The Fact🌸

4.6K 470 12
                                    

Happy Reading!

_____


"Tapi kita juga ga punya bukti kalau cewek itu yang sebar soal hubungan lo sama Gisel. Di sini dia cuma keliatan lagi pegang kamera." Perkataan Daniel membuat decakan Aji menguar.

Sial!

"Terus sekarang gimana? Kita ga bisa ambil langkah kalau buntu begini." Aji menyugar rambut frustasi.

"Tapi apa bener bukan Rania yang sebar poto kalian? Terus gimana sama alamat IP yang di lacak Adam?" Pertanyaan beruntun itu diucapkan oleh Yoga.

Sebuah kesimpulan yang utarakan oleh lelaki Jepang itu membuat semua orang kini memikirkan hal yang sama.

"Gue yakin banget kalau itu bukan ulah Rania." Ucapan Gisel berhasil menarik atensi.

"Kamu seyakin itu?" Tanya Aji. Gisel mengangguk mantap.

Hari itu Gisel yang dilanda cemburu memutuskan ke toilet untuk menenangkan diri. Dengan wajah tertekuk, mulutnya terus saja bergumam merutuki mata para gadis yang menatap suaminya. Terlalu larut dalam pikiran membuat Gisel tak menyadari bahwa ada seseorang yang baru saja masuk.

Gisel mengangkat pandangan, hazel itu sedikit membesar kala mendapati wanita dengan perut buncit mendekat padanya. Gisel memutar tubuh, kini mereka saling berhadapan.

"Gisella, maafin aku." Gisel kontan mengernyit. Kenapa tiba-tiba? Dan kemana wajah congkak lagi dingin itu? Yang Gisel lihat saat ini hanya wajah sendu, bahkan air mata sudah menggenangi pelupuk Rania.

"Maafin aku karena hadir ditengah-tengah kalian." Air mata itu luruh, Rania terisak kini.

Bingung? Tentu saja. Gisel tidak mengerti apa yang ia hadapi saat ini.

"Apapun keadaannya, jangan pernah lepasin Aji. Orang tulus seperti Aji butuh orang setulus kamu juga. Aku bodoh karena sia-siain Aji, Gi."

"Ran, lo kenapa sih?"

"Maafin aku, Gi. Maaf karena aku kamu harus menanggung semua ini."

Gisel tidak mengerti apa yang terjadi dan apa yang dialami Rania hingga seperti ini. Tapi yang pasti itu bukan hal baik. Tidak ada yang bisa Gisel lakukan selain memeluk tubuh ringkih itu, membiarkan Rania menangis dalam pelukannya.

Setelah lebih tenang, Rania mengurai pelukan. Tangan kedua wanita hamil itu masih bertaut.

"Aku tau kamu udah lama suka sama Aji." Gisel cukup terkejut dengan kalimat itu, darimana Rania tau?

"Mata kamu ga bisa bohong, Gi." Rania tersenyum tipis.

"Udah confess soal perasaan kamu?" Gisel menggeleng diiringi senyum kecut.

"Kenapa?"

"Gue ngga punya keberanian, Ran. Dan dia masih cinta banget sama lo."

Rania menggeleng. "Engga, kamu salah! Perasaan Aji udah beralih sama kamu. Kalau dia masih cinta sama aku, dia ga mungkin ninggalin aku malam itu, Gi."

Kedua manik itu bertemu, ada rasa tak percaya kala Rania berucap demikian. Apa Gisel benar-benar berhasil membuat Aji jatuh cinta?

"Denger," Rania memegang kedua pundak Gisel, menatap lekat manik lawan bicara.

"Kamu ga akan pernah tau hasilnya kalau kamu ga mencoba. Percaya sama aku, Aji juga punya perasaan yang sama kaya kamu. Dan--" Rania menjeda kalimat, maniknya menilik jam yang melingkar ditangannya.

"Kalau sampai kamu masih nyimpen perasaan itu sendiri, aku bakal maju dan ambil Aji balik. Dan kalau itu terjadi, kamu tau apa artinya? Anak kamu bakal mengalami hal yang sama kaya kamu."

SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang