Kunjungan🌸

5.1K 539 13
                                    


Happy reading

____

"Gi, kaos item gue mana?" Aji berderap menuju Gisel di dapur.

Gadis itu tengah sibuk menata donat buatannya ke dalam kotak. Sesuai janji, hari ini Sabtu. Mereka akan mengunjungi orang tua Aji-mertua Gisel- Tak ingin datang dengan tangan kosong Gisel menyempatkan untuk memasak. Padahal Aji sudah mengingatkan kalau ia tak perlu repot mereka bisa beli di perjalanan nanti namun Gisel bersikeras.

Tak ingin membuat perdebatan, Aji membiarkan saja. Lagi pula sepertinya Gisel menikmati acara memasaknya. Buktinya panggilan dari Aji tak mendapat sahutan sejak tadi.

"Kaos item gue, yang ada kerahnya. Lo taro di mana?" Ulang Aji.

"Dalem lemari." Jawab Gisel tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Gue udah cari. Engga ada, Gi."

"Ada, Ji. Lo ngga teliti nyarinya." Jawab Gisel lagi. Tanpa mengalihkan pandangan. Aji berdecak. Ia sedikit kesal karena diabaikan. Maniknya melirik makanan bulat di depannya.

Apa donat lebih menarik dari gue?

Iseng. Tangannya sengaja mengambil satu dari dalam kotak yang telah di susun. Hal itu sontak membuat Gisel mengangkat pandangan.

"Jangan ambil yang it- AJI LO APAAN SIH CEPET PAKE BAJU!"

Reflek Gisel menutup wajahnya dengan tangan kala maniknya menangkap presensi Aji. Sedangkan si pelaku tersenyum puas merasa berhasil mengambil atensi gadis hazel.

Sedangkan Gisel bersungut dalam hati. Gisel bersumpah wajahnya pasti sudah seperti kepiting rebus. Lagi pula kenapa Aji harus berkeliaran di sekitarnya hanya dengan handuk yang melingkar di pinggang! Dari sela jarinya Gisel bisa melihat rambut basah lelaki itu, juga buliran air masih mengalir di tubuh atas lelaki itu.

YA TUHAN GISEL TIDAK KUADDD!

Disuguhi pemandangan seperti ini benad-benar mengguncang jiwa dan raga. Gadis itu menggigit bibir kala Aji mendekat, jantungnya bertalu hebat seiring bau sabun yang menguar dari tubuh lelaki itu.

"Makanya gue tanya itu baju di mana. Lo lebih mentingin donat daripada laki lo sendiri?" Ujarnya. Tangan kiri di pinggang dan tangan kanan memegang donat sambil menunjuk Gisel sangsi.

"G-gue sibuk, Ji. Lagian b-baju lo kan banyak Pakai yang lain aja." Kata Gisel setelah berhasil mengendalikan diri. Ia berusaha mengabaikan Aji yang masih saja merengek minta carikan kaos dengan tetap menyusun donat pada kotak kedua.

"Engga mau. Gue maunya pake yang itu." Kekeuh Aji. Lelaki itu bahkan menghentakkan kaki layaknya anak kecil.

"Ayo dong, Gi. Cariin!"

Gisel menghela, maniknya melirik Aji ragu. Lelaki itu mencebik.

Dasar tidak ingat umur!

"Awas ya kalau gue yang cari malah ketemu!" Ancamnya. Dengan tidak ikhlas, Gisel melangkah menuju kamar Aji. Membuka lemari pakaian lelaki panda itu. Sedangkan Aji mengekor di belakangnya.

Tak butuh waktu lama, Gisel berhasil menemukan baju itu dalam sekali gerakan. Tatapan sengit ia layangkan pada Aji seraya mengibaskan baju itu di depan mata pemiliknya.

"Sumpah gue udah cari di situ, tapi tadi ngga ada!"

"Ck! Makanya nyari itu pake mata bukan pake mulut." Ketusnya. Lalu melempar baju itu ke wajah Aji. Lantas berlalu melanjutkan aktivitas sebelumnya.

Sedangkan Aji melongo di tempat. Otaknya seolah menolak untuk menerima kejadian itu.

Bagaimana bisa?

_____

SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang