"Aku duluan ya, Mas. Hati-hati. Kabarin kalo udah di RS." Ucap Manda seraya melepas seatbelt kemudian menoleh.
Barra bergumam lalu menoleh mencium dahi dan pipi Manda. "Sampai ketemu lunch nanti."
Sebuah senyuman terukir di wajah Manda seraya menganggukkan kepala. Saat akan membuka pintu mobil bergegas keluar, Barra menahan pergelangan tangannya membuat Manda menoleh menatap suaminya dengan tatapan penuh tanya. Tak ada jawaban dari pria itu, ia langsung memajukan wajah mengecup bibir istrinya. "Kelupaan." Ucapnya tersenyum.
Terdengar cebikan bibir Manda lalu tersenyum lebar. Setelahnya ia pun bergegas keluar mobil. Manda melangkah memasuki lobby kantor bersamaan dengan mobil hitam milik Barra yang perlahan meninggalkan pekarangan gedung kantor. Ia masih harus melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit—kembali berjibaku dengan kemacetan ibukota yang sudah menjadi hal yang biasa baginya setiap hari.
Perempuan dengan blouse hitam dan rok selutut krem melangkah memasuki sangkar besi bersama karyawan lain. Suatu hal yang biasa baginya harus berdesak-desakan di lift saat pagi hari. Meskipun begitu Manda akan tetap memilih menggunakan lift, ia tidak ingin harus berolahraga menaiki tangga sampai ke lantai divisinya. Menurutnya berdesak-desakan lebih baik daripada harus merasakan kakinya yang terasa pegal selama seharian.
Suara dentingan terdengar menandakan lift tiba di lantai tujuan. Begitu pintu besi tersebut terbuka, Manda langsung melangkahkan kaki keluar. Ia berjalan menuju ruangan divisinya dengan sebelah tangan yang menenteng tas. Begitu di ruangan divisi, Manda menemukan ruangan tersebut yang masih sepi. Hanya terlihat Sisil yang sibuk dengan ponsel. Bang Tomi dan Juan sepertinya belum datang. Lalu Alysa, hanya terlihat tasnya yang berada di kursi—entah dimana pemiliknya.
"Morning, Sisil Prisila." Ucap Manda seraya duduk di kursi kubikel lalu meletakkan tas di meja.
Sisil yang hari itu mengenakan blouse berwarna baby pink menoleh melihat senyuman lebar nan cerah yang terukir di wajah Manda. Entah hanya perasaannya saja atau memang seperti adanya, ia melihat wajah Manda begitu berseri-seri. Rona kebahagiaan jelas terpancar di wajahnya. Namun, Sisil memang tidak bisa menampik selama kembali bersama Barra, Manda selalu terlihat begitu bahagia. Tentu saja, Sisil pun merasa ikut bahagia melihatnya. Sahabatnya sudah menemukan kebahagiaannya.
Gadis itu meletakkan ponsel di meja. "Yang habis dari Bandung, bahagia banget."
Senyuman masih terukir di wajah Manda. "Harus dong."
"Lo ngapain ke Bandung? Ada acara keluarga?"
Kepala Manda menggeleng. "Honeymoon tipis-tipis." Jawabnya dengan suara pelan kemudian tersenyum malu.
Mata Sisil melebar dengan terus menatap Manda. Tatapan Sisil seakan penuh arti yang dapat dimengerti Manda. Kemudian terlihat Manda yang menganggukkan kepala seakan tahu apa yang ada di kepala sahabatnya. Sontak saja Sisil berseru heboh lalu menggerakkan kursi mendekati Manda dan memeluknya. Manda pun hanya tertawa seraya membalas pelukan sahabatnya. Ia sudah tidak heran dengan sikap heboh Sisil.
Begitu menguraikan pelukan, Sisil menatap Manda penuh rasa penasaran. "Jadi kalian udah—" Ucapannya terpotong saat melihat Manda menganggukkan kepala membuat Sisil kembali berseru heboh lagi. "Gimana ceritanya? Ceritain dong."
"Enggak harus bagian itu-nya kan? Gue ceritain awal mula bisa ke Bandung aja."
Sisil mengibaskan tangan. "Apapun itu, terserah lo. Buruan cerita, gue penasaran."
Kemudian Manda menceritakan awal mula Barra mengajaknya ke Bandung. Tentu saja Manda tidak menceritakan kegiatan romantisnya bersama Barra. Terlalu privasi yang menurutnya tidak harus dibagikan ke siapa pun. Dan sepertinya Sisil pun mengerti itu. Begitu Manda mengakhiri ceritanya, Sisil tersenyum lebar. "Sumpah, gue ikut senang banget dengarnya. Akhirnya lo udah enggak virgin."
![](https://img.wattpad.com/cover/307835008-288-k503996.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [Completed]
ЧиклитDewangga Barra; dokter gigi. Putra sulung dari keluarga Budiatma. Memiliki tubuh tinggi, bola mata kecoklatan, alis tebal, hidung mancung, rahang tegas dengan brewok tipis. Senyumnya manis yang mampu memikat banyak perempuan. Amanda Ayudita; pegawai...