Waktu menunjukkan pukul sembilan malam saat mobil hitam milik Barra terlihat berhenti di bagian carport rumah. Suara deru mesin tersebut berhenti saat pria itu mematikan mesin mobil. Kemudian ia melepas seatbelt, mengambil ponsel sebelum akhirnya bergegas keluar dari mobil. Barra menaiki dua undakan anak tangga di bagian teras lalu menuju pintu utama. Jemari tangannya memasukkan beberapa deret angka sebagai password setelahnya terdengar suara kunci yang berhasil terbuka.
Keadaan rumah yang gelap langsung menyambutnya begitu ia membuka pintu lalu melangkah masuk. Sepi dan hening seakan memang tak ada orang selain dirinya. Barra menekan saklar lampu membuat ruangan yang sebelumnya gelap menjadi terang benderang. Setelahnya pria itu langsung menuju lantai dua, ke kamar.
Di kamar, Barra menyimpan kunci mobil, jam tangan, dompet di nakas. Ia duduk di tepi ranjang lalu memeriksa notifikasi chat yang masuk. Barra juga membuka room chat-nya dengan Manda. Chat yang ia kirimkan setengah jam yang lalu belum juga mendapat balasan. Bahkan dua centang abu-abu tersebut belum berubah warna, yang itu artinya chat-nya belum dibaca. Apa sih, yang sedang dilakukan istrinya sampai tidak sempat membaca chat Barra?
Setelahnya Barra meletakkan ponsel di nakas. Ia bangkit berdiri, melepas kancing kemeja yang ia gunakan seraya melangkah ke kamar mandi. Seharian menjadi pembicara di seminar tentu saja membuat tubuhnya lelah. Belum lagi perjalanan Jakarta-Bandung yang semakin membuatnya ingin segera beristirahat merebahkan tubuh di ranjang. Namun, ia juga tidak bisa langsung berbaring begitu saja sementara tubuhnya terasa begitu lengket.
Saat siang menjelang sore tadi, Manda menghubungi Barra. Istrinya itu ingin meminta izin sekaligus memberitahu kalau ia akan pulang terlambat. Manda pergi ke mall. Lagi. Katanya ingin menemani Sisil. Lagi. Barra baru mengetahui kalau istrinya begitu senang pergi ke mall. Padahal baru kemarin ia ke mall, yang juga untuk menemani Sisil. Namun, hari ini ia kembali pergi dan membuat dirinya pulang terlambat. Apa memang menemani Sisil lebih penting daripada di rumah menunggu Barra pulang?
Sesungguhnya Barra bukan seorang yang senang melarang istrinya bepergian dengan teman-temannya. Barra sangat fleksibel dengan hal tersebut. Sebab terkadang ia pun meminta waktu untuk bertemu teman-temannya. Namun, satu hal yang membuat pria itu kesal adalah mengapa harus dua hari berturut-turut. Tidak bisa kah mereka menunggu sampai weekend?
Padahal Barra pun baru kembali dari Bandung, tubuhnya terasa begitu lelah, ingin sekali saat tiba di rumah disambut oleh sang istri. Berharap rasa lelah tersebut hilang setelah melihat senyuman manis sang istri. Namun, sampai dengan saat ini istrinya malah belum pulang.
Pria itu baru saja selesai membersihkan tubuh. Ia sudah berpakaian lengkap dengan kaus coklat yang ditimpali dengan celana selutut berwarna hitam. Barra berdiri di depan cermin, menggosok-gosok rambut dengan handuk saat terdengar suara deru mesin mobil disusul suara klakson dari luar. Ia melangkah ke jendela kamar, menyibak sedikit gordyn dan melihat Manda yang baru saja keluar dari sebuah mobil berwarna merah. Ya, itu mobil Sisil.
Kemudian pria itu melirik jam dinding yang hampir menunjukkan pukul setengah sepuluh. Barra menghela nafas mengetahui istrinya baru pulang selarut ini. Bukan untuk lembur tetapi ke mall. Bukan suatu hal penting menurut Barra dan bisa dilakukan saat hari libur. Terlebih lagi Manda merupakan seorang istri, bukan seseorang yang masih bebas dan belum memiliki tanggung jawab seperti Sisil. Seharusnya Manda tahu akan hal tersebut. Seharusnya ia ingat dengan Barra sebagai suaminya.
Apa mungkin Manda masih terbawa dengan keadaan sebelumnya saat mereka masih menjalani hidup masing-masing?
Dengan kedua tangan di saku, Barra menuruni anak tangga. Ia menuju dapur, menemukan istrinya yang entah sedang menyimpan apa di kulkas. Manda masih belum menyadari keberadaannya sebab posisi gadis itu yang membelakangi Barra. Kemudian pria itu memilih duduk di kursi bar sambil terus memperhatikan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [Completed]
ChickLitDewangga Barra; dokter gigi. Putra sulung dari keluarga Budiatma. Memiliki tubuh tinggi, bola mata kecoklatan, alis tebal, hidung mancung, rahang tegas dengan brewok tipis. Senyumnya manis yang mampu memikat banyak perempuan. Amanda Ayudita; pegawai...