Kali Kedua - 37

21.8K 1.4K 38
                                    

"Barra."

Mendengar namanya dipanggil membuat si empunya nama yang tengah berdiri di sisi mobil menoleh. Terlihat bang Tomi dan Juan yang baru saja keluar dari gedung kantor dan tersenyum pada Barra. Pria itu pun balas tersenyum lalu melakukan high five ala-ala dengan kedua pria tersebut.

"Jemput Manda?" Tanya Juan.

Kepala Barra mengangguk mengiyakan. "Ada tuh, sebentar lagi. Biasa lah cewek kalo mau pulang aja ribet banget. Lipstick-an dulu, semprot-semprot parfum, nyisir, banyak ritual pokoknya." Jawab bang Tomi.

Barra tertawa kecil mendengar jawaban teman istrinya. "Udah sehat, bang?"

"Alhamdulillah, udah. Makanya udah bisa ngantor lagi."

"Kalo bisa makannya jangan sembarangan dulu."

Juan menepuk bahu bang Tomi. "Tuh, bang, dengerin apa kata dokter."

"Daritadi juga gue dengerin." Ucap bang Tomi dengan Barra yang tersenyum.

Kemudian kedua pria tersebut memilih untuk pergi lebih dulu. Barra pun menyandarkan punggung ke sisi mobil dengan melipat tangan di dada. Sesuai janjinya pagi tadi, ia menjemput Manda sore ini. Beruntungnya lagi ia tidak memiliki banyak pasien hari ini sehingga bisa selesai lebih cepat. Bahkan sejak tadi Barra sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan istrinya, guna menyelesaikan sesuatu diantara mereka.

Selama seharian ini Barra tidak fokus bekerja. Ia terus memikirkan apa yang menjadi penyebab sikap Manda berubah pagi ini. Barra berusaha menggali ingatan, mencari tahu kesalahan yang mungkin saja telah ia perbuat. Namun, sejak tadi ia tak menemukan kesalahannya. Ia merasa tidak ada yang salah dengan dirinya. Bahkan saat Barra pulang dari klinik tadi malam pun, Manda masih baik-baik saja. Entah lah, Barra juga tidak mengerti dengan sikap istrinya.

Pria itu menoleh begitu dari ekor mata melihat seseorang yang melangkah ke arahnya. Istri cantiknya yang masih dengan setelan kantor yang sama. Barra menegakkan tubuh lalu tersenyum saat Manda hanya membalas dengan senyuman tipis. Seperti yang biasa ia lakukan tiap kali mereka bertemu, Barra memajukan wajah mencium dahi Manda sekaligus menyapa istrinya. Namun, gadis itu hanya menanggapi dengan gumaman lalu memilih masuk ke mobil. Ini semua harus segera diselesaikan.

Selama perjalanan kantor Manda sampai dengan rumah, suasana mobil begitu hening. Hanya terdengar suara deru mesin mobil dan suara bising kendaraan di luar. Manda lebih memilih menatap keluar jendela. Sementara Barra yang sibuk menyetir sesekali menoleh melihat istrinya. Sikap Manda masih sama seperti pagi tadi membuat Barra yakin kalau memang ada yang salah dengan dirinya. Mungkin saja Barra melakukan kesalahan tetapi ia tidak menyadarinya. Kalau memang tidak seperti itu, tidak mungkin Manda bersikap seperti ini.

Begitu tiba di rumah, Manda lebih dulu melangkah masuk. Gadis itu langsung menuju kamar, membersihkan wajah lalu menuju kamar mandi dengan membawa pakaian ganti. Bersamaan dengan itu Barra baru saja memasuki kamar. Lagi-lagi ia hanya bisa menghela nafas melihat sikap Manda yang terus seperti ini. Pria itu pun meletakkan barang-barangnya di nakas lalu menuju lemari dan mengambil baju ganti. Ia akan mandi di kamar mandi satunya agar begitu keduanya selesai nanti, mereka bisa segera menyelesaikan semuanya.

Barra tidak memerlukan waktu lama untuk mandi, berbeda dengan istrinya. Saat ia selesai dan kembali ke kamar, Manda masih belum selesai. Barra pun memilih duduk di tepi ranjang lalu mengambil ponsel sambil menunggu istrinya selesai. Beberapa menit berselang, suara kran air sudah tak terdengar lagi disusul dengan suara pintu yang dibuka. Barra meletakkan ponsel di nakas lalu mengangkat wajah.

Matanya menatap Manda yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan setelan piyama berwarna army. Gadis itu menghindari tatapan Barra saat suaminya terus menatapnya. Begitu Manda melintas di hadapannya, tangan Barra menahan pergelangan tangan Manda. Menariknya sedikit lalu memintanya untuk duduk. Tak ada penolakan dari gadis itu. Namun, ia masih terus menunduk, enggan menatap Barra.

Kali Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang