Cerita Gisella🌸

7.9K 724 12
                                    

Let's get it started!

💎💎💎

Gisella Putri Rahmadini. Mahasiswa Sastra Inggris angkatan 2018. Memasuki tahun keempat perkuliahannya di Universitas Garuda, Gisel belum pernah merasakan bagaimana rasanya memiliki kekasih. Selama ini Gisel hanya fokus dengan gempuran tugas dan perkuliahan. Selain itu, Gisel terlalu sibuk memenuhi kebutuhan hidupnya di Jakarta.

Maklum, Gisel bukan dari kalangan berada. Ia hanya diberkahi otak cerdas sehingga mampu berkuliah di salah satu kampus favorit kota ini. Kuliah sambil kerja itu ga gampang. Gisel membenarkan, karena selama inipun Ia merasakan hal itu. Gadis cantik itu terlampau sering merelakan hari liburnya untuk bekerja.

Tidak apa-apa. Gisel sudah terbiasa. Gadis itu bahkan telah belajar dari banyaknya pengalaman pahit sejak kecil. Jadi dibanding kehidupannya dulu, yang sekarang tidak ada apa-apanya. Gisel hanya perlu menyelesaikan kuliahnya dengan baik, lalu lulus dan mendapat pekerjaan lebih layak.

Tapi yang namanya jalan hidup ngga ada yang tau, ya. Buktinya saat ini Gisel sedang duduk di balkon apartemennya Karina bersama Aji dan Yoga. Setelah mengantarkan Karina ke kamarnya Gisel menawarkan pada dua pemuda itu untuk istirahat sejenak. Sehingga di sinilah mereka duduk bertiga dengan dua cangkir teh buatan Gisel.

"Kalian beneran ngga papa kan?" Tanya Yoga membuka percakapan. Gisel mengangguk singkat.

"Ngga papa, Yog. Gue ngga buka pintu sama sekali sejak mereka dateng. Kalau kalian datengnya telat dikit, mungkin kaca mobil Karina udah pecah."

"Gue saranin, kalau main ke Black Hole mending minta jemput cowok aja. Di sana rawan preman." Kata Yoga mengingatkan.

"Hm. Sekali lagi makasih banyak. Gue ngga tau bakal gimana kalau ngga ada kalian."

"Lagian Karina kenapa dah? Kok bisa kobam banget gitu?" Vokal Aji terdengar untuk pertama kalinya.

"Putus sama Rendi."

Kedua lelaki itu membulatkan bibir.

"Emang dasar bucin akut si Karina. Udah tau cowok brengsek masih aja dipacarin. Tuh anak emang dari jaman SMA hobi ngoleksi fakboy kayanya."

Yoga, Karina, Aji dan Arjuna itu satu SMA. Mereka pernah sekelas pas kelas sebelas. Selain Karina yang memang pentolan sejak SMA keempat remaja itu lumayan sering main bareng. Sehingga Aji cukup mengetahui kisah asmara gadis itu.

Seperti kata Aji, Karina selalu dipertemukan dengan cowok-cowok brengsek macem Rendi.

"Gue juga udah bosen ngingetin. Tapi kalo emang dasarnya udah sayang banget ya susah. Gue harap Karina beneran lepas dari Rendi setelah ini. Ini juga kayanya masalah mereka cukup serius."

"Maksud lo?" Tanya Yoga.

"Karina ngga pernah se-down ini. Mereka emang sering putus nyambung tapi Karina ngga pernah mabuk sampe pingsan."

Satu tepukan di pundak membuat Gisel sedikit berjengit. Ditolehkan kepalanya pada sang pelaku. Jantungnya bertalu manakala mendapati Aji yang tersenyum padanya.

"Lo temen yang baik, Gis. Karina beruntung banget punya lo." Ujar Aji tulus. Pertama kalinya Gisel sedekat ini dengan Aji. Gadis itu mengalihkan pandangan, kerongkongannya tiba-tiba gatal. Tangannya meremat ujung hoodie dalam diam.

Gisel salting dan gugup bukan main!

"Mending lo simpen nomor gue sama Aji deh. Biar kalau ada apa-apa lo bisa kabarin kita." Ujar Yoga diiringi dering ponsel Gisel di sakunya. Sebuah pesan dari nomor tak di kenal yang berisi kontak bernama Aji tertera di layar.

"Btw gue udah punya nomer lo sejak lama, Gis." Kata Yoga ringan. Lelaki tanpan itu nyengir. Yang hanya di balas kekehan oleh Gisel.

"Kalau gitu kita pamit ya. Lo juga harus istirahat. Gue yakin lo syok banget tadi." Kalau saja Gisel bertemu Yoga lebih dulu, apa ia akan berbalik menyukai lelaki itu?

Kenapa Yoga soft dan baik sekali? Kan Gisel jadi mleyot.

****

"Gisel gimana?" Tanya Yoga saat mobilnya meninggalkan daerah apartemen Karina.

"Apaan?" Tanya Aji tak mengerti.

"Gisel menurut lo gimana?"

"Cantik. Baik juga anaknya. Kenapa? Lo naksir?" Tebak Aji. Matanya memicing curiga dari kursi penumpang.

"Bener ya? Lo naksir?"

"Engga kok." Aji menatap tak percaya. "Ck. Beneran engga, Ji."

"Lo aneh. Ngga biasanya bahas cewek."

"Lo yang lebih aneh. Kenapa masih sama Rania sampe sekarang?" Kata Yoga mengalihkan topik membuat Aji membuang wajah.

"Dua bulan, Ji. Lo masih nunggu kejelasan dari dia?"

"Gue cuma pengen mastiin sesuatu. Pasti ada yang dia sembunyiin dari gue."

Rania berubah sejak dua bulan yang lalu. Gadis itu terlihat menghindar, Aji tidak tau apa yang salah. Rania selalu mengabaikan setiap pesan dan telponnya. Saat di klub tadi Aji mengabaikan Hudri karena Rania yang tiba-tiba membalas pesannya sejak tiga hari yang lalu. Niat hati ingin menemui gadis itu, namun Aji kembali ditolak.

Aji tak mengerti, bahkan Rania tak ia temukan di kampus. Gadis itu seperti menghilang. Dan Aji tidak tau apa alasannya.

Bukan Rania sekali.

"Gue harap sesuatu itu bukan hal buruk yang ada di pikiran gue." Gumam Yoga yang untungnya tidak di dengar oleh Aji.

"Kalau lo niat mau comblangin gue sama Gisel, mending jangan. Karena Rania bakal tetap jadi nomor satu buat gue."

******



SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang