Fight🌸

4.3K 432 40
                                    

Maaf, saya aslinya dua orang. Muehehehe.
Peringatan! Akan ada sedikit adegan kekerasan.

____

Happy reading!

____

Motor besar Aji berhenti di depan pagar sebuah bangunan tua di ujung kota. Di lihat dari luar, tempatnya sudah seperti tempat uji nyali. Alias horror. Halamannya pun sudah penuh dengan semak belukar. Bedanya gedung ini terlihat sedikit lebih terang karena ada lampu.

Butuh waktu lima belas menit untuk tiba di tempat ini kalau dalam kecepatan normal. Tapi Aji hanya butuh lima menit. Selain khawatir akan keselamatan Gisel, Aji lumayan merinding karena tadi ia melewati hutan.

Tempat ini benar-benar jauh dari peradaban.

Mending ketemu preman bisa langsung pukul, lah kalau jurig?

Oke. Agaknya pikiran Aji jadi sedikit melenceng karena ini malam hari dan dia sendirian.

Kini Aji sudah seperti spy yang menjalankan misi. Dengan pakaian ala cowok mamba disertai masker dan topi. Bedanya Aji ga bawa pistol. Kaki panjangnya perlahan memasuki area gedung dengan mata yang terus was-was melirik sekitar.

Sepi sekali.

Samar-samar Aji mendengar suara orang ngobrol, sekitar empat orang. Sontak Aji bersembunyi di balik semak belukar.

"Si anjing. Lo suruh gue dateng sendiri, lo malah pake pengawal. Dasar banci kaleng rombeng!"

Sifat julid itu tak bisa hilang, bahkan saat seperti ini.

Maka Aji memilih jalur belakang. Mengeluarkan senter mini lantas berjalan mengendap diantara semak belukar. Akhirnya Aji sampai di belakang gedung tanpa ketahuan.

Manik boba itu berpendar ke sekitar. Keadaan di sini tak jauh berbeda. Aji membuka pintu tua di depannya.

"Punten, akang, eteh." Gumam Aji sembari perlahan memasuki gedung.

"Saya cuma mau selamatin anak sama bini saya. Nuhun ya... saya ga macem-macem kok. Kalau mau ganggu, ganggu aja yang depan onoh. Mereka berisik soalnya. Mana mabuk-mabukan pula."

Aji meneguk ludah. Sialan! Di sini gelap sekali.

Untung saja Aji tidak menerima permintaan Daniel untuk ikut. Bisa hancur rencananya.

"Gi, sabar ya. Aku lagi berusaha banget ini buat selametin kalian. Do'ain aja suami mu ini ga jadi arwah."

Singkatnya Aji berhasil tiba di lantai satu. Lelaki itu berhenti, sembunyi di balik belokan saat mendengar langkah kaki. Tatkala langkah itu mendekat Aji melayangkan tinjunya.

Satu orang berhasil Aji lumpuhkan.

Melanjutkan perjalanan Aji tiba di lantai dua. Manik boba itu menangkap sebuah ruangan yang diterangi cahaya. Aji mendelik kala menyadari bahwa ada banyak sekali orang di sana. Sepertinya itu tempat para pengawal beristirahat.

"Bangsat bangsat bangsat! Rendi bangsat!"

Bagaimana Aji mengalahkan pria-pria kekar itu?

Pandangan Aji berpendar ke sekitar, langkahnya terus bergerak pelan mencari keberadaan Gisel menyusuri setiap ruangan yang ada. Kali ini Aji bersyukur karena di sini minim cahaya. Sehingga ia bisa lebih leluasa mengendap tanpa ketauan.

Tak menemukan apapun, Aji kembali bergerak naik ke lantai terakhir.

Lantai tiga.

Prang!

SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang