Vote sebelum baca ⭐
Terkadang, bahasa tubuh jauh lebih jujur dibandingkan ucapan dan tindakan.
Ucapan bisa saja berbohong. Tindakan bisa saja terpaksa. Namun, bahasa tubuh tak akan pernah bisa berbohong atau pun dibuat-buat. Apalagi debaran jantung seseorang. Tidak lah bisa dibuat-buat.
Debaran jantung Noah membuat Daisy langsung mengerti apa yang dirasakan pria itu. Dia langsung tahu perasaan Noah yang sebenarnya.
Daisy terdiam, mendengarkan detak jantung Noah. Sangat cepat dan tidak beraturan bak orang yang baru saja melakukan lari jarak jauh.
Dalam keheningan ia mulai bertanya-tanya tentang keputusannya menerima Noah setelah mengetahui Noah mencintainya. Apakah tidak masalah? Apakah setelah ini Jillian bisa lebih bahagia?
Daisy pernah dengar satu kata pepatah. 'hubungan akan bertahan lama kalau laki-laki sangat mencintai pasangannya'.
Mungkin kah nanti hubungan mereka bisa dipertahankan dan tak akan ada kata cerai lagi di masa depan?
Dengan kebersamaan mereka, Jillian tidak akan tersakiti serta bisa hidup bahagia bertiga.
Pelukan erat Noah membuatnya seketika tersadar dari semua lamunannya.
Tak mau ketahuan melamun, wanita cantik itu pun mengambil inisiatif berbicara terlebih dahulu. "Kenapa jantungmu berdebar sangat kencang?" Memberikan pertanyaan menggoda ke Noah supaya pria itu tak bisa berkutik.
Daisy terkikik pelan merasakan tubuh Noah menegang kaku. Pasti raut wajah Noah terlihat sangat lucu sekarang.
Sayang sekali, ia tak bisa mendongak karena Noah memeluk tubuhnya posesif.
"Menurut mu kenapa?" Tidak disangka, Noah malah bertanya balik padanya. Lumayan. Bisa menguasai situasi dan kondisi.
"Hmm, mungkin berdebar karena terlalu dekat denganku?" Ujarnya sok ragu-ragu. Padahal ia sudah sangat tahu dan yakin jawaban dari pertanyaan suaminya itu.
"Atau mungkin karena kau mencintaiku. Makanya jantungmu terus berdebar kencang sejak tadi." Godanya seraya menggambar pola Abstrak di dada Noah.
Suami tampannya itu menelan saliva gugup. "Tebakanmu benar. Jantungku memang berdebar kencang karena terlalu dekat denganmu dan yang pastinya karena mencintaimu."
Daisy terdiam. Tak menyangka Noah akan menjawab dengan jujur. "Sejak kapan kau jatuh cinta padaku?" Tanyanya penasaran.
"Sejak malam itu." Jawab Noah ambigu tapi Daisy dapat menangkap maksudnya.
"Gila! Mustahil kau jatuh cinta pandang pertama padaku."
Jujur saja, Daisy sangat terkejut mendengar jawaban Noah. Ia sangat tidak menyangka Noah mencintainya sejak dulu dan bodohnya ia tak menyadari sama sekali. Dia malah menyangka Noah membencinya dan menahan dirinya sebatas status ibu Jillian saja.
Semakin dipikirkan, semakin dia menyadari bahwa dirinya bodoh dan tidak peka. Bukan hanya mengenai masalah penghianatan kekasih dan temannya tapi juga mengenai perasaan suaminya.
"Mungkin jawabanku memang terdengar gila dan mustahil, tapi aku menjawabnya dengan jujur. Aku memang mencintaimu sejak malam itu. Ada sesuatu dari dirimu yang membuatku tertarik dan tak bisa berpaling meskipun telah berusaha sekuat apapun untuk bersikap cuek. Hal semacam itu tidak pernah ku rasakan saat bertemu perempuan lain. Aku baru merasakannya saat bertemu denganmu, bukan kah itu yang dinamakan dengan cinta?"
Noah menyahut panjang lebar. Guna membuktikan pada Daisy bahwa perasaannya bukan omong kosong belaka serta berharap Daisy mempercayai jawabannya.
"Ternyata begitu..." Gumam Daisy mengerti karena ia sendiri pun pernah berada di posisi tersebut.
"Jadi, kau percaya?" Tanya Noah penuh harap.
"Iya."
Noah tersenyum lebar mendengar perkataan istrinya. Perasaannya menjadi lebih ringan setelah mengutarakan semua isi hatinya.
"Kenapa dulu kau mengancamku kalau mencintaiku? Bukan kah harusnya kau mengejarku dengan cara yang baik?"
Nafas Noah seketika tercekat mendengar pertanyaan mematikan itu.
"Maaf. Saat itu, di dalam pikiranku hanya terlintas melakukan cara tersebut karena kau terlihat sangat mencintai Bart. Kalau aku tidak mengancammu, kau pasti tidak akan mau menikah denganku. Kau pasti juga akan menggugurkan kandunganmu. Bagaimanapun, Jillian tidak bersalah, tidak adil baginya jika harus mati begitu saja."
Kali ini, giliran Daisy yang tertohok.
"Yah, aku sangat labil waktu itu sehingga ingin menggugurkan kandunganku sendiri."
"Bisakah kau memaafkan semua hal buruk yang telah ku lakukan padamu di masa lalu?"
Daisy mengangguk. "Aku juga minta maaf padamu atas semua perbuatan burukku di masa lalu."
Noah mendadak menangkup wajah Daisy dan menyatukan kening mereka. "Mulai sekarang, kita berdua telah resmi saling memaafkan, bukan?"
Daisy tersenyum manis. "Iya."
Noah membalas senyuman Daisy. Bahkan lebih lebar daripada senyuman istrinya. "Berarti mulai sekarang, kita berdua bisa memulainya dengan lembaran baru yang dipenuhi kebahagiaan."
Daisy mengangguk yakin. Keputusannya telah bulat sekarang. Ia telah mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya. Keputusan yang akan menjadi penentu kehidupan keduanya. Entah berakhir bahagia atau malah berakhir mengenaskan lagi.
"Aku pastikan kau tidak akan menyesali pilihanmu saat ini, Daisy. Aku akan membuatmu selalu bahagia karena telah memberikan kesempatan padaku. Aku akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia di dunia."
Bersambung..
28/8/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn: Daisy
RomanceCinta pertama membutakan mata dan hati Daisy. Menghantarkannya pada jurang penderitaan dan penyesalan. Berharap bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahan fatalnya. Hingga keajaiban pun menghampirinya. Ia benar-benar kembali ke masa lalu. L...