Happy reading!
_______
Kediaman Bimasena masih menjadi latar untuk bagian cerita kali ini. Tepatnya kamar milik putra bungsu Aditya Bimasena. Dua manusia masih terlelap di alam mimpi, terlihat nyaman di bawah balutan selimut tebal. Entah karena udara sejuk pagi hari ini atau lengan yang melingkari di pinggang masing-masing.
Sayangnya kenyamanan itu harus terganggu lantaran suara alarm yang menyentak nyaring. Dengan mata sayu, Aji mengulurkan tangan meraba benda pipih di atas nakas. Maniknya mengerjap pelan, memaksa diri untuk bangun dari rasa kantuk yang membelenggu.
Aji tidur nyenyak sekali.
Pukul 07.00 waktu setempat. Ingin beranjak untuk membersihkan diri, namun gerakan Aji terhenti kala mendapati sebuah lengan kecil yang melingkar di pinggangnya. Irisnya bergulir pada si pemilik lengan. Sesuatu menggelitik perutnya kala iris cokelatnya mendapati Gisel yang masih terlelap, wajah itu tenggelam dalam dada bidangnya. Gadis itu memeluknya erat, seolah Aji adalah guling.
Aji sedikit menjauhkan diri, memiringkan tubuh menghadap Gisel sepenuhnya. Netranya menatap lekat wajah polos Gisel. Tangan Aji terangkat, menyingkirkan helaian rambut Gisel yang menghalangi aksi menatapnya.
Cantik.
Kata itu spontan terucap dalam benaknya. Alis, mata, hidung semua terpahat sempurna pada wajah Gisel. Dan jangan lupakan pipi gembil itu. Padangan Aji jatuh pada birai peach sang puan. Sontak kejadian semalam kembali muncul di otaknya.
Mereka berciuman!
Astaga. Lelaki itu memikirkan aksi impulsif yang ia lakukan. Aji tidak menyangka ia bisa seberani itu. Sesuatu menggelitik perutnya kala ia kembali mengingat Gisel yang membalas kecupannya. Untung saja Aji tidak lupa diri, kalau tidak mungkin keadaan mereka pagi ini akan sama seperti waktu itu.
"Istirahat. Lo pasti capek seharian ini. Biar gue yang tidur di kamar tamu." Ujar Aji setelah melepas pagutan.
"Di sini aja." Cegah Gisel saat Aji hendak beranjak.
"Lo serius?" Kata Aji tak percaya. Gisel mengangguk kaku. Gadis itu terlihat gugup.
"Lo mau Bunda curiga kalau liat lo keluar dari kamar tamu?"
Aji menepuk jidat. "Anjir gue lupa." Mereka masih di rumah. Perkataan Gisel ada benarnya.
"Untuk malam ini aja. Gue ngga keberatan tidur bersama." Gisel berucap tanpa menatap manik Aji. Ia kemudian menambahkan.
"Asal lo ngga aneh-aneh. C-cuma tidur." Kelopak itu mengerjap cepat, maniknya bergulir ke sembarang arah. Pun Gisel memainkan jari-jarinya. Aji mengulum senyum.
Coy bini gue lucu banget!
"Emangnya gue bakal ngapain?" Tanya Aji pura-pura bodoh yang tentu saja mengundang tatapan tajam dari Gisel.
"Becanda, Gi. Buset! Santai aja matanya."
Dan berakhir dengan mereka betulan tidur di ranjang yang sama. Tentu saja dengan guling di tengah-tengah. Gisel bahkan membelakangi Aji, membuat lelaki itu mencebik, ia sedikit tersinggung. Padahal tanpa Aji ketahui Gisel gugup setengah mati.
"Good night, Gi. Have a nice dream."
"Hmmm."
Lalu lihatlah pagi ini, Gisel bahkan masih memeluknya. Aji memilin bibir, menahan diri untuk tidak tersenyum.
Sialan.
Aji sudah seperti orang gila. Tapi kenapa rasanya menyenangkan? Ia jadi kecanduan. Maksudnya perasaan ini, bukan candu karena bibir Gisel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surreptitious
RomanceTentang Gisel yang mencintai Aji bertahun lamanya dan Aji yang hanya mengenal Gisel sebatas nama. Start on : Juli 2022. End : Febuari 2023