Insiden🌸

6.4K 605 10
                                    

Kantin Univ adalah tempat favorit bagi Karina selain menjadi tempat makan dengan banyak menu berbeda, di sini juga tempatnya cuci mata. Kumpulan para cogan sering nongkrong di sini.
Sejak tadi gadis berambut sepinggang itu tak henti-hentinya celingukan kesana kemari. Maklum Karina bosan dengan status jomblo setelah putus dari Rendi. Makanya doi pengen punya gebetan baru, minimal spek Jeno NCT biar Rendi nyesel stengah mampus karena sudah menyia-nyiakan dirinya.

Dan kantin Univ adalah tempat yang tepat untuk melancarkan aksinya.

"Guys! Arah jam satu. Anjir ganteng banget gakuku aku tuh." Ujarnya menahan pekik, gadis itu sudah sepeti cacing kepanasan saking excited-nya.

"Yaa Tuhan yang pake baju item mirip Jaemin!" Netranya bergulir pada meja pojok. Detik berikutnya Karina mendelik.

"Yaa ampon sejak kapan Yoshi Treasure makan somay di situ!" Kalimat kesekian yang Karina ucapkan selama hampir setengah jam mereka di sini. Gisel dan Lia bahkan sudah menghabiskan makanan mereka, sedangkan Karina masik sibuk dengan aksi cuci matanya. Gadis itu mesem-mesem sendiri, membuat Lia menatap jenuh pada tindakan Karina.

"Gi, gue mau resign dari circle ini. Udah ga kuat gue." Lia menggeleng frustasi. Gisel mencebik dramatis.

"Padahal gue baru lepas dari curhatan dia diselingkuhin, sekarang malah diseret buat cari gebetan baru." Doi membuat gestur memijat pangkal hidung, membuat Karina menatap tak percaya pada reaksi keduanya.

"Ih! Lo berdua ga bestie banget, sih. Bukannya didukung temennya mau move on." Katanya bersungut.

"Eh Lia, gue yakin lo bakal jadi perawan tua kalau lo masang muka jutek begitu setiap hari." Pungkasnya.
"Dan lo, Gi." Karina memicing pada Gisel.

"Lo belum cerita apa-apa semenjak lo pindah! Belom spill gimana rasanya jadi istri Radhitya Aj.... " Gisel mendelik lalu dengan cepat membungkam mulut Karina sebelum gadis itu merampungkan kalimat.

Berbanding terbalik dengan wajahnya yang terkesan dingin dan anggun sifat Karina adalah yang paling berisik. Gisel melirik sekitar, takut-takut ada yang mendengar ucapan Karina.

"Congor lo anjir! Kalau ada yang denger gimana? Lo mau tanggung jawab kalau gue diserbu fans Aji disini?"

Salah satu alasan Gisel tetap ingin merahasiakan status mereka. Fans Aji cukup banyak di kampus, bahkan katanya ada yang bikin Komunitas khusus penggemar Aji. Gisel sampai ngeri sendiri, popularitas lelaki itu tak bisa dianggap remeh.

"Nih makan nih!" Lia mendorong bakwan jagung ke dalam mulut Karina. "Makan aja biar ga berisik kaya bajai."

"Apwashih khalyan jhat bwangwet!"

Gisel dan Lia cekikikan. "Telen dulu tuh bakwan baru ngomong." Kata Lia ditengah tawanya. Sedangkan wajah Karina sudah tertekuk.

Lalu tiba-tiba suasana bahagia itu berubah ketika Anya - senior mereka - datang dan menyiramkan segelas es teh pada Gisel. Membuat Karina dan Lia membola bahkan sampai berdiri dari kursi.

Mata Gisel terpejam manakala rasa dingin menjalari tubuh. Maniknya menatap geram presensi Anya yang tersenyum jumawa seolah tindakannya merupakan sebuah prestasi.

Semua pasang mata kini menatap ke sumber keributan.

"LO APA-APAAN SIH, KAK!" bukan Gisel melainkan Lia. Gadis itu geram dan maju mendorong bahu Anya.

"Gue ngga ada urusan sama lo. Minggir!" Ujar Anya hendak kembali pada Gisel namun ditahan oleh Lia.

"Kalau lo berurusan sama dia, itu artinya lo berurusan sama gue." Anya tersenyum singkat lalu menatap Lia datar.

"Gue ngga mau punya urusan sama lo. Lagian lo ngapain temenan sama dia." Anya melirik Gisel. "Kalangan atas kaya lo ngga seharusnya bergaul sama kalangan bawah kaya dia."

Lia mendengus geli, merasa jika ucapan seniornya ini lucu. "Gue lebih baik bergaul sama Gisel daripada temenan sama cewek macem lo!" Pungkasnya.

"Li, udah." Tegur Gisel ketika Lia terlihat makin emosi. Maniknya kembali menatap Anya tajam.

"Pasti itu hal penting sampai lo harus siram gue kaya gini." Dengan tenang Gisel berucap, tak sedikitpun ada rasa takut. Anya sedikit gentar karena wajah Gisel yang terlihat berbeda. Biasanya gadis itu akan diam saja.

"Heh!" Telunjuk Anya menekan bahu Gisel. "Lo kasih apaan si Aji sampai bisa pulang bareng?"

Riuh suara penghuni kantin, semua orang berbisik-bisik karena kalimat Anya, membuat seringai licik itu kian terlihat.

"Guys!" Suara Anya naik satu oktaf. Sengaja agar penghuni kantin ikut mendengarkan.

"Gue liat dengan mata kepala gue sendiri. Gisel mahasiswa beasiswa kampus kita pulang bareng sama Aji. Iya, Aji yang kita kenal. Putra bungsu Bimasena, pacarnya Rania."

Bisikan makin terdengar, raut kemenangan nampak jelas di wajah Anya.

"Kak, stop!" Pekik Lia yang sayangnya tak digubris sedikitpun. Anya kian gencar membuat rumor palsu tentang Gisel.

"Kalian semua tau kan kalau Aji sayang banget sama Rania. So, beberapa waktu ini kita juga udah ngga pernah liat mereka barengan. Atau jangan-jangan lo penyebab semua itu? Gisella?"

Dasar sinting!

Tangan Gisel terkepal erat pada kedua sisi tubuh, menahan diri agar tak melempar kuah bakso pada wajah menyebalkan Anya.

"Oh my god! Selain miskin lo juga PHO!" Anya menutup mulut dramatis. "For the god sake, biasanya nih ya. Yang jadi pelakor itu juga dari bibit PHO kaya lo!"

Maniknya menyapu sekeliling. "Yaampun guys! Yang punya ayang dijagain bener-bener. Atau bakal diambil sama Gisella."

"Sinting! Mulut lo perlu di kasih cabe sekilo kayanya!" Lia hampir saja mencengkram wajah congkak Anya jika Gisel tak menahannya. Gadis itu menarik Lia dan berdiri tepat di depan Anya.

"Kenapa? Lo juga mau pulang bareng Aji? Mau gue kasih saran?" Balas Gisel dengan wajah tak kalah songong, membuat Anya terpancing.

"Gue bisa ya! Lo ngga usah sok, deh!"

Gisel mendengus geli. "Oh ya? Kalau bisa, kenapa tetap keduluan sama gue? Lagian lo siapa? Kenapa gue ngga boleh pulang sama Aji? Lo pacarnya? Bukan! Lo itu cuma sekedar manusia iri yang ngga bisa liat kebahagiaan orang lain."

Anya bergeming, tak menyangka jika Gisel akan balik menyerangnya seperti ini. Bisikan riuh kini beralih membicarakan dirinya. Nafasnya naik turun, amarah telah menguasai.

"Brengsek!"

Tangan Anya terangkat, Gisel sudah menduga hal ini terjadi. Gadis tempramen seperti Anya memang sangat mudah diprovokasi. Sekali lagi Gisel tak akan diam kali ini, ia sudah siap menahan tamparan itu jika saja seseorang lebih dulu melakukannya.

Anya tersentak, semua mata kini teralih pada presensi Aji yang tiba-tiba muncul. Belum selesai kalimat Aji makin membuat seluruh penghuni kantin semakin terheran.

"Sedikit aja lo sentuh Gisel, lo berurusan sama gue."

Sedangkan di tempatnya, Gisel menggigit bibir khawatir. Takut akan sesuatu yang mungkin saja terjadi setelah ini.

_____________

SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang