Double happines🌸

5.7K 494 59
                                    

________

Happy Reading

________

Aji terlambat. Ini semua karena Jevan yang tiba-tiba ngajak mabok. Padahal Aji sudah menolak dengan alasan ia harus bangun pagi. Tapi yang namanya Jevan tidak akan menyerah begitu saja. Doi ngancem bakal keluar dan teriak malem-malem buat gangguin tetangga.

Yoga yang notabenenya anak alim malah ikut ngajakin minum. Untung Justin udah legal, jadi dia ga perlu nonton kaya kambing conge liatin abang-abangnya pada mabok. Emang sesat, tapi Aji tau kalau teman-temannya sedang berusaha menghiburnya.

Setidaknya berkat ide jahanam Jevan, Aji bisa tidur. Walaupun dampaknya dia harus tergesa pagi ini.

Lelaki itu menyampirkan tas di bahu kanan lantas melipir keluar kamar. Aji mengumpat kala melihat bongkahan manusia masih tertidur pulas di ruang tamu.

"Anjrit! Udah numpang makan numpang tidur pula."

Aji menendang kaki Arjuna yang menghalangi jalannya. Ya ampun. Dasar kebo. Bisa-bisanya lelaki itu tidur nyenyak di lantai.

"Awas aja besok-besok ga bakal gue bukain." Desisnya lalu bergegas menuju kampus.

Tiba di selasar gedung fakultas Aji semakin memicu derapnya. Dalam hati ia berdo'a agar Ferdi - dosen pembimbing - belum beranjak dari ruangannya. Meskipun kecil harapan mengingat ia yang sudah terlambat hampir satu jam.

"Plis plis plis jangan cabut dulu plis."

"Sorry gue buru-buru. Misi."

"Maaf ya."

"Sorry. Aduh maaf permisi."

Kira-kira begitulah kalimat yang Aji ucapkan kala dirinya tak sengaja hampir menabrak mahasiswa lain. Dan sebagai salah satu mahasiswa populer tak ayal dirinya menjadi pusat perhatian. Apalagi sekarang kampus sedang ramai-ramainya.

Rambutnya yang bergerak tertiup angin karna berlari menjadi pemandangan indah bagi mahasiswi. Apalagi Aji sudah jarang sekali muncul di kampus. Sehingga kedatangannya hari ini mampu membuat kampus heboh.

"Eh yang tadi lewat barusan Aji?"

"Njir kaosan doang tapi damage-nya ga ngotak."

"Kenapa pas jadi suami malah makin hot?"

"Yaa ampun jangan sampe gue banting stir jadi pelakor."

Samar-samar Aji mendengar kalimat yang ditujukan padanya. Di luar doi emang keliatan biasa saja. Padahal dalam hati dia lagi julid.

"Minimal mandi kalau mau gantiin posisi bini gue."

Soalnya Aji sempat mencium bau tak sedap saat melewati gadis-gadis itu.

Hingga sampai di ruangan yang dijanjikan Aji mengatur napasnya yang ngos-ngosan. Setelahnya ia memasuki ruangan. Helaan napas lega menguar kala mendapati Ferdi masih berada di sana.

"Selamat pagi Pak." Sapa Aji sesopan mungkin. Pria beruban itu melirik sejenak.

"Hmm. Kenapa, Ji?"

Aji menelan ludah sebelum menjawab.

"Sebelumnya maaf, Pak. Saya terlambat." Ferdi melepas kacamatanya. Pandangan mereka bertemu.

"Tidak apa-apa. Justru saya baru sampai. Kamu yang datang pertama hari ini."

"Ha? Gimana, Pak?"

"Kamu tidak lihat grub? Saya sudah bilang kalau bimbingan mulai jam sepuluh."

Aji tersenyum masam. Salahkan dirinya yang tidak cek hape dulu. Pria itu terkekeh ringan melihat reaksi mahasiswa bimbingannya.

SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang