Part 24🔸

26.3K 2.6K 30
                                    

Vote sebelum baca⭐

Vote sebelum baca⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersenang-senang. Itu lah yang dilakukan oleh Daisy bersama Jillian. Menaiki berbagai macam wahana. Menikmati setiap permainan. Mencicipi berbagai macam kuliner.

Apapun keinginan Jillian, Daisy turuti. Tanpa terkecuali. Begitu pun dengan teman-teman Daisy. Mereka sangat memanjakan Jillian karena menganggap Jillian sebagai anak sendiri.

Tak sulit bagi mereka menyayangi Jillian karena gadis kecil itu sangat imut dan menggemaskan. Mudah mengambil hati dan perhatian siapapun.

Walau telah dekat dengan teman-teman Daisy, Jillian tetap menempel ke Daisy. Ia enggan melepaskan genggamannya dari tangan Daisy. Seolah takut Daisy akan pergi dan meninggalkannya di tengah-tengah kerumunan orang banyak.

Gadis kecil itu memang masih menyimpan ketakutan dalam dirinya. Rasa takut akan dibuang dan diabaikan, seperti dulu. Rasa takut yang tak bisa diabaikannya begitu saja.

"Aunty sangat kelaparan sekarang. Bagaimana dengan Jill? Jill sudah lapar atau belum?"

Jillian mendongak, menatap Gloria yang baru saja bertanya padanya. "Jill belum lapar, aunty. Sebelum berangkat tadi, Jill makan banyak kue." Jawabnya manis. Melelehkan hati dingin Gloria.

"Kalau kalian lapar, duluan saja ke restoran. Aku dan Jillian akan lanjut main." Tutur Daisy melihat raut wajah lesu semua temannya.

Jillian menarik ujung pakaian Daisy, menarik perhatian wanita itu. "Mommy lapar?" Tanyanya hati-hati.

Daisy mengamati raut wajah putrinya. Terlihat sangat jelas kalau Jillian belum puas bermain. Alhasil, Daisy pun memutuskan untuk berbohong demi membuat putrinya bahagia. "Mommy belum lapar, Jill."

Jillian menghela nafas lega. Padahal ia sudah takut mommy nya merasa kelaparan juga.

"Baiklah. Kami duluan."

Setelah itu, teman-teman Daisy pun pergi. Meninggalkan Daisy berdua dengan Jillian.

"Mommy." Panggil Jillian.

"Kenapa, sayang?"

"Jill ingin masuk ke situ."

Daisy meringis pelan melihat arah yang ditunjuk Jillian. Rumah hantu.

Oh ayolah, Daisy takut masuk ke sana. Tapi ... Mana mungkin ia menolak keinginan putri kesayangannya.

"Baiklah. Asalkan Jill berjanji tidak akan melepaskan tangan mommy. Mommy tidak ingin kehilangan Jill di dalam sana."

Jillian tersenyum lebar. "Jill janji, mom."

Sepasang ibu anak itu pun akhirnya masuk ke dalam rumah hantu.

Baru berada di pintu masuk rumah hantu, jantung Daisy sudah berdebar kencang. Wajahnya mulai memucat di setiap langkahnya.

Seumur hidup, baru kali ini Daisy masuk ke dalam rumah hantu. Sangat menegangkan.

Wanita cantik itu mengalihkan tatapannya ke arah Jillian. Putri kecilnya itu terlihat sangat antusias dan gembira.

Daisy menghela nafas panjang. "Aku pasti bisa." Gumamnya.

Jillian tidak menyadari ketakutan Daisy sehingga terus masuk ke dalam. Hantu-hantu mulai bereaksi dan mengagetkan Daisy.

Saking kagetnya, Daisy menendang hantu yang memegang kakinya hingga terdengar jeritan kesakitan.

"Kenapa hantu itu berteriak, mom?" Tanya Jillian heran.

Daisy tertawa canggung dan semakin mempercepat langkahnya setelah meminta maaf ke orang yang ditendangnya. "Mungkin dia ingin menakuti kita."

"Ohh."

Semakin jauh melangkah ke dalam, semakin ketakutan Daisy sedangkan Jillian semakin bersemangat.

Saking takutnya, Daisy memejamkan mata dan mengikuti langkah kecil sang putri.

Entah berapa lama Daisy berjalan di dalam rumah hantu dengan mata tertutup. Ingin mengintip sudah sampai di mana tapi segera mengurungkan niat karena takut melihat penampakan di depan matanya.

Tiba-tiba Daisy merasa tubuhnya dipeluk oleh seseorang. Ia nyaris berteriak jika saja orang itu tidak berbisik padanya. "Jangan takut lagi. Kau sudah aman sekarang, Daisy."

Perasaannya bercampur aduk. Antara senang dan juga malu.

Bisa-bisanya Noah melihat sisi memalukan dari dirinya!

Daisy mendorong Noah pelan. Kemudian, menatap Noah songong. Guna menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. "Kau salah paham."

"Salah paham?" Ledek Noah.

Daisy melipat tangannya di depan dada. "Ya. Kau salah paham. Sekali pun, aku tidak pernah merasa takut."

Noah tersenyum geli. "Ya, ya, ya. Anggap saja begitu."

Reaksinya membuat Daisy melotot kesal.

Pria tampan itu berjongkok di depan Jillian seraya tersenyum manis. "Lain kali jangan mengajak mommy mu masuk ke rumah hantu lagi, Jill. Mommy mu takut. Jill pasti tidak ingin mommy ketakutan, bukan?"

Jillian tertunduk sedih. "Maaf. Jill tidak tahu kalau mommy takut. Lain kali, Jill tidak akan masuk ke sana lagi." Sesalnya.

"Ck! Ini semua salahmu! Kenapa kau tiba-tiba datang ke sini dan membuat Jillian ku sedih?" Omel Daisy seraya menjitak kepala Noah.

Pria tampan itu memutar bola mata malas. "Memangnya aku tidak boleh datang ke sini?"

"Tidak boleh!!"

"Kenapa tidak boleh? Seluruh taman bermain di sini kan milikku."

Daisy terdiam. Baru tahu kalau tempat yang didatanginya milik Noah.

"Tentunya milikmu dan milik Jillian juga." Imbuh Noah seraya terkekeh melihat reaksi menggemaskan istrinya.

Daisy mengibaskan tangannya tak peduli. "Daripada berdebat, lebih baik kita makan. Aku sudah lapar," ujarnya mengalihkan pembicaraan.

"Jill juga lapar." Imbuh Jillian.

Noah tertawa pelan. Kemudian, mengajak kedua perempuan berharga dalam hidupnya makan di restoran di sebrang jalan.

Di saat jalanan sudah sepi, mereka bertiga pun menyebrang. Jillian berlari kecil sehingga Noah segera menyusulnya lantaran takut anaknya ditabrak mobil.

Daisy tersenyum kecil melihat pemandangan itu. Pemandangan seorang ayah dan anak yang saling menyayangi dan menjaga satu sama lain.

Tanpa Daisy sadari, sebuah mobil melaju kencang ke arahnya. Seakan-akan memang menargetkannya sejak awal.

"LARI, DAISY!!"

Bersambung...

25/8/22

firza532

firza532

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Reborn: DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang