Vote sebelum baca 🤞
Wanita cantik itu terus memandangi wajah manis Jillian saat tertidur. Pemandangan yang membuat hatinya tenang dan lega.
Lantas, melayangkan kecupan penuh kasih sayang di kening Jillian sebelum meninggalkan kamar. Membiarkan gadis kecilnya beristirahat.
Setelah sampai di kamarnya sendiri, Daisy menghempaskan tubuh lelahnya ke kasur dan menutup matanya yang terasa sangat berat akibat menangis.
Namun, matanya kembali terbuka ketika mendengar langkah kaki seseorang. "Tumben pulang cepat." Komentarnya melihat sang suami duduk di sampingnya.
"Entah kenapa hatiku terasa tidak tenang sejak tadi. Makanya aku pulang cepat daripada terus terganggu oleh perasaan aneh ini."
Daisy memperbaiki posisinya. "Memangnya apa yang menganggumu?"
"Entahlah. Aku tidak tahu, tapi aku merasa akan lebih baik jika berada di rumah karena di sini ada kau dan putri kita."
Daisy tersenyum gemas sembari menangkup wajah tampan Noah. "Mungkin kau merindukan kami. Akibatnya, hatimu merasa tidak tenang sebelum melihat kami." Kikiknya.
Noah ikut terkekeh. "Mungkin saja," Dipeluknya Daisy gemas dan menumpukan dagunya di bahu Daisy. "Bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan supaya tidak mudah rindu pada kalian?"
Wanita cantik itu menepuk punggung Noah pelan. "Yang harus kau lakukan adalah mempertahankan itu karena aku suka melihatmu terus merindukan kami sebab itu berarti kau sangat menyayangi kami."
"Dari dulu, aku kan memang sangat menyayangi kalian berdua. Bagiku, kalian berdua adalah penyemangat hidupku sekaligus pusat duniaku."
"Iyakah?"
"Ku rasa, kau bisa menilainya sendiri, Daisy."
"Huh! Kau tidak asik! Harusnya kau menjawab IYA."
Noah tertawa mendengar nada berbicara merajuk Daisy. Sungguh menggemaskan.
Dapat terbayangkan olehnya sekarang betapa imutnya wajah sok merajuk Daisy.
Noah mencium leher Daisy gemas dan meninggalkan jejaknya di sana sehingga membuat istri cantiknya itu menggerutu dan mengomel.
Tak mau berhenti di sana, ciuman Noah beralih ke wajah Daisy. Menciumi seluruh wajah Daisy tanpa melewatkan satu bagian pun.
"Astaga! Kenapa matamu bengkak? Siapa yang membuatmu menangis?!" Tanya Noah heboh saat menyadari kondisi sang istri.
Daisy meringis pelan. "Tidak ada yang menyakitiku. Aku menangis karena terlampau baper melihat betapa sayangnya Jillian padaku."
Noah menghela nafas lega mendengar istrinya tak di sakiti oleh siapapun. Demi apapun, ia tak ingin Daisy disakiti oleh orang lain. Noah akan melindungi Daisy dan membuat orang yang menganggu Daisy merasa menyesal.
****
Sepasang suami istri terlihat memasuki sebuah gudang. Di dalam sana, terikat seorang pria yang babak belur akibat dihajar. Keduanya menatap pria itu malas. Sementara itu, yang ditatap menutup mata lelah.
"Keras kepala!" Hina Daisy.
"Ternyata, selain senang memanfaatkan wanita, kau suka dipukuli." Sarkas Noah seraya menendang kursi, membuat kursi yang diduduki Bart terjatuh.
"Jika kau mengatakan siapa penghianat di antara teman-temanku, aku akan memberimu makan dan minum. Kau pasti sangat lelah, kelaparan, dan kehausan bukan?"
Setelah disiksa selama tiga hari, Daisy sangat yakin Bart sekarang sangat kesakitan, kelaparan, dan kehausan.
Pria bodoh itu memang cukup keras kepala. Menutup mulutnya rapat-rapat tanpa mau memberitahukan satu fakta pun.
Daisy sungguh membencinya! Padahal ia hanya ingin menyelesaikan masalah dengan cepat tapi kenapa malah berjalan lambat dan dramatis?!
"Sepertinya aku tahu cara membuat pria itu membuka mulut." Bisik Noah pada Daisy setelah melihat Bart tetap keras kepala menelan fakta untuk dirinya sendiri.
"Apa caranya?"
"Memotong barang berharganya." Kekeh Noah tanpa dosa sedangkan Bart sontak membuka mata kaget.
Bart semakin kaget kala melihat Noah mengambil gunting. Tubuhnya merinding seketika. Nyalinya ciut.
"Akan ku katakan!!" Teriak Bart frustasi.
"Anjing pintar! Seharusnya kau mengatakan itu sejak lama supaya tak tersiksa di sini," ujar Daisy sarkas.
Bart menggeram kesal. Ingin membalas ucapan Daisy namun gelagat mengancam Noah membuatnya membatalkan niat. Ini demi masa depannya!
"Jadi, siapa penghianatnya?" Tekan Daisy.
"Christina."
Daisy mengerjap kaget mendengar perkataan Bart.
Sebuah ingatan mendadak melintas di otak Daisy, yaitu tentang Christina yang selalu bersikeras ingin membawa Jillian bermain bersama mereka dengan dalih bersenang-senang.
Ah, pantas saja Christina selalu bersemangat ingin membawa Jillian bersama mereka. Ternyata tujuannya ingin mencelakai putrinya dan dirinya.
Kecelakaan yang menimpanya selama ini pun selalu terjadi setelah bersama Christina.
Daisy tertawa mengetahui si penghianat di dalam pertemanannya.
Rasanya tak terlalu sakit lagi dikhianati karena sudah pernah dikhianati sebelumnya.
Namun sekarang, Daisy sungguh kecewa pada Christina serta merasa sia-sia telah bersimpati pada kehidupan Christina. Ia juga menyesal selalu menghibur Christina di saat gadis itu terpuruk.
Kalau tahu Christina akan tega berbuat jahat padanya, lebih baik Daisy cuek saja dan membiarkan Christina menikmati rasa sakitnya sendirian.
Bersambung...
7/10/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn: Daisy
RomanceCinta pertama membutakan mata dan hati Daisy. Menghantarkannya pada jurang penderitaan dan penyesalan. Berharap bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahan fatalnya. Hingga keajaiban pun menghampirinya. Ia benar-benar kembali ke masa lalu. L...