He knows🌸

5.4K 512 38
                                    

Happy reading!

____

Gisel selalu merasa bahwa semesta sedang mempermainkannya. Setiap kisah yang Gisel lalui begitu menyakitkan, aneh dan lucu. Kematian orang tua, kakek, insiden kebakaran, pertemuan dengan Aji, kejadian malam itu hingga pernikahannya.

Mengenai pengakuan Karina, Gisel sedikitpun tak menyalahkannya. Semuanya sudah digariskan, rencana Yoga dan Karina hanyalah perantara. Gisel tidak ingin membayangkan kalimat 'bagaimana jika' dalam hidupnya. Karena yang sudah terjadi itulah yang sudah ditakdirkan.

Mungkin semesta menginginkan Gisel sedikit merasakan indahnya bersama sang pujaan meski hanya sekejap.

Walaupun kisah Gisel menjadi lebih rumit setelahnya. Trauma, kehamilannya dan Rania. Semua terasa begitu menyesakkan bagi gadis berparas ayu itu.

Namun Gisel selalu ingat sebuah kalimat.

Tuhan tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan umatnya.

Jika Gisel mengalaminya itu berarti Gisel juga mampu melewatinya. Sekalipun semuanya harus dilalui bersama tangisan. Ada banyak orang baik disekitarnya. Ada banyak orang yang memberi kebahagiaan dan kekuatan. Bersama mereka Gisel akan melewati cerita ini. Menunggu sampai mana kiranya semesta akan memberikan akhir dan membiarkan Gisel menjalani harinya dengan damai.

"Gue cariin ternyata di sini." Gisel menoleh, dilihatnya presensi Aji dengan pakaian santainya. Rambut lelaki itu masih basah dan handuk kecil masih tersampir di sekitar lehernya. Bau sampo menyapa indera penciuman kala lelaki itu mendekat.

"Ngapain? Katanya mau makan." Tanya Aji sembari mendaratkan bokong pada kursi kayu di samping Gisel.

Saat ini mereka berada di balkon kamar Aji. Gisel yang selesai dengan masakannya memanggil Aji untuk sarapan. Namun ternyata lelaki itu sedang mandi. Gisel terpesona dengan pemandangan pagi ini. Tadinya ia hanya ingin duduk sebentar. Namun ternyata ia terlalu larut dalam lamunan.

Gisel tidak tau kalau Aji mencarinya dan lelaki itu tidak sadar bahwa Gisel masih berada di kamarnya. Kebetulan posisi tempat duduk Gisel masih tertutup tirai.

"Sedang menikmati udara segar. Sumpek banget berhari-hari di rumah sakit."

"Mau jalan-jalan? Sekalian healing kebetulan gue free seharian. Udah lama ga keluar bareng, kan?" Tawar Aji. Maniknya menatap Gisel penuh.... cinta?

Tunggu! Kenapa Gisel seperti melihat Aji sedang menatap Rania?

Dan sejak kapan Aji menatapnya seperti itu? Gisel tidak salah lihat kan?

"Ditanya kok malah bengong. Mau ngga?"

"Bukannya ngga ada yang boleh tau tetang kita? Kalau ada yang liat gue jalan sama lo yang ada gue kena serbu lagi."

Bagaimanapun mereka menjalin hubungan ini atas dasar perjanjian. Gisel tidak ingin semuanya jadi rumit lagi.

"Gue serbu balik. Lo lupa suami lo ini siapa?" Aji menyombongkan diri, membuat Gisel berdecak malas.

"Lagian apa salahnya? Gue jalan sama istri sendiri bukan istri orang."

"Y-ya bener sih. Tapi kan--"

"Kenapa lo selalu pengen merahasiakan semua hal, sih?" Potong Aji. Ia menatap Gisel dengan pandangan sulit diartikan.

"Selama tindakan atau perasaan lo ngga merugikan orang lain, seharusnya lo ngga perlu sembunyi. Lo ngga harus menyembunyikan diri demi orang lain. Kebahagiaan lo juga penting, Gi."

SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang