Kali Kedua - 40

24.4K 1.4K 15
                                    

Seorang gadis dengan rok selutut navy serta blouse broken white dengan rambut yang dijepit setengah dengan jepit terlihat berjalan di lorong rumah sakit dengan sebelah tangan menenteng plastik yang berisi buah. Manda—gadis itu yang siang ini menyempatkan untuk menjenguk mama mertuanya saat jam makan siang. Seharusnya ia memang tidak datang lagi setelah diusir oleh mama Lita sebelumnya. Namun, entah kenapa ia ingin sekali melihat kondisi mama mertuanya. Kedatangannya kali ini pun tak diketahui Barra. Sebab pria itu pasti melarangnya jika ia mengetahui.

Begitu sudah berada di depan kamar rawat mama Lita, Manda mengintip ke dalam dimana ruangan tersebut terlihat sepi. Seketika ia merasa ragu untuk masuk. Takut kalau hal yang sebelumnya ia alami kembali terulang. Namun, akan sia-sia jika ia langsung pergi begitu saja sementara dirinya sudah berada di depan kamar rawat mama Lita. Manda juga sudah membawakan buah untuk mama mertuanya. Atau ia meminta tolong perawat saja untuk memberikan buah tersebut pada mama Lita?

Menghembuskan nafas melalui mulut, Manda mendorong pintu lalu melangkah masuk. Ia tidak akan pergi sebelum bertemu mama Lita. Jika memang mama mertuanya akan mengusirnya lagi seperti hari kemarin, maka Manda akan pergi. Namun, besar harapan Manda kalau mama mertuanya itu tidak akan mengusirnya. Manda janji ia tidak akan lama, asalkan mama Lita tidak mengusirnya.

Saat Manda melangkah masuk, ia merasakan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Rasa gugup melingkupi Manda. Walaupun ini bukan pertama kalinya ia akan menghadapi mama Lita dengan sikap sinisnya tetap saja Manda merasa gugup. Ia selalu merasa dirinya akan terbiasa dengan sikap sinis mama mertuanya tetapi nyatanya tak seperti itu.

Perempuan paruh baya itu menoleh begitu mendengar langkah kaki seseorang. Kemudian matanya tertuju pada Manda yang berdiri di ujung brankar. Gadis itu mengulas senyuman kaku lalu hatinya mencelus saat melihat mama Lita yang memalingkan wajah. "Mau ngapain ke sini lagi?"

"Aku cuma mau lihat kondisi mama. Gimana keadaan mama?"

"Nanti sore pulang." Jawabnya tanpa menatap Manda.

"Syukur deh kalo gitu." Ia terus menatap mama Lita lalu teringat dengan sesuatu yang ia bawa. "Aku bawa buah, mau aku kupasin?"

"Enggak usah."

Meskipun kecewa dengan penolakan mama Lita, Manda berusaha bersikap biasa saja. "Yaudah kalo gitu, buahnya aku simpan di nakas, ya." Ucapnya lalu meletakkan buah tersebut di nakas.

Bersamaan dengan itu, pintu terbuka disusul dengan seorang perawat yang melangkah masuk mengantarkan makan siang untuk mama Lita. Manda mengucapkan terimakasih pada si perawat yang langsung meninggalkan kamar rawat. Saat menoleh, refleks Manda mendekati brankar saat melihat mama Lita berusaha bangun untuk duduk. Perempuan paruh baya itu pun tak menolak saat Manda membantunya.

"Mama mau makan sekarang?" Mama Lita hanya bergumam. "Boleh aku suapin? Tangan mama kan diinfus."

Mama Lita melirik tangan kanannya yang masih terpasang infusan. Lalu memalingkan wajah seraya bergumam seakan mengizinkan Manda untuk menyuapinya. Tentu saja Manda tidak dapat menahan senyuman saat mendapatkan izin dari mama Lita. Ia meletakkan tas terlebih dulu di sofa lalu duduk di kursi dan bersiap untuk menyuapi mama Lita makan siang. Sebuah momen berharga yang tidak boleh ia lewatkan.

Manda menyuapi mama Lita dengan begitu telaten. Meskipun tak ada obrolan yang tercipta diantara mereka. Mama Lita terus memalingkan wajah seakan enggan menatap Manda. Meskipun begitu Manda merasa tak masalah dengan hal tersebut. Mama Lita tidak mengusirnya dan mengizinkan untuk menyuapinya makan siang saja sudah membuat Manda merasa senang. Ia pasti akan menceritakan hal ini pada Barra nanti.

Saat Manda hendak menyuapinya lagi, mama Lita menggeleng. "Sudah. Saya sudah kenyang."

Kepala Manda mengangguk paham, tidak bermaksud untuk memaksa. Kemudian ia memberikan segelas air putih pada mama mertuanya. "Minum dulu, Ma."

Kali Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang