Kemarahan Yoga🌸

6.2K 561 15
                                    

Arjuna menarik nafas kasar, ditatapnya dua oknum tak tahu malu yang lagi rebahan di karpet bulu kamarnya. Kenapa Arjuna bilang tak tau malu? Karena mereka nyelonong masuk saat Arjuna masih di kamar mandi. Keluar-keluar udah ada Aji sama Yoga lagi bukain bungkus ciki simpenannya.

Mau marah, tapi percuma.

Terus nih ya! Ini hari minggu, Arjuna udah prepare buat me time sampe malem. Soalnya dia begadang ngurusin revisian. Tapi ga jadi karena dua monyet bekantan ini dateng.

Dasar manusia tak berperikesahabatan!

"Yailah Jun, kita dateng juga mau jengukin lo." Kata Yoga setelah melihat raut lesu Arjuna.

"Nyenyenye. Bilang aja lo mau ngabisin ciki gue. Dasar miskin!" Balas Arjuna ketus lalu menendang kaki Aji yang menghalangi jalannya. Sengaja, Arjuna kesel banget dirinya diganggu, diusir juga percuma temennya pada ga tau diri soalnya. Makanya Arjuna berencana bikin Aji ngamuk, biar dua manusia ini cepetan pergi.

Namun agaknya ekspetasi Arjuna tidak terealisasi karena reaksi Aji yang hanya diam tak peduli. Mata lelaki itu menatap dinding kamar Arjuna, seolah menerawang jauh.

Tidak biasanya.

Senyum iblis terbit pada birai Arjuna, pemuda koala itu kian mengganggu Aji dengan melakukan hal sama, menendang kecil hingga mengangkat. Aji terusik, namun hanya lirikan mata yang Arjuna dapatkan.

"Lo kenapa dah? Kalem amat." Tembak Arjuna pada akhirnya, ia bahkan telah duduk di karpet bulu. Yoga ikut melirik, lelaki Jepang itu juga mengikuti tindakan Arjuna.

"Ngga usah drama kek cewek. Kalo ada apa-apa tuh bilang, jangan diem kek nahan berak." Tutur Arjuna, Aji menarik nafas pelan lalu ikut mendudukkan diri.

Arjuna memang pengamat yang baik!

Lagipula, Aji memang berencana mengatakan semuanya. Hanya saja dia tidak tau harus mulai dari mana.

"Kalau belom mau cerita, yaudah skip aja dulu. Kita mabar." Berbeda dengan Arjuna yang peka, Yoga cenderung lebih pengertian. Ia paham dengan air muka Aji yang terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Gue mau nikah."

Singkat. Padat. Jelas.

Namun Yoga dan Arjuna tetap tidak bisa memahami makna kalimat itu. Wajah bodoh keduanya menjadi jawaban atas kalimat Aji.

"Ngelawak lo? Kalau iya gue mau ketawa dikit."

"Serius, Ji. Kalau ngibul gue lempar lo ke balkon."

Aji berdecak. "Coba liat muka gue baik-baik, emang gue lagi becanda?" Tunjuk Aji pada wajahnya sendiri.

Bodohnya Arjuna dan Yoga menurut, kedua lelaki itu maju mendekat lalu menatap lamat-lamat wajah Aji. Sekian detik ketiganya berada di posisi sampai celetukan Arjuna menghentikan aksi tatap menatap absurd itu.

"Bulu hidung lo keluar sebiji, Ji."

Tangan besar Aji mendorong wajah Arjuna kasar, membuat pemuda koala bersungut tak terima.

"Goblok banget temen gue, heran."

"Katanya suruh tatap muka, gimana sih."

"Ya emang, tapi ngga bahas bulu idung gue juga Mustopaaaa." Aji mendelik sampai bola matanya hampir keluar.

"Gue juga mau bilang gitu. Tapi keduluan Juna. Sampe gerak-gerak gitu pas lo napas, Ji." Celetuk Yoga dengan polosnya.

"Serah lo, gue mau koprol aja."

"Oh kalau gitu, kita harus geser biar ngga kena. Minggir, Jun." Yoga menarik diri menjauh dari karpet bulu, lalu duduk di bibir kasur seolah sudah siap melihat Aji yang katanya mau koprol.

SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang