Part 22 🔸

30.4K 3K 63
                                    

Vote sebelum baca ⭐

Daisy memperhatikan setiap gerak gerik Noah saat membalut perban di bagian perutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daisy memperhatikan setiap gerak gerik Noah saat membalut perban di bagian perutnya. Begitu hati-hati seolah takut Daisy akan tersakiti. Perlakuan tersebut sangat mengusik Daisy, berakhir menanyakannya secara langsung. "Bagimu, aku ini apa, Noah?"

Noah sontak menghentikan gerakannya dan menatap Daisy kaget. Ini adalah pertama kalinya Daisy bertanya seperti itu, makanya ia terkejut.

"Jawab yang jujur! Kau menganggapku siapa dalam hidupmu?!"

Noah menghela nafas pelan. Kemudian, melanjutkan kegiatannya memperban luka Daisy. "Menurutmu bagaimana?"

"Ibu Jillian? Makanya kau memperlakukan ku dengan baik?" Terka Daisy seraya terus meneliti raut wajah Noah.

"Bagiku, kau bukan sekedar ibu Jillian tapi juga belahan jiwaku." Wajah Noah memerah saat mengucapkannya. Ia bahkan tak berani menatap mata Daisy karena malu.

"Aku mencintaimu, Daisy. Aku mencintaimu sejak pertama kali bertemu." Tegasnya.

Daisy mengangkat dagu Noah dengan jari telunjuknya. Tatapannya terlihat sangat datar tanpa emosi apapun. "Lalu, kenapa kau memaksa dan mengancamku? Kenapa kau mengancamku menggunakan perusahaan orangtuaku?"

Noah menelan saliva kasar. "Maaf. Aku melakukannya karena tidak ingin kehilanganmu. Aku benar-benar jatuh cinta padamu walau pun baru pertama kali bertemu." Jawabnya jujur.

"Sejak malam itu, aku tidak pernah bisa melupakanmu. Aku melakukan berbagai cara untuk memilikimu, tanpa memikirkan perasaanmu. Awalnya aku sudah bertekad memperlakukanmu dengan baik setelah kita menikah, tapi kau malah selalu membangkang padaku. Kau selalu menemui pria itu dan mengabaikanku sehingga aku kesulitan untuk mewujudkan niat awalku. Aku terpaksa bersifat sok keras padamu supaya kau tetap berada di sisiku." Ungkap Noah tanpa berusaha menutupi apapun. Tatapannya juga terlihat sangat tulus dan dipenuhi kejujuran.

Nafas Daisy bahkan sampai tercekat mendengar perkataan jujur Noah. "Kenapa kau mempertahankan ku selama bertahun-tahun? Bukan kah aku hanya menyakitimu?"

Noah tertawa kecil atau lebih tepatnya mentertawakan diri sendiri. "Itu karena aku sangat mencintaimu. Makanya aku bertahan. Melihatmu di sisiku saja rasanya sudah cukup. Egois memang tapi ini lah aku. Selain itu, aku tidak ingin Jillian kehilangan ibunya."

"Wanita di sekelilingmu banyak. Kenapa tidak memilih mereka saja? Mereka pasti bisa membuatmu dan Jillian bahagia." Jujur, Daisy bingung pada pola pikir Noah.

"Jangan mengatakan hal itu, Daisy! Aku dan Jillian tidak akan pernah bahagia jika bukan bersamamu. Kami hanya menginginkanmu, bukan wanita lain."

Daisy menatap Noah lekat.

"Aku serius, Daisy. Aku sungguh-sungguh mencintaimu dan ingin kau selalu berada di sisiku."

Daisy membuang pandangan ke arah lain lantaran lemah melihat ekspresi serius Noah.

"Sebelum ini, aku belum pernah jatuh cinta pada seseorang. Bahkan belum pernah menjalin hubungan dengan seseorang karena terlalu sibuk mengurus perusahaan. Andai kata kita tidak bertemu, mungkin sekarang aku masih sendiri dan sibuk mengurus perusahaan."

Noah mengenggam telapak tangan Daisy lembut. "Terkadang aku bersyukur mengingat sekretaris jalang tahun itu menjebakku sehingga aku bisa bertemu denganmu dan memilikimu. Aku bahagia bertemu denganmu, Daisy." Mengecup punggung tangan Daisy penuh perasaan.

"Mungkin ini terdengar kejam karena aku bahagia di atas penderitaanmu. Pasti hal berat bagimu menanggung semua derita tahun itu, bukan? Dihamili oleh pria yang tidak dicintai dan dipaksa menikah."

Daisy tertawa mengejek. Merasa lucu mendengar pertanyaan itu secara langsung dari Noah. "Ternyata kau sadar diri juga."

Noah bangkit dari posisinya dan bersujud di lantai sehingga membuat Daisy melotot kaget. "Maafkan aku, Daisy. Maafkan semua kesalahanku."

"Astaga! Bangunlah. Jangan bersujud padaku." Kaget Daisy melihat perbuatan tak terduga sang suami.

Noah mendongak, menatap Daisy penuh harap. "Kau memaafkan ku, bukan?"

"Iya. Aku memaafkanmu. Jadi, bangun lah." Bagaimana mungkin Daisy menjawab tidak di saat-saat sekarang ini?!

Noah tersenyum lebar dan bangkit dari sujudnya sedangkan Daisy menghela nafas lega.

"Apa kau sudah punya rencana untuk mengusir Bart dari perusahaan?" Tanya Daisy tiba-tiba.

"Iya. Tenang saja. Besok, ku pastikan Bart sudah berhenti bekerja di perusahaan."

"Cepat sekali. Kau memang hebat."

Noah tertawa mendengar pujian Daisy.

"Lalu, apa hubungan kita sekarang, Daisy? Apakah aku boleh berharap lebih pada hubungan kita sekarang?"

Pertanyaan Noah membuat Daisy bungkam seketika. Suasana di antara mereka pun berubah menjadi canggung.

Noah menghela nafas sedih sedangkan Daisy memilih diam membisu karena ia sendiri pun tak tahu harus bagaimana.

Daisy takut untuk mencintai orang lagi. Daisy takut dikhianati. Daisy takut disakiti.

Bersambung...

12/8/22

firza532

firza532

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Reborn: DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang