambil foto lebih banyak." Usul Daisy.
"Yeyy! Jill setuju!"
"Nah, sekarang simpan dulu fotonya. Lanjut makan dulu."
"Oke, mom."
Jillian memasukkan foto tersebut ke dalam tas mungilnya dengan sangat hati-hati hingga membuat Daisy dan Noah tersenyum gemas. Padahal kalau fotonya rusak, bisa dicetak lagi.
Jangankan mencetak satu foto, ratusan ribu foto pun, Noah sanggup mencetaknya untuk sang putri.
"Aaaa!! Ayo buka mulutnya. Pesawat mau datang." Canda Daisy seraya mengarahkan sendok ke mulut Jillian.
Gadis kecil itu tertawa senang dan langsung melahapnya. "Enak." Gumamnya.
"Rasanya semakin enak karena disuapi mommy." Imbuhnya setelah mengunyah semua makanan dalam mulutnya.
"Masa sih? Daddy jadi pengen disuapi mommy juga." Cetus Noah.
Jillian menatap sang Daddy serius. "Coba saja sendiri, dad. Maka Daddy akan langsung tahu." Tuturnya serius sehingga membuat Noah tertawa.
Pria tampan itu menaik turunkan alisnya ke Daisy. "Kau dengar itu, istriku?"
Daisy menggelengkan kepala tak habis pikir melihat tingkah kekanakan Noah, tapi tetap menyuapi suaminya.
"Ternyata makanan yang disuapi mommy memang sangat enak." Cengir Noah.
Jillian tersenyum bangga mendengar perkataan Noah.
Setelah itu, ayah dan anak itu minta disuapi ke Daisy secara bergantian. Sangat kekanakan, bukan?
Tapi, Daisy sangat menikmatinya. Daisy senang melihat mereka antusias menerima suapannya. Daisy merasa berguna walau yang dilakukannya bukan lah apa-apa jika dibandingkan pengorbanan Noah selama ini.
"Jill harap mommy dan Daddy selalu bahagia seperti sekarang." Lirih Jillian sembari menatap kedua orangtuanya bergantian.
"Hah? Apa, Jill? Mommy tidak mendengarnya."
Jillian menggeleng seraya tersenyum. "Bukan apa-apa, mom."
****
Noah menggendong Jillian yang sedang tertidur pulas ke dalam kamar anaknya sedangkan Daisy mengikuti Noah dari belakang.
Pria tampan itu meletakkan Jillian sangat hati-hati di atas tempat tidur, diiringi oleh kecupan singkat di kening anaknya. "Sweet dream, honey."
Hati Daisy terasa meleleh melihat pemandangan manis itu. Dimana seorang ayah terlihat sangat mencintai putrinya.
Daisy ikut mendekat dan mendaratkan kecupan singkat di pipi anaknya. 'Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu, Jill.' Bisiknya dalam hati.
Sepasang suami istri itu saling bertatapan, seolah bertukar isi pikiran lewat tatapan mata.
Kemudian, mereka pun keluar dari kamar Jillian. Tak lupa pula menutup pintu kamar Jillian secara perlahan supaya tidur putri cantik mereka tidak terganggu.
Noah merangkul bahu Daisy seraya mengusap belakang kepala wanita itu lembut. "Kau pasti lelah bermain seharian ini."
Daisy menyandarkan kepala manja ke bahu sang suami. "Ya. Memang lelah tapi aku bahagia bisa menghabiskan waktu bersama mu dan bersama putri cantik kita."
Noah tersenyum mendengarnya. Hatinya langsung berbunga-bunga. Tak ada kata yang dapat menjabarkan betapa senangnya dia.
Ah, bahagianya memang sederhana. Segala hal tentang Daisy dan Jillian saja mampu membuatnya bahagia.
"Kau yang mandi lebih dulu atau aku?" Tanya Noah kala sampai di kamar.
"Kau saja. Aku ingin rebahan sebentar." Daisy langsung menghempaskan tubuh lelahnya ke atas tempat tidur seraya membenamkan wajahnya di bantal.
Noah terkekeh pelan melihat tingkah lucu Daisy yang seperti anak kecil. "Baiklah." Menyempatkan mengelus puncak kepala Daisy sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
Wanita cantik itu mengubah posisinya menjadi tidur terlentang ketika mendengar pintu kamar mandi tertutup. "Huaaa! Capekkk!!" Keluhnya. Ia memejamkan mata. Berniat untuk tidur. Namun, Perhatiannya teralihkan ketika mendengar ponsel Noah berbunyi.
Awalnya ia mengabaikan tapi hp Noah terus-terusan saja berbunyi.
Lantaran merasa terganggu, akhirnya Daisy pun mengangkat telepon tersebut.
"Tuan, kami sudah berhasil menemukan keberadaan Bart."
Daisy sontak terduduk saking antusiasnya. "Cepat tangkap dia! Jangan berikan dia kesempatan untuk melarikan diri lagi!"
Akhirnya ... Penantian panjangnya membuahkan hasil.
Bart tertangkap sehingga ia bisa melindungi keluarganya yang berharga.
Tinggal menanyakan siapa penghianat di dalam pertemanannya pada Bart!
"Jangan biarkan dia lepas!" Titah Daisy sekali lagi menegaskan.
"Baik, nyonya."
"Oke."
Sambungan telepon pun terputus sedangkan Daisy merentangkan kedua tangannya bahagia. "Penantian panjangku akhirnya terbalaskan. Putri kecilku akan aman."
Wanita cantik itu menutup wajahnya senang. Mulai membayangkan pembalasan seperti apa yang akan dilakukannya pada Bart. Pria yang telah merenggut kebahagiaannya dan berulang kali menempatkan putrinya dalam bahaya.
"Kenapa kau terlihat bahagia?" Tanya Noah mendadak mengagetkan Daisy.
Wanita cantik itu menghambur memeluk tubuh Noah hingga membuat pria tersebut tersentak kaget. "Bart ditemukan!!" Serunya riang.
Noah tertawa pelan melihat tingkah lucu Daisy. "Ku pikir karena apa."
Daisy menyengir lalu melayangkan kecupan singkat di bibir Noah. "Ini semua berkat mu. Terima kasih."
Noah tersenyum miring. "Terima kasih saja tidak cukup, Daisy."
Wanita cantik itu membalas senyuman miring Noah. Kemudian, menjauhkan dirinya dari Noah. Duduk dengan anggun di atas kasur, tersenyum menggoda, dan mengelus lengan Noah pelan. "Apakah tubuhku cukup untuk mengungkapkan terima kasihku padamu?"
Wajah Noah langsung memerah melihat Daisy menggodanya dengan sangat berani. Godaan yang mampu membangkitkan hasrat terpendamnya selama ini.
Bersambung....
18/9/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn: Daisy
RomanceCinta pertama membutakan mata dan hati Daisy. Menghantarkannya pada jurang penderitaan dan penyesalan. Berharap bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahan fatalnya. Hingga keajaiban pun menghampirinya. Ia benar-benar kembali ke masa lalu. L...