Jam pulang kantor sudah tiba, Manda bersama rekannya yang lain langsung bergegas menutup lembar kerja mereka, mematikan komputer dan tak lupa merapihkan meja. Manda yang sudah selesai lebih dulu merapihkan meja, mengambil sisir miliknya kemudian melepaskan ikat rambut. Ia menyisir rambut hitam legamnya lalu menjepit setengah dengan jepitan dan kembali menyimpan sisir bersamaan dengan sebuah chat masuk dari Barra yang mengatakan kalau ia sudah berada di depan lobby.
Setelah kelima orang tersebut selesai bersiap, mereka langsung meninggalkan ruangan divisi dan melangkah menuju lift. Sebenarnya hari ini Juan mengajak Manda dan yang lainnya untuk makan ramen di salah satu mall Jakarta. Namun, Manda memilih tidak ikut sebab sebelumnya Barra sudah mengatakan akan menjemputnya. Lagipula Manda juga sedang tidak ingin makan ramen. Ia pun membiarkan teman-temannya menikmati makanan khas Jepang tersebut.
"Dahulukan ibu hamil." Ucap Juan seraya menarik tali tas Alysa hingga membuat langkahnya terhenti saat akan masuk ke lift.
Manda menoleh dan tertawa kecil. Begitu juga dengan Sisil. "Iya, tahu. Tapi enggak usah tarik-tarik nanti putus." Jawab Alysa.
Kemudian Manda melangkah masuk ke lift diikuti ke empat rekan lainnya. Sisil menekan tombol lobby sebelum akhirnya pintu besi tersebut menutup. "Man, lo bakalan tetap kerja meskipun hamil?" Tanya Juan begitu lift bergerak turun.
"Gue belum bahas ini sama Barra."
"Tapi aku enggak sabar banget mau lihat baby-nya Mbak Manda. Pasti cantik banget kayak mamanya." Ujar Alysa.
Sisil menoleh. "Belum tentu baby-nya cewek. Siapa tahu cowok."
"Tapi lo sama Barra maunya apa, cewek apa cowok?" Tanya Juan pada Manda.
"Biasanya suami mau cowok, istri maunya cewek." Sahut Bang Tomi.
Manda tersenyum. "Kata Barra, cewek atau cowok sama aja, kan tetap anak kita berdua. Yang penting sehat."
Ke empat rekannya pun mengangguk setuju. Berita mengenai kehamilan Manda memang sudah diketahui rekan-rekan sedivisinya. Tentu saja begitu berita bahagia tersebut tersampaikan, mereka semua langsung berseru heboh. Sebab selama ini memang berita bahagia tersebut yang selalu mereka tunggu-tunggu. Bahkan mereka sampai menebak-nebak siapa yang akan hamil lebih dulu antara Mbak Rima—manager mereka atau Manda. Dan rupanya, tebakan mereka benar.
Begitu di lobby, mereka langsung berpisah. Manda menuju mobil Barra yang sudah menunggunya di depan lobby sementara keempat rekan lainnya berbelok ke parkiran. Manda membuka pintu penumpang bagian depan lalu bergegas masuk. Senyuman manis Barra langsung menyambutnya begitu ia duduk di kursi. Kemudian Barra memajukan wajah mencium dahi istrinya—hal yang biasa ia lakukan.
Setelahnya Barra kembali menyalakan mesin mobil saat Manda memasang seatbelt . Perempuan itu menoleh saat mobil melaju meninggalkan area gedung kantor lalu Manda memperhatikan suaminya yang tengah menyetir. Kemeja army dengan lengan digulung sampai siku dengan celana khaki—outfit yang sangat pas di tubuh Barra membuat pria itu semakin terlihat tampan. Bahkan saat pulang bekerja saja ia masih tetap terlihat tampan dan wangi. Ah, tidak—bagi Manda, suaminya itu selalu terlihat mempesona di matanya.
Merasa diperhatikan, Barra menoleh sekilas. "Kenapa, sih, liatin aku? Ganteng, ya?"
Manda tertawa. "Pede banget. Cuma senang aja liatin kamu."
"Nanti aku grogi kalo diliatin terus sama kamu."
"Kayak anak abege aja."
Barra tertawa. "Gimana hari ini? Masih mual enggak?"
![](https://img.wattpad.com/cover/307835008-288-k503996.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [Completed]
ChickLitDewangga Barra; dokter gigi. Putra sulung dari keluarga Budiatma. Memiliki tubuh tinggi, bola mata kecoklatan, alis tebal, hidung mancung, rahang tegas dengan brewok tipis. Senyumnya manis yang mampu memikat banyak perempuan. Amanda Ayudita; pegawai...