Kali Kedua - 29

19K 1.3K 19
                                    

Hampir pukul jam sembilan malam saat Manda ditemani Sisil berada di unit milik Barra. Entah apa alasannya mendatangi unit tersebut tetapi Manda begitu menginginkannya. Saat memasuki unit milik Barra tadi, ia berharap dapat bertemu si pemilik. Namun, begitu Manda melangkahkan kaki masuk, ia tak menemukan tanda-tanda seseorang. Semua ruangan kosong tanpa si pemilik. Unit ini memang sudah benar-benar ditinggalkan oleh pemiliknya.

Sampai dengan hari ini Manda pun tidak mengetahui apakah Barra masih berada di Lombok atau sudah kembali ke Jakarta. Tak ada komunikasi diantara keduanya. Lagipula jika memang Barra sudah kembali ke Jakarta, pasti ia langsung ke rumah barunya. Untuk apa juga ia mendatangi unitnya. Ya, Manda merasa sekarang ini dirinya akan sulit untuk bertemu dengan Barra. Ia harus bisa membiasakan diri dengan perasaan yang sudah ia rasakan selama beberapa hari ini. Perasaan yang dinamakan rindu.

"Balik, yuk." Ajak Sisil menoleh pada Manda.

Gadis itu yang sebelumnya duduk di sofa ruang tengah bangkit berdiri. "Lo duluan aja."

Kemudian terlihat Manda yang menuju ruang kerja Barra. Sisil hanya bisa menghela nafas melihat sahabatnya. Ia benar-benar tidak tega melihat Manda yang seperti ini. Wajahnya selalu muram. Tidak bersemangat. Keceriaan diwajahnya hilang karena permasalahan ini. Terlebih selama beberapa hari ini selama Barra pergi keluar kota. Manda bersikap seakan-akan Barra telah pergi meninggalkannya. Gadis itu sudah lebih dulu merasa kehilangan sosok Barra dalam hidupnya.

Padahal nyatanya pria itu akan kembali ke Jakarta. Namun, menurut Manda sekembalinya Barra, pria itu akan segera menceraikannya. Karena Manda merasa dirinya kembali menyakiti pria itu dengan ucapannya. Lalu kepindahan Barra ke rumah baru  ada hubungannya dengan hal ini. Namun, itu semua hanya asumsi Manda sendiri, ia yang menyimpulkan semuanya.

Setelahnya terlihat Sisil yang mengambil bantal sofa dan kembali melanjutkan menonton televisi. Ia akan menunggu Manda sampai gadis itu mau kembali ke unitnya. Sisil tidak akan meninggalkannya sendiri. Terlalu bahaya meninggalkan Manda seorang diri disaat dirinya belum baik-baik saja. Memang belum tentu Manda akan melakukan hal yang aneh-aneh. Namun, Sisil hanya berjaga-jaga saja. Menemaninya itu sudah pilihan yang terbaik.

Manda terlihat memasuki ruang kerja Barra. Ruangan yang jarang sekali ia masuki. Namun, ini menjadi ruangan favorit Barra. Ia bisa menghabiskan waktu lama jika sudah berada di ruangan ini. Manda mengedarkan pandangan melihat seisi ruangan. Seperti biasa semua barang tertata rapih. Ruangan juga sangat bersih dan wangi meskipun ditinggal sang pemilik. Kemudian ada satu hal yang menarik perhatian Manda yang membuatnya melangkah.

Sebuah foto berbingkai yang tergantung di dinding. Foto yang sebelumnya berada di ruang tengah dan kini sudah berpindah ke ruangan Barra. Foto pernikahan mereka. Tatapan Manda masih menatap foto tersebut dimana dirinya terlihat mengenakan kebaya akad dengan siger Sunda di kepala lalu di sampingnya terlihat Barra dengan beskap berwarna senada dengan kebaya Manda. Pria itu terlihat begitu gagah. Keduanya memamerkan senyuman sambil menatap ke kamera. Meskipun mereka dijodohkan tetapi dalam foto tersebut keduanya terlihat begitu bahagia.

Sebelumnya Manda berpikir Barra sudah membuang foto tersebut karena ia tak menemukannya di ruang tengah atau pun kamar Barra. Namun, rupanya pria itu memindahkannya ke ruang kerjanya sendiri. Entah apa alasannya ia memindahkan foto tersebut ke ruang kerja. Kemudian Manda sedikit menggeser tubuh, ada juga beberapa foto berbingkai di dinding yang kembali menarik perhatiannya.

Terlihat empat foto berbingkai yang memperlihatkan foto pre-wedding keduanya. Manda masih ingat betul jika sebelumnya ia tidak menginginkan sebuah foto pre-wedding. Karena merasa pernikahan ini hanya perjodohan, tidak perlu foto seperti itu. Sementara Barra hanya mengikuti saja. Bagi Manda yang terpenting mereka menikah. Begitu kan, yang diinginkan kedua keluarga. Namun, mama Lita dan mama Heni memaksa keduanya untuk melakukan foto pre-wedding.

Kali Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang