Vote sebelum baca⭐
Setelah sampai di rumah baru, Daisy langsung beristirahat di kamar yang ditunjukkan maid. Tubuhnya sangat lelah karena menghadapi kejadian mengerikan dan dihadapkan pada fakta menyakitkan. Perlu istirahat untuk mengisi energinya supaya semangatnya kembali lagi.
Wanita cantik itu menutup wajahnya dengan bantal. Membiarkan otaknya melalang buana. Memikirkan segala kejadian serta menebak motif penghianatan temannya.
Seingatnya, dia tidak pernah melakukan hal yang dibenci temannya. Dia selalu menjaga lisan. Dia juga tidak pernah merendahkan siapapun. Malah dia lah yang direndahkan karena pernah menjalin hubungan terlarang dengan Bart.
Jika dipikirkan, semua temannya tampak begitu mendukungnya. Tidak ada yang bertingkah mencurigakan. Namun, kejadian buruk yang menimpanya merujuk pada perbuatan salah satu temannya.
Mustahil Bart langsung mengetahui lokasi dan keadaannya. Pasti ada informan yang memberitahukan ke Bart mengenai dirinya.
Benar-benar penghianat yang hebat. Bisa menipunya di dua kehidupan.
Memangnya apa alasan dari menghianatinya? Iri? Cemburu? Benci?
Daisy tersentak kaget kala bantal yang menutupi wajahnya ditarik begitu saja oleh seseorang.
"Kau ingin mati, huh?" Omel orang itu, Noah.
"Dasar tidak sopan!" Balas Daisy mengomel balik, membuat Noah mengerutkan kening heran.
"Tidak sopan karena menghentikan aksi bunuh dirimu?" Cetus Noah memastikan.
Daisy tertawa tak percaya mendengar pertanyaan tidak bermutu Noah. Lantas, ia pun duduk dan menampar paha Noah gemas. "Atas dasar apa kau menuduhku hendak bunuh diri?"
Noah mengerjapkan mata polos seraya duduk di samping Daisy. Tingkahnya itu sungguh membuat Daisy gemas bukan main. Berakhir meraup wajahnya dan menghela nafas kasar. "Intinya aku tidak bunuh diri seperti yang otak udangmu pikirkan."
"Astaga, Daisy. Kau sungguh jahat. Mengatai otak jeniusku ini sebagai otak udang." Desah Noah sembari menggelengkan kepala miris.
Daisy memutar bola mata malas melihat drama suaminya. "Daripada membuat keributan di sini, lebih baik kau keluar dari kamarku." Usirnya terang-terangan.
"Ini juga kamarku, Daisy. Mulai sekarang kita berdua harus berbagi kamar." Noah merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mempedulikan reaksi kaget Daisy. Mata wanita itu seperti akan keluar sekarang juga mendengar penuturan gila Noah.
"Atas dasar apa aku harus berbagi kamar denganmu?! Cepat pergi dari sini!!" Teriak Daisy menggema di dalam kamar.
"Aku tidak mau." Sahut Noah begitu santai.
Daisy menggertakkan gigi kesal dan menarik tangan Noah sekuat tenaga. "Bangunlah! Jangan tidur di sini! Ini kamarku!"
Noah tak bergerak sedikit pun walau Daisy mengerahkan seluruh tenaganya. Pria itu bagaikan bongkahan batu besar. Sangat berat.
"Pergilah dari kamarku!! Aku yang lebih dulu datang ke sini." Kesal Daisy seraya terus berusaha menarik tangan Noah.
Pria tampan itu menarik tangan Daisy, mengurung tubuh Daisy di dalam kungkungan tubuh besarnya, dan mengeratkan pelukannya supaya Daisy tidak bisa lepas darinya. "Diamlah. Jangan berontak lagi karena tenagamu akan terbuang percuma, istriku." Bisiknya.
Daisy melotot sebal. Kian memberontak. Namun apalah daya. Tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Noah. Menyebalkan!
"Mulai sekarang, kita akan tidur bersama supaya hubungan kita semakin dekat. Bukan kah kau ingin memberikan kebahagiaan keluarga hangat dan lengkap pada Jillian? Dan ini adalah langkah awal memberikan kebahagiaan itu pada Jillian."
Daisy mendesis sebal. "Ini namanya bukan membuat hubungan semakin dekat tapi memanfaatkan keadaan. Berani-beraninya pria busuk sepertimu ingin mengambil keuntungan dariku. Ah, jangan-jangan kau ingin memperkosaku lagi?"
Noah menghela nafas sedih mendengar pertanyaan tajam Daisy. Perasaan bersalah kembali menghantuinya lantaran diingatkan akan kenangan menyakitkan. "Bukan kah kau sendiri juga tahu kalau aku tidak bermaksud melakukan itu padamu, Daisy? Tidak bisakah kau memaafkan kesalahan fatalku satu itu?"
Daisy mendecih kesal. Ia tahu kalau Noah dijebak, tapi hatinya tetap saja marah mengingat kenangan masa lalu. Amarah yang hanya bisa diluapkannya pada Noah, si pelaku.
"Sekali pun, aku tidak pernah berniat melakukan hal buruk pada perempuan. Andaikan saja aku tidak dijebak, aku pasti tidak akan melakukan itu padamu. Aku pasti akan memilih mendekatimu dengan cara normal seperti halnya yang dilakukan seorang pria pada umumnya."
Noah mengeratkan pelukannya. "Berikan aku satu kesempatan untuk mendekatimu, Daisy. Berikan aku kesempatan merebut hatimu dengan caraku sendiri."
Daisy terdiam mendengar perkataan sungguh-sungguh Noah. Haruskah ia memberikan kesempatan pada Noah?
Bersambung....
26/8/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn: Daisy
RomanceCinta pertama membutakan mata dan hati Daisy. Menghantarkannya pada jurang penderitaan dan penyesalan. Berharap bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahan fatalnya. Hingga keajaiban pun menghampirinya. Ia benar-benar kembali ke masa lalu. L...