Kali Kedua - 16

21.6K 1.7K 31
                                    

Keesokan harinya, Manda baru saja mengikat rambut kemudian berbalik badan. Ia mengambil tas dan memasukkan barang-barang wajib yang biasa ia bawa. Begitu selesai, ia berjalan keluar kamar. Tangannya mengambil sebuah flatshoes hitam di rak sepatu yang langsung ia kenakan. Setelahnya ia membuka pintu unit dan berjalan keluar meninggalkan unit apartemennya.

Gadis itu sudah berada di depan lift, menunggu sangkar besi tersebut datang. Entah kenapa kali ini ia merasa begitu gugup hanya untuk bertemu dengan Deryl. Ya, pagi tadi pria itu mengirim chat dan mengajak Manda bertemu. Setelah semalaman Manda mencoba menghubungi, baru tadi pagi Deryl membalas chat-nya. Meskipun ia sudah mengetahui semuanya, Manda masih ingin mendengar secara langsung dari mulut pria itu.

"Mau kemana?"

Manda terperanjat kaget begitu mendengar ada suara lain yang berbicara padanya. Terlebih ia juga sedang melamun. Kepalanya menoleh, mendapati Barra yang berdiri beberapa langkah darinya. Matanya terus menatap Manda menunggu jawaban dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana. Sesungguhnya disaat seperti ini ia sangat tidak berharap bertemu Barra.

"Aku—aku mau ketemu Deryl."

Terdengar decakan lidah Barra seraya mengalihkan wajah ke arah lain. "Mau ngapain lagi?" Nada suaranya terdengar ketus.

"Aku perlu bicara sama dia."

"Masih belum percaya sama semuanya? Masih mau sama laki-laki brengsek kayak dia?"

Kepala Manda menggeleng. "Bukannya enggak percaya. Aku cuma mau dengar semuanya langsung dari Deryl."

Barra menghela nafas. Gadis yang masih berstatus sebagai istrinya ini benar-benar keras kepala. "Kalau gitu aku ikut." Ia mendekati Manda, berdiri di sampingnya.

"Jangan. Ini urusan aku, biar aku yang selesain semuanya."

Pria itu tidak bisa menutupi rasa khawatirnya pada Manda. Ia takut terjadi sesuatu pada gadis itu. Terlebih ia tahu bagaimana brengseknya seorang Deryl. "Amanda—"

Melihat wajah Barra, Manda pun memahami kekhawatiran yang dirasakan pria itu. Namun, ia benar-benar tidak ingin Barra ikut dengannya. Pria itu sudah terlalu banyak tersakiti karenanya. Manda pun sudah terlalu banyak merepotkan Barra karena keegoisannya sendiri. Dengan cepat Manda memotong kalimat Barra.

"Aku akan baik-baik aja." Ia tersenyum berusaha meyakinkan Barra.

Kemudian terdengar suara dentingan yang berasal dari lift disusul dengan pintu lift yang terbuka. Manda melangkahkan kaki masuk. Barra masih betah diposisinya. Keduanya bersitatap dengan sebuah senyuman yang terukir di wajah Manda sampai akhirnya pintu besi tersebut benar-benar menutup. Setelahnya Manda hanya bisa menghela nafas dan berusaha menghilangkan rasa gugup pada dirinya.

Sebelumnya Deryl sudah mengirimkan sebuah nama restoran yang akan menjadi tempat bertemu mereka. Manda pun memilih menggunakan taksi menuju restoran tersebut. Jantungnya semakin berdetak cepat saat dirinya akan tiba di restoran. Dalam perjalanan, ia mengalihkan rasa gugup dengan mengirim chat pada Sisil. Ia memberitahu gadis itu kalau dirinya akan bertemu Deryl sekaligus memberitahu lokasi pertemuan mereka.

Begitu tiba di restoran, Manda melangkah masuk lalu mengedarkan pandangan mencari Deryl. Namun, sepertinya pria itu belum datang, Manda memilih meja kosong lalu memesan sebuah minuman. Sambil menunggu Deryl datang, ia mengedarkan pandangan melihat suasana restoran yang cukup ramai saat siang menjelang sore hari seperti ini. Mungkin karena hari libur juga.

Tak berselang lama, kepalanya menoleh begitu dari ekor matanya terlihat seseorang yang duduk di kursi hadapannya. Bersamaan dengan itu pelayan mengantarkan minuman pesanannya. Tak ada sapaan yang diberikan Deryl, ia hanya menatap Manda dengan senyuman tipis. Wajahnya terlihat santai seakan dirinya tak merasa bersalah atas apa yang telah ia lakukan.

Kali Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang