Part 47🔸

18.8K 1.9K 58
                                    

Vote sebelum baca ⭐

Jantung Noah benar-benar terasa tertusuk melihat keadaan Jillian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jantung Noah benar-benar terasa tertusuk melihat keadaan Jillian. Ia hanya bisa mengelus puncak kepala Jillian dan berdoa agar anaknya selamat.

"Mommy." Panggil Jillian terbata-bata.

"Jangan berbicara dulu, Jill." Isak Daisy sembari terus mengenggam tangan mungil Jillian.

Gadis kecil itu tersenyum di tengah rasa sakitnya. "Jill senang dicintai oleh mommy. Sekarang, Jill tidak punya penyesalan apapun lagi." Lirihnya.

Noah menangis tanpa suara mendengarnya karena pria itu tahu betapa besarnya perjuangan Jillian untuk mendapatkan kasih sayang Daisy. Mulai dari penolakan, sikap dingin, dan tatapan penuh kebencian. Jillian telah melewati semuanya.

Pria tampan itu berulang kali mengusap air matanya. Namun, air matanya tak kunjung berhenti mengalir.

Hatinya sangat perih melihat Jillian menahan rasa sakit dengan tubuh mungil nan lemah itu. Hatinya sakit melihat putri kecilnya selalu menderita dan sulit mendapatkan kebahagiaan.

Ia ingin protes kepada sang pencipta yang terus memberikan luka pada putrinya. Tidak bisakah putri kecilnya selalu bahagia tanpa menderita sedikit pun?

"Daddy.." lirih Jillian.

"Iya, sayang." Noah mengecup tangan mungil Jillian penuh kasih sayang.

Gadis kecil itu menatap Noah dalam. Kemudian, menyatukan tangan mereka bertiga sembari tersenyum manis. "Jill sayang mommy dan daddy," ucapnya terbata-bata dan menghembuskan nafas terakhirnya. Diikuti oleh teriakan histeris Daisy.

Noah tertegun melihat kematian sang putri tercinta di depan matanya sedangkan sekujur tubuhnya gemetar hebat.

Selama bertahun-tahun hidup di dunia, tak ada yang lebih menyakitkan daripada saat ini.

"Jill!! Jangan tinggalkan mommy!! Kembali lah demi mommy!!" Teriak Daisy histeris.

Hatinya semakin kacau melihat betapa sedihnya Daisy. Lantas, memeluk Daisy dan berusaha menguatkan Daisy walaupun hatinya sendiri sangat hancur.

"Jillian!!"

Senin, 17 Oktober ... Jillian meninggal di dalam perjalanan rumah sakit, di pangkuan Daisy.

****

Pemakaman Jillian berlangsung sederhana. Hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat Daisy.

Setelah selesai, Daisy tidak langsung pulang, melainkan meratapi makam anaknya.

Baru kemarin rasanya Daisy tertawa bahagia bersama Jillian, tapi sekarang Jillian sudah pergi untuk selama-lamanya.

Jillian pergi, meninggalkannya sendirian. Bahkan di saat ia belum bisa menebus semua penderitaan di masa lalu.

Waktu mereka bersama terlalu singkat. Belum bisa mengganti penderitaan panjang yang telah dirasakan Jillian.

"Sekarang, mommy harus apa, Jill?"

Daisy memukul dadanya yang terasa sesak. Memikirkan semua itu, hatinya kian sakit bagaikan teriris pisau.

Kenapa dirinya harus kehilangan Jillian untuk kedua kalinya?

Kenapa dia selalu kehilangan Jillian di depan matanya?

Kenapa kematian Jillian selalu menyakitkan baginya?

"Arghhh!!"

Daisy menutup wajahnya frustasi. Ia benar-benar ibu yang buruk. Tidak bisa melindungi anaknya sendiri.

Di masa lalu dia kehilangan Jillian karena kebakaran dan di masa sekarang dia kehilangan Jillian karena pembunuhan.

Kenapa semua hal tak pernah berjalan sesuai keinginannya?

Kenapa nasib Jillian selalu berakhir dengan kematian yang tragis?

Tidak bisakah Jillian hidup bahagia bersamanya?

"Mommy tidak sanggup kehilanganmu untuk kedua kalinya, Jill." Raungnya sembari memeluk foto Jillian.

Noah yang sedari tadi menjadi penonton kian merasa sesak seolah tak ada oksigen di sekitarnya.

Pria itu memeluk Daisy erat dan mengelus punggung Daisy. Berharap sentuhannya mampu membuat perasaan Daisy sedikit membaik. "Jillian pasti tidak akan suka melihatmu terpuruk seperti ini, sayang," ujarnya menasehati di saat dia sendiri menangis pilu. Dia bahkan menggigit bibirnya sendiri supaya tidak keluar isakan menyedihkan dari mulutnya.

"Kenapa tuhan sangat kejam pada kita, Noah? Kenapa tuhan selalu mengambil Jillian dari kita?!" Erangnya.

"Padahal kita sudah berencana akan bersenang-senang di liburan kali ini. Kita sudah membeli banyak barang untuk liburan pertama kita sekeluarga. Kita sudah menyiapkan semuanya. Kita berdua juga sudah berjuang menyelesaikan kewajiban kita supaya bisa liburan dengan tenang. Tapi, ini balasan yang Tuhan berikan atas kerja keras dan harapan kita?"

Daisy mengeluh. Menumpahkan isi hatinya ke Noah. Ia merasa benar-benar kecewa pada sang pencipta yang memberinya harapan dan menghancurkan harapannya dalam sekejap mata.

Untuk apa tuhan memberinya kesempatan mengulang masa lalu, jika pada akhirnya tetap mengambil orang berharga dalam hidupnya yang menjadi tujuannya berubah?

Untuk apa tuhan memberinya harapan kebahagiaan jika pada akhirnya, kematian lah yang menunggu seperti di kehidupan pertamanya?!

Daisy sungguh tak mengerti!

"Sial. Aku tidak bisa menerima ini semua. Aku tidak ingin kehilangan Jillian." Isak Daisy.

"Aku juga tidak bisa menerima ini, tapi Jillian pasti tidak akan suka melihat kita terpuruk. Jillian pasti akan kecewa melihat kita menangisi dan menyesali kematiannya. Jadi, ayo bangkitlah bersamaku, Daisy. Berhentilah menangis dan mari kita lakukan keinginan terakhir Jillian," kata Noah pelan.

Daisy mendongak, menatap Noah sendu.

Noah menghapus air mata Daisy lembut seraya tersenyum getir. "Ayo kita pergi ke tempat yang diinginkan Jillian. Dia pasti akan senang bukan?"

Mata Daisy kembali berkaca-kaca. Tangan mungilnya terangkat dan menghapus air mata Noah. "Baiklah. Ayo kita lakukan itu."

Sepasang suami istri itu berpelukan dan menangis hebat. Sampai detik ini, mereka belum bisa menerima kematian mendadak Jillian.

Di waktu yang sangat singkat, telah banyak kenangan berharga dan menyenangkan yang terukir. Kenangan yang tak akan mudah untuk dihapus sampai kapan pun. Kenangan yang akan membekas untuk selama-lamanya.

Bersambung...

16/10/22

Berat banget rasanya nulis part ini🤧

firza532

Reborn: DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang