Kali Kedua - 9

20.1K 1.6K 52
                                    

Hari Minggu yang cerah di pagi hari. Hari yang juga sangat disukai Barra sebab dihari itu ia masih libur. Namun, tidak seperti hari Minggu sebelumnya, hari ini ia tidak bangun siang. Saat mentari sudah menampakkan sinarnya, ia sudah tidak lagi berada di ranjang. Pria dengan kaus putih dan celana pendek hitam, sudah berada di sekitaran gedung apartemen. Sedang lari pagi. Hal yang jarang sekali ia lakukan karena biasanya ia lebih suka berolahraga di apartemen. Kalau bukan karena ia tidak bisa tidur lagi setelah subuh tadi, sudah bisa dipastikan hal seperti ini tidak terjadi.

Barra yang sedang berlari memperlambat langkah. Lalu melirik jam tangan, sudah hampir pukul sembilan. Pantas saja mentari sudah terasa panas. Ia berusaha mengatur nafas terlebih dulu sambil berjalan santai. Ia rasa lari pagi hari ini sudah cukup, ia juga sudah cukup berkeringat setelah berlari beberapa putaran. Barra pun memutuskan untuk kembali ke unit.

Saat langkahnya hendak mencapai gedung apartemen, dari kejauhan ia melihat seorang pria yang memasuki lobby. Dahi Barra mengernyit merasa mengenali pria tersebut. Ia pun segera melangkahkan kaki memasuki lobby. Namun, sebelumnya seorang petugas keamanan yang memang sudah mengenalnya sebagai salah satu penghuni apartemen menyapa Barra. Pria itu pun balas tersenyum dan menyapa petugas keamanan tersebut.

Begitu di lobby, Barra menolehkan kepala mencari seseorang yang tadi ia lihat. Tidak sulit mencarinya, ia sudah menemukan pria itu duduk di sofa yang memang disediakan di lobby. Pria berkemeja itu terlihat sedang sibuk dengan ponsel sehingga tidak menyadari keberadaannya. Benar saja kan dugaan Barra, penglihatannya memang masih sangat normal meskipun melihat dari jarak jauh. Pria tersebut adalah Deryl.

Tanpa harus bertanya atau mencari tahu pun, ia sudah tahu apa tujuan pria itu di gedung apartemennya. Sudah pasti ingin bertemu Manda. Atau mungkin mereka memiliki janji untuk pergi bersama mengingat hari ini hari Minggu. Barra pun memilih untuk tidak memusingkan hal tersebut, ia langsung menuju lift. Saat Barra sedang menunggu sangkar besi tersebut datang, Deryl mengangkat wajah dan saat itu ia melihat keberadaan Barra. Merasa diperhatikan Barra pun menoleh, mendapati Deryl yang sedang menatapnya. Keduanya sempat beradu pandang sebelum akhirnya Barra lebih dulu mengalihkan tatapan. Ia sama sekali tidak ada niatan untuk menyapa atau pun memberikan senyumannya.

Begitu lift yang membawa Barra tiba di lantai delapan dan pintu terbuka, Barra langsung berhadapan dengan Manda. Kedua alis Barra terangkat begitu melihat Manda. Terlebih saat melihat penampilannya yang sudah rapih dan wangi. Sepertinya ia memang akan pergi bersama Deryl yang sudah menunggunya di lobby. Manda pun hanya menatap Barra yang terlihat masih sedikit berkeringat setelah lari pagi. Namun, tetap saja terlihat tampan.

Barra melangkah keluar dari lift. "Mau kemana?"

"Ada urusan."

Kepala Barra mengangguk-angguk paham. Ia kemudian menatap ponsel di tangannya. "Mama minta kita ke rumah, hari ini ulang tahun pernikahan mama papa." Wajahnya terangkat menatap Manda.

Mendengar kalimat Barra tentu saja membuat Manda langsung protes. "Kok kamu enggak bilang?"

"Aku udah chat kamu."

Ting. Kemudian terdengar suara dentingan ponsel diantara mereka. Manda melihat ponselnya, menemukan notifikasi chat dari Barra. Ia membuka chat tersebut yang berisi kalau mama Lita meminta mereka datang ke rumah. "Kamu baru chat aku sekarang, Barra."

"Yang penting kan, aku chat kamu." Ia menyimpan ponsel di saku. "Kalau kamu mau tetap pergi silahkan, tapi siapkan alasan yang logis untuk aku kasih tahu ke mama papa nanti." Barra mengakhiri kalimatnya dengan senyuman kemudian meninggalkan Manda menuju unit.

Begitu berada di unit apartemennya, Barra menuju dapur. Ia mengambil gelas bersih kemudian menuangkan air. Pria itu meneguk air sampai tandas lalu kembali meletakkan gelas di meja bar. Sebuah senyuman manis terukir di wajah tampannya begitu mengingat apa yang baru saja ia lakukan. Dalam hati ia kembali menyorakkan kemenangan. Ia berani bertaruh kalau Manda akan batal pergi bersama Deryl. Lihat saja.

Kali Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang