Kali Kedua - 15

23.1K 1.8K 52
                                    

Seorang pria dengan kemeja lengan pendek casual berwarna navy, celana panjang putih terlihat keluar dari sebuah mobil berwarna hitam. Kemudian ia mendorong pintu kaca café dan melangkah masuk. Pandangannya ia edarkan mencari seseorang yang memiliki janji bertemu dengannya di siang hari saat weekend seperti ini. Namun, sepertinya seseorang tersebut belum datang. Barra pun memilih meja kosong yang kebetulan berada di dekat jendela.

Seorang pelayan datang memberikan buku menu, Barra tidak akan memesan banyak karena ia pun baru saja makan siang. Ia hanya memesan ice coffee. Sembari menunggu seseorang tersebut datang, Barra mengeluarkan ponsel memeriksa beberapa notifikasi yang masuk. Seharusnya disaat weekend seperti ini biasanya ia masih tertidur. Namun, tadi malam Sisil menghubunginya dan meminta bertemu.

Pelayan yang berbeda datang mengantarkan minuman pesanannya. Barra mengucapkan terimakasih lalu meletakkan ponsel. Ia menyeruput ice coffee-nya sembari menolehkan kepala ke luar jendela. Disaat yang bersamaan dari pintu masuk terlihat seorang gadis yang melangkah masuk. Sisil mengedarkan pandangan mencari Barra yang mungkin saja sudah menunggunya. Begitu menemukan pria tersebut, ia langsung menghampiri mejanya.

Ini bukan pertama kalinya ia bertemu dengan Barra. Namun, tiap kali bertemu dengan pria itu, Sisil seperti tidak bisa menahan diri untuk tidak memuji ketampanannya. Terlebih saat dirinya tersenyum. Manis sekali. Outfit yang digunakan pun selalu terlihat pas ditubuhnya dan membuatnya semakin keren. Ia benar-benar merasa ada banyak hal yang salah dengan Manda karena sudah menyia-nyiakan pria seperti Barra.

"Sorry ya, Bar, nunggu lama." Ia duduk di kursi hadapan Barra.

Pria itu menoleh dan tersenyum. "Santai. Pesan dulu aja." Ia meletakkan ice coffee-nya di meja.

Kemudian Sisil memanggil pelayan dan menyebutkan pesanan. Sama seperti Barra, ia pun hanya memesan minuman. Setelahnya ia menatap Barra membuat pria itu mengangkat kedua alis tanda bertanya. Lalu Sisil menghela nafas dan menggelengkan kepala. "Gue beneran enggak paham sama isi kepala istri lo."

Barra tidak menanggapi apapun, menunggu Sisil melanjutkan ucapannya. "... Dia kayak masih belum bisa percaya sama foto yang gue kasih. Tapi kemarin Manda cerita kalau dia minta putus sama Deryl ...."

Sisil pun menceritakan semua yang ia tahu mengetahui permintaan putus Manda pada Deryl. Barra pun sempat tidak menyangka kalau Manda akan melakukan hal tersebut. Ia jadi teringat saat tadi malam gadis itu me-reject panggilan Deryl. Apa itu ada hubungannya dengan keinginan Manda yang ingin putus dengan pria itu? Kalau memang seperti itu hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja. Apa itu artinya ada kesempatan bagi Barra?

"Sil, lo bisa ceritain soal hubungan Manda sama Deryl?"

Kepala Sisil mengangguk kemudian memulai ceritanya. "Jadi, dulu itu mereka pacaran terus Manda minta putus karena Deryl harus lanjutin magisternya di luar negeri. Deryl enggak mau sih, tapi Manda tetap mau putus. Tapi sebenarnya kata putus cuma kayak ucapan aja karena selama jauhan mereka tetap jalin komunikasi, cuma bedanya enggak ada status."

"... Setahu gue Manda sempat enggak komunikasi lagi sama Deryl begitu tahu mau dijodohin sama lo. Tapi setelah kalian nikah dan Manda cerita kalau ketemu lagi sama Dery. Setelah itu, gue baru tahu kalau mereka balikan lagi" Ia mengakhiri ceritanya dengan menyeruput minuman. "Bentar, lo ngerasa ada yang aneh enggak sih sama ceritanya? Mungkin enggak sih, kalau—anjir." Sisil langsung menundukkan wajah.

Dahi Barra mengernyit bingung. "Kenapa?"

Dengan suara pelan Sisil menjawab. "Ada Deryl sama selingkuhannya. Di kursi pojok."

Sisil sangat yakin dengan penglihatannya. Ia yakin pria dan perempuan yang baru saja memasuki café melalui pintu samping itu adalah Deryl dan juga selingkuhannya. Wajah perempuan itu pun sama dengan perempuan yang ada di foto. Beruntung Sisil langsung menundukkan wajah sehingga Deryl tidak melihat keberadaannya. Sementara posisi duduk Barra membelakangi pria tersebut.

Kali Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang