[Satu bulan setelah pernikahan]
Terdengar suara dentingan bersamaan dengan sangkar besi berhenti di lantai delapan. Pintu lift terbuka yang membuat Barra langsung melangkahkan kaki keluar. Ia berjalan menuju unit sambil sesekali memijit pelipis yang terasa berdenyut. Entah kenapa ia merasa begitu lelah. Hari ini merupakan hari pertamanya bergabung di rumah sakit, sebagai salah satu dokter gigi. Jika saat pagi sampai dengan siang hari ia akan berada di rumah sakit. Lalu berlanjut siang menjelang sore ia akan berada di klinik. Mungkin karena hal itu yang membuatnya begitu lelah.
Begitu memasukkan deretan angka disusul dengan suara kunci yang terbuka, ia membuka pintu. Kakinya terus melangkah sampai ia menemukan seseorang yang berada di kursi bar. Manda. Gadis itu tidak mengatakan apapun, ia hanya terus menatap Barra yang melangkah menghampirinya kemudian duduk di kursi hadapannya. Pria itu mengambil gelas bersih dan menuangkan air.
"Tadi kamu pulang sama Sisil?" Tanya Barra begitu meneguk habis air di gelas.
Manda hanya bergumam. Saat jam pulang kantor tadi, Barra menelepon dan mengatakan akan menjemput Manda. Ya, meskipun ia harus berada di klinik tetapi pria itu selalu menyempatkan waktu untuk menjemput istrinya dan mengantarkan ke apartemen. Semenjak menikah ia sengaja memundurkan jam praktek agar bisa menjemput Manda. Namun, hari ini istrinya itu mengatakan akan pulang dengan Sisil. Meskipun pada kenyataannya tidak seperti itu.
Menyadari Manda menatapnya sejak tadi membuat Barra balas menatapnya dengan tatapan bertanya. "Kenapa?"
Tak ada jawaban apapun darinya, ia justru bergegas dari kursi bar lalu menuju kamar mereka. Kamarnya bersama Barra. Pria itu masih tidak mengerti dengan sikap istrinya yang terlihat berbeda hari ini. Barra pun beranjak dari kursi berniat untuk membersihkan tubuhnya. Saat akan masuk ke kamar, Manda keluar kamar dengan membawa sebuah amplop berwarna coklat. Dan memberikannya pada Barra.
"Apa ini?"
"Kamu baca aja."
Barra membuka amplop coklat tersebut lalu mengeluarkan kertas di dalamnya. Dahinya mengernyit dengan alis yang menyatu begitu membaca tulisan bercetak tebal yang berada di bagian atas kertas. SURAT KONTRAK PERNIKAHAN. Saat mata Barra membaca ke paragraf selanjutnya terdapat beberapa point di sana. Ia tidak membaca dengan detail isi tiap pointnya karena masih tidak mengerti dengan semuanya. Sampai akhirnya Barra menemukan sebuah tanda tangan Manda setelah point terakhir.
"Maksud kamu apa?"
Manda menatap Barra. "Dari awal kamu tahu aku enggak setuju dengan pernikahan ini. Tapi aku juga enggak bisa menolak permintaan mama papa. Jalan satu-satunya, kita buat pernikahan ini menjadi pernikahan kontrak. Selama lima bulan. Silahkan kamu tanda tangani surat itu."
Tangan Barra meremas kuat kertas yang masih berada di tangannya. "Aku enggak akan pernah menandatangani surat ini dan tidak akan pernah setuju sama ide gila kamu. Ini pernikahan sungguhan, bukan pernikahan kontrak!"
"Enggak bisa. Aku mau pernikahan ini tetap berakhir setelah lima bulan." Ia menjeda ucapannya. "... Dan sesuai yang tertulis dalam kontrak, aku enggak bisa tinggal di sini. Aku akan sewa unit kosong di lantai ini."
Setelah mengucapkan kalimatnya, Manda masuk ke kamar mengambil koper yang sudah ia persiapkan sebelumnya. Barra mengikutinya, ia menahan pergelangan tangan Manda saat gadis itu akan melangkah keluar. "Man, kamu kenapa sih? Pernikahan kita sudah satu bulan, selama satu bulan kita baik-baik aja. Kita memang belum bisa seperti pasangan lain tetapi semua butuh proses. Bukan seperti caranya, kita bisa bicarain semuanya baik-baik."
Dengan tangan satunya, Manda melepaskan tangan Barra. "Maafin aku, tapi ini keputusan aku. Aku enggak bisa terus tinggal bareng seseorang yang enggak aku cinta. Bukan pernikahan perjodohan seperti ini yang aku mau. Aku melakukan ini semua demi mama papa. Tapi semuanya akan menyakitkan jika terus seperti ini, bukan cuma buat aku tapi juga kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [Completed]
ChickLitDewangga Barra; dokter gigi. Putra sulung dari keluarga Budiatma. Memiliki tubuh tinggi, bola mata kecoklatan, alis tebal, hidung mancung, rahang tegas dengan brewok tipis. Senyumnya manis yang mampu memikat banyak perempuan. Amanda Ayudita; pegawai...