Jarak🌸

5.2K 445 17
                                    

Happy reading!
_______________

Aji dan Gisel memutuskan kembali ke ruang rawat saat jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Selain karna pengunjung yang mulai ramai. Sudah waktunya Dokter Satrio memeriksa kondisi Gisel.

Tiba di ruang rawat Gisel dikagetkan oleh kedatangan Umi dan Abi. Tak tunggu lama Umi langsung mendekap sang keponakan. Melepas rindu diiringis tangis haru.

"Yaa Allah, Nak. Malang betul nasib mu."

Aji lantas salim pada Abi. Lalu menggumamkan kata maaf berulang kali.

Fyi, Umi dan Abi datang setelah mendapat kabar dari Bunda. Tadinya Aji berpikir ia akan dimarahi atau bahkan dipukul seperti kali terakhir. Karna setelah Aji menceritakan mengenai penculikan Gisel tatapan pasangan itu sontak berubah. Dari yang tadinya khawatir sekaligus rindu berubah menjadi kilatan amarah.

Namun yang terjadi diluar dugaan Umi malah memeluk dan menenangkan Aji. Mengatakan bahwa itu bukan salah mereka dan semuanya sudah menjadi kehendak yang Maha Kuasa.

Setelahnya Aji dan Bunda membiarkan Gisel menghabiskan waktu bersama orang tua angkatnya. Lalu kembali ke ruangan setelah membeli beberapa makanan.

"Gisel akan pulang ke Bandung."

Aji sontak mendongak kala kalimat Umi mengudara. Bunda yang tadinya sibuk mengeluarkan beberapa makanan juga mengernyit. Seolah meyakinkan bahwa mereka tak salah dengar.

Yang benar saja?

Padahal Aji baru bernapas lega karna kondisi Gisel yang semakin membaik. Ditambah lagi kejadian pagi tadi. Aji sempat berpikir bahwa sepertinya mereka akan memulai semuanya dari awal. Memulai hubungan yang kali ini memang didasari oleh perasaan bukan paksaan keadaan.

Namun realita memang selalu tak seindah ekspetasi. Aji salah mengartikan ciuman mereka pagi ini.

Terbukti setelah kedatangan Umi dan Abi.

"Tapi kenapa? Keadaan Gisel sudah jauh lebih baik. Kenapa harus pulang ke Bandung?" Tanya Bunda pada besannya. Sekaligus mewakili pertanyaan yang bersarang di kepala Aji.

"Secara fisik memang Gisel sudah lebih baik. Tapi tidak dengan psikisnya. Maaf karna membuat keputusan mendadak, tapi ini demi kebaikan Gisel. Dia perlu waktu menenangkan diri."

Wanita berhijab itu mengusap rambut sang keponakan. Kemudian beralih pada Aji.

"Kita semua tau bahwa pernikahan Gisel dan Aji terjadi karna kecelakaan dan ketakutan kita akan dampaknya. Karna itu Allah memberi teguran pada kalian."

Penghuni ruangan itu terdiam, membenarkan ucapan Umi.

"Saya percaya bahwa Aji lelaki yang bertanggung jawab. Saya juga yakin kalau Aji sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga Gisel. Namun Gisel tetaplah keponakan sekaligus anak kami. Dia sudah begitu banyak melewati masa sulit bersama Aji. Maka untuk kali ini biarkan dia bersama kami."

"Lalu gimana sama Aji? Bagaimanapun Aji suami Gisel, Mi. Aji juga berhak atas Gisel." Lelaki panda itu menyuarakan pendapatnya.

"Dan yang terpenting Aji mencintai Gisel, Mi."

Gisel meremat selimutnya. Maniknya bertemu dengan Aji. Lelaki itu terlihat... kecewa?

"Karena itu, biarkan Gisel bersama kami." Abi menepuk pundak Aji.

"Ini hanya sementara, Ji." Imbuh Abi.

Aji tak mengindahkan kalimat Abi. Ia tetap menatap Gisel yang kini mengalihkan tatapan darinya. Lelaki itu kemudian menatap Umi dan Abi bergantian.

SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang