Langit mulai menguning saat senja mulai datang. Perlahan mentari mulai kembali ke peraduannya. Jalanan pun mulai ramai menunjukkan kemacetan ibukota saat jam pulang kantor. Suatu hal yang terlihat sangat biasa disetiap harinya. Suara klakson kendaraan mulai terdengar bising di jalan raya. Dimana masing-masing para pengendara terlihat tidak sabaran ingin segera tiba di tempat tujuan. Ingin segera berjumpa orang terkasih yang sudah menunggunya.
Manda melirik jam tangan yang lima menit lagi menunjukkan jam pulang kantor. Matanya menatap ke empat rekannya yang lain. Juan terlihat masih serius menatap layar komputer. Ia berusaha menyelesaikan pekerjaan sebelum pulang agar tidak lembur. Lalu Sisil dan Alysa terlihat santai setelah menyelesaikan pekerjaannya. Alysa sibuk dengan ponsel, men-scroll laman instagram dan Sisil serius menatap layar komputer yang menunjukkan sebuah halaman website online shop sambil bersenandung kecil. Dan bang Tomi, ia sedang menghadap sang manager.
Kemudian Manda mengambil ponsel yang terus menyala sejak tadi tetapi ia memilih mengabaikan. Benar saja kan, banyak notifikasi pada salah satu grupnya. Grup keluarga besar yang merupakan gabungan antara keluarga Budiatma dan juga Gunawan. Mereka sedang membahas rencana makan malam hari ini di salah satu restoran. Baik orang tuanya atau pun mertuanya sudah dalam perjalanan menuju lokasi. Mereka juga tak lupa mengingatkan putra putrinya yang lain untuk datang.
Setelah Manda menutup room chat grup keluarga, ia membuka room chat-nya dengan Deryl. Gadis itu menghela nafas begitu pria itu tidak membalas chat-nya. Meskipun dua centang sudah berubah warna menjadi biru. Pasti sibuk dengan pekerjaan. Terkadang Manda bingung dengan pekerjaan Deryl yang seperti tak ada habisnya sehingga membuat pria itu selalu sibuk.
Bahkan saat dihari libur pun, terkadang pria itu sibuk dengan pekerjaan. Begitu yang dikatakannya. Saat Manda menceritakan seseorang yang mirip dengannya ia lihat di mall weekend kemarin. Deryl mengatakan kalau seseorang itu bukan dirinya. Ia juga mengatakan setelah rencananya gagal, ia kembali pulang lalu menyelesaikan pekerjaan. Manda jadi bertanya-tanya, apa memang dirinya yang salah lihat. Namun, mengapa postur tubuh mereka sangat mirip.
Sebelum Manda menutup aplikasi chat, ia membuka room chat-nya dengan Barra. Dua centangnya masih belum berubah warna yang itu artinya pria itu masih belum membaca chat-nya. Padahal Manda sudah mengirimnya sejak tadi. Namun, jika sudah sore seperti ini Barra memang akan sibuk di klinik. Dan pria itu akan langsung menjadi slow respon jika sudah berkutat dengan pasiennya.
Melihat rekan yang lain mulai merapihkan meja bersiap untuk pulang. Manda pun melakukan hal yang sama. Terlebih dulu ia meletakkan ponsel lalu mulai merapihkan meja. Tak lupa juga ia mematikan komputer. Saat akan merapihkan rambutnya yang berantakan, ia menoleh begitu Sisil memanggil. Gadis itu sudah selesai lebih dulu dan menunggu yang lain selesai agar mereka bisa menuju lobby bersamaan.
"Lo bareng gue, kan? Bosen banget nyetir sendirian."
"Kayaknya enggak deh, Sil. Gue harus ke rafflesia resto. Rute ke sana kan macet parah, gue naik ojol aja supaya cepet."
Dahi Sisil mengernyit. "Lo mau dinner?"
"Family dinner."
"Suami lo?"
Manda menyimpan ponsel ke tas. "Masih di klinik. Nanti nyusul."
Sisil mengangguk paham. Kemudian mereka meninggalkan ruangan divisi secara bersamaan. Mereka pun berpisah begitu di lobby. Manda pun langsung menuju halte yang berada di depan gedung kantor—tempat biasa ia menunggu ojek online. Acara makan malam seperti ini memang rutin keluarga mereka adakan di setiap bulan. Namun, yang membuat ia benar-benar tidak mengerti mengapa keluarganya harus mengadakan acara saat hari kerja seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [Completed]
ChickLitDewangga Barra; dokter gigi. Putra sulung dari keluarga Budiatma. Memiliki tubuh tinggi, bola mata kecoklatan, alis tebal, hidung mancung, rahang tegas dengan brewok tipis. Senyumnya manis yang mampu memikat banyak perempuan. Amanda Ayudita; pegawai...