Panjang banget! But happy reading!
__________
Jakarta, 2018
“Gisela!”
Si pemilik nama menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Sabrina, seniornya saat masa SMA berjalan mendekat. Gisel memutar badan, membuat posisi keduanya kini saling berhadapan.
“Ada apa, Kak?” Tanya Gisel. Sabrina mendengus, tatapan dengki ia layangkan pada si lebih muda.
“Ngga usah sok asik. Gue masih inget apa yang lo lakuin.” Ujarnya dingin.
“Kak, gue udah bilang kalau it...” decakan Sabrina membuat Gisel bungkam. Tatapan kebencian itu amat jelas pada manik gadis berambut cokelat.
“Diem. Apapun yang lo omongin, gue ngga akan percaya. Karena selamanya lo akan tetap jadi perebut Viko.” Gisel memilih untuk tidak menjawab.
Benar. Apapun yang gisel ucapkan Sabrina tak akan percaya. Karena sejak dulu Gisel selalu menjadi pihak yang disalahkan. Walaupun pada kenyataannya Gisel-lah yang menjadi korban. Bukan salah Gisel jika Viko menaruh hati padanya, meski saat itu ia tengah menjalin hubungan dengan Sabrina.
Penolakan yang Gisel lakukan seolah tak membuat Viko sadar, hingga pada suatu hari Viko mengakhiri hubungannya dengan Sabrina. Membuat Sabrina geram dan menyalahkan Gisel akan semua yang terjadi.
Pun Sabrina membuat rumor palsu, mengatakan bahwa Gisel menggoda Viko. Berkat itu Gisel menjadi objek hujatan sekolah. Sehingga Gisel harus menjalani tahun terakhir sekolah menengah tanpa satu orangpun di sisinya.
“Ikut gue.” Tak ingin membuat keributan dihari pertama perkuliahan, Gisel menurut.
Tungkainya berjalan di belakang Sabrina. Mereka melewati beberapa gedung fakultas. Hingga sepuluh menit terlewati Sabrina tak kunjung menghentikan langkahnya. Gisel menilik jam tangan, sudah sore. Kampus juga mulai sepi pada jam segini.
Hingga sampai pada gedung Fakultas Hukum, mereka berjalan ke arah belakang gedung. Terdapat sebuah jalan kecil. Mereka terus berjalan hingga keluar area kampus. Hanya ada lahan kosong dengan semak ilalang setinggi lutut. Di depannya Gisel melihat rumah kayu yang sudah reot dengan atap daun.
Pada titik ini perasaan Gisel sudak tak enak. Sebenarnya, apa yang Sabrina rencanakan?
Keduanya memasuki rumah kayu itu, hanya ada dua ruangan di dalamnya. Satu ruangan depan dan satu ruangan belakang yang ukurannya lebih kecil. Pada ruangan depan terdapat sebuah meja kecil dan satu kursi kayu serta sebuah botol minuman yang Gisel tak tau apa isinya. Keadaan di dalam cukup remang hanya diterangi oleh cahanya yang masuk dari celah-celah dinding. Ditambah hari yang sudah semakin sore.
“Kak, kita mau ngapain di sini?” Gisel membuka suara setelah sekian lama. Sungguh ia tak tahan jika harus menunggu Sabrina menjelaskan. Gadis itu terlihat enggan membuka mulutnya.
“Temenin gue. Lo tunggu di sini sebentar.” Kening Gisel mengernyit. Sabrina menghidupkan lilin di atas meja.
Gisel mendelik kala Sabrina beranjak meninggalkannya.“Kakak mau kemana?” Sabrina melepas genggaman pada lengannya. Gadis itu berdecak kesal.
“Diem di sini. Gue mau nelpon orang. Mau cepet pulang, kan lo?” Sabrina menatap sangsi.
“Lepasin.”
Lalu tak lama Sabrina kembali. “Sembunyi di ruangan belakang. Gue mau lo rekam semua yang terjadi nanti.” Tak sempat menjawab. Gisel lebih dulu dibawa ke ruangan belakang.
“Inget, rekam semuanya. Ini satu-satunya cara supaya gue bisa maafin lo.” Tak ada keraguan pada mata Sabrina. Dari sana Gisel bisa mengerti, bahwa gadis angkuh ini tengah meminta pertolongan padanya. Anggukan Gisel menjadi persetujuan mereka kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surreptitious
RomanceTentang Gisel yang mencintai Aji bertahun lamanya dan Aji yang hanya mengenal Gisel sebatas nama. Start on : Juli 2022. End : Febuari 2023